"Nenek moyang kita bukan hanya seorang pelaut, tetapi bangsa yang sangat menghargai fungsi sungai" Di Masa Rakai Layang Dyah Tulodong memberikan penghargaan khusus kepada Begawan Bari sebagai individu atau komunitas yang berkontribusi mengelola sungai harinjing dan membuat tanggul (dawuhan) yang memberikan dampak peningkatan kualitas pertanian karena berfungsinya tanggu sebagai irigasihttps://hurahura.wordpress.com/2017/03/23/menggali-nilai-nilai-budaya-dalam-prasasti-harinjing-804-927-masehi-sebuah-kebaikan-yang-tak-terlupakan/
Bentuk penghargaan yang berikan tak tanggung-tanggung, desa tempat begawan bari tinggal statusnya menjadi sima yaitu wilayah dibebaskan dari beban pajak.
Dulu kita pernah berjaya saat Negara memberikan penghargaan yang tinggi kepada upaya pengelolaan sungai, di masa Airlangga kita dikenalkan dengan prasasti Kalamagyan,prasasti munggut https://radarjombang.jawapos.com/read/2019/03/12/124562/prasasti-gurit-salah-satu-peninggalan-raja-airlangga-di-jombang.
Modern Kemajuan yang Mundur
Jaman modern saat ini kita mengalami kemunduran dalam pengelolaan
sungai. Banyak hal ironis yang kita lakukan atas nama modern atau
kemajuan. Kota-kota besar seperti Surabaya, Semarang, Jakarta, Sidoarjo,
Banten, Bandung dan Tanggerang menggantungkan sumber air minumnya
berasal dari sungai-sungai, ironisnya 94% Sungai Indonesia masuk
kategori tercemar. Sumber pencemarnya kegiatan manusia seperti limbah
pabrik tekstil yang merusak citarum, limbah pabrik kertas dan penyedap
masakan yang membuat anyir sungai Brantas dan Kali Surabaya, di ciliwung
berupa menjadi saluran sampah plastik, styrofoam dan kasur yang
mengalir menuju utara Jakarta. Selain limbah cair industri sungai kita
menjadi saluran buangan beragam racun insektisida, pestisida dari
pertanian dan detergen, pembunuh kuman,senyawa pengganggu hormon dari
buangan domestik. Anehnya di hulu membuang kotoran beracun di hilir kita
memanfaatkan untuk air minum. Ditambah lagi dengan Sampah popok yang
terurai menyemburkan gel-gel plastik dan fiber-fiber microplastik.
Selain akan dikonsumsi ikan, mikroplastik ini juga diketahui telah masuk
kedalam lambung manusia https://www.mongabay.co.id/2019/09/28/bahaya-mikroplastik-bukan-hanya-ikan-manusia-juga-terpapar/
Anggota Brigade Evakuasi Popok mengangkat sampah popok di Jembatan Dinoyo kabupaten Mojokerto |
Peta Hotspot Popok
"Kami tidak ingin sungai-sungai di jawa dibanjiri sampah popok, harus ada upaya mengangkat popok dari sungai dan ada gerakan untuk tidak lagi membuang sampah popok kesungai," Ungkap Tonis Afrianto Manager komunikasi Brigade Evakuasi Popok. Lebih lanjut alumni Komunikasi Universitas Muhammadiyah Sidoarjo ini mengungkapkan bahwa untuk mengawali upaya angkat sampah di sungai-sungai dibutuhkan informasi lokasi timbunan sampah popok. "kami sangat membutuhkan informasi lokasi timbunan popok di jembatan atau di bantaran sungai, setelah terkumpul informasinya kami akan membuat peta Hotspot yang bisa menjadi petunjuk kita untuk membersihkannya," Ujar Tonis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar