Berikut Wawancara Jurnalis Ceritamundu Ahmad Guevara dengan Sutamah, perempuan pemimpin perlawanan masyarakat Lakardowo terhadap PT PRIA (Putera Restu Ibu Abadi) perusahaan pengolah limbah B3 yang diketahui masyarakat banyak melakukan malpraktik pengolahan limbah di Lakardowo.
Perlawanan
terhadap penguasa dan perusak lingkungan diwujudkan Sutama dalam bentuk Gugatan
Hukum Citizen Law suit, bersama rekannya Rumiyati (41th) Sutamah menggugat
Bupati Mojokerto di Pengadilan tata Usaha Negara (PTUN), Pemkab Mojokerto
dianggap melakukan perbuatan melawan hukum karena mengeluarkan ijin PT PRIA
tanpa melakukan proses sosialisasi kepada warga. Saat ini Gugatan Sutamah sudah
di tahap Peninjauan kembali di Mahkamah Agung.
Tanya : “Bisa di
ceritakan kepada pembaca ceritamundu
tentang gugatan Ning Sutamah”
Jawab
: “Melalui gugatan ini saya ingin ijin operasional PT PRIA dicabut sehingga
kami terbebas dari pencemaran lingkungan,. Upaya hukum yang saya ambil awalnya pada tahun 2016 dengan melakukan aksi
penolakan bersama warga Lakardowo yang berakhir dengan aksi kekerasan aparat
Polisi terhadap peserta aksi Penolakan. Aksi Penolakan PT PRIA adalah akumulasi
dari derita pencemaran akibat aktivitas pengolahan limbah B3 oleh PT PRIA, kami
menjadi saksi dulu awalnya lahan dikawasan PT PRIA sekarang diurug dengan
macem-macem limbah, bahkan ada yang kena tumpahan darah dari limbah Medis, inikan
sudah ndak bener, sekarang kami rasakan penurunan kualitas air, memburuknya
kualitas udara dan dampak kesehatan yang dirasakan oleh ratusan warga
Lakardowo.
Tanya : “bagaimana
ning Tanggapan aparat?”
Jawab : “aparat
melakukan aksi intimidasi pada anggota masyarakat yang melakukan aksi. untuk
mengakhiri intimidasi kami harus menyatukan kekuatan perempuan maka kami
membentuk Green Woman, atau gerakan perempuan Lakardowo mandiri yang bertujuan
untuk wadah menambah pengetahuan dan menyatukan kekuatan perempuan untuk
melawan PT PRIA,”
Tanya : “Hambatan
yang sampeyan rasakan opo ae ning?”
Jawab : “ Pertamae yo
wedi mas, biyen sembunyi-sembuyi saat melakukan diskusi atau berkumpul sesama
anggota masyarakat untuk membahas kegiatan menolak PT PRIA. Jika ada tetangga menanyakan kemana
kami akan pergi, kami menjawab pergi ke Pasar atau menjengguk saudara padahal
kami pergi ke Kantor ecoton untuk berdiskusi,” (Ketakutan Sutama ini didasari karena pada awalnya hanya sedikit orang
yang berani menolak PT PRIA, dibandingkan warga yang mendukung PT PRIA)
“Jika masyarakat mengetahui kami menolak PT PRIA maka kami akan dikucilkan,”
Tanya
: “ Saat ini PT PRIA terus beroperasi dan pemerintah dan aparat juga tidak
menunjukkan gelagat untuk menutup PT PRIA, apa yang sampeyan akan lakukan?”
Jawab
: “Saya harus melawan, karena saya tidak ingin terus menerima dampak pencemaran
lingkungan dan saya optimis karena kini kami punya banyak teman dan kelompok
yang mendukung seperti Mahasiswa, komunitas lingkungan dan Media massa, Semangat
saya ini karena Saya didukung oleh keluarga terutama suami yang terus mendorong
untuk melawan dan menyadari bahwa peran perempuan penting dalam gerakan
penolakan PT PRIA”
“Saya
kuat menjalani perjuangan dan cibiran orang disekitar saya karena Suami saya
mendukung dan menguatkan saya untuk terus berjuang menolak PT PRIA,”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar