Minggu, 03 Mei 2020

GRESIK TOLAK PLASTIK SEKALI PAKAI, KAPAN?


Sampah Plastik dibuang di Jembatan Desa Pasinan Kecamatan Wringinanom, tidak tersedianya Tempat Pengolahan Sampah Sementara di tingkat desa membuat penduduk membuang sampah sembarangan, bahkan disaluran air
Survey River Warrior Indonesia (REWWIND) menunjukkan bahwa warga Gresik ingin pelarangan pemakaian plastik sekali pakai, Jika diberlakukan jenis plastik yang pertama ingin dilarang adalah tas kresek, sedotan botol air minum mineral dan Styrofoam.
Timbulan sampah di Dusun Wates Desa Cangkir
Sampah plastik menjadi permasalahan yang harus diselesaikan di Kabupaten Gresik. Di Gresik Selatan, yaitu Wringinanom, Driyorejo, dan Kedamean jamak ditemukan tumpukan sampah plastik yang dibuang sembarangan, baik di bantaran sungai, pemukiman warga, dan sepanjang jalan. Masalah ini juga disebabkan karena lokasi Gresik selatan yang jauh dari pusat kota Gresik sehingga kurang perhatian oleh pemerintah sehingga Transportasi pengangkutan sampah jarang ditemukan di Gresik Selatan. Masyarakat di Gresik Selatan rata rata menangani sampah rumah tangga yang dihasilkan dengan dibuang ke sungai atau dibakar di pekarangan. Sering juga ditemukan tungku pembakaran di sekitar pemukiman warga untuk mengatasi masalah sampah. Menurut hasil penelitian Ecoton, 60% sampah rumah tangga yang dihasilkan oleh warga berjenis sampah organik, 20% adalah sampah recycleable atau sampah yang dapat didaur ulang, dan sisanya kurang dari 20% adalah sampah residual seperti popok.

Penanganan sampah di Gresik masih buruk
Merespon Fakta ini Thara Bening Sandrina prihatin dan berinisiasi untuk melakukan gerakan Gresik Tolak Plastik Sekali Pakai. “ saya awali dengan membuat survei berupa kuisioner yang dapat diakses melalui bit.ly/Tolak PlastikGresik . Responden berasal dari masyarakat Gresik rentang usia 16-20 tahun. Sampai 1 Februari 2020 sebanyak 194 responden sudah mengisi kuisioner tersebut. hasil kuisioner menunjukkan bahwa masyarakat Gresik sudah banyak yang mengetahui dampak negatif dari plastik sekali pakai
Lebih lanjut Thara menyebutkan bahwa 99% responden setuju dan mendukung gerakan dan peraturan pelarangan plastik sekali pakai di Kabupaten Gresik terutama di sekolah. Hasil Survey menunjukkan 72% responden jenis sampah plastik yang harus dikurangi penggunaannya terlebih dahulu adalah plastik jenis kresek, selanjutnya 58% responden setuju jika sedotan juga harus dilarang, 56% setuju jika botol plastik juga ikut dilarang, dan yang terakhir 55% setuju jika styrofoam juga harus dilarang penggunaannya.

“Pemkab Gresik harus segera merumuskan Peraturan daerah tentang pelarangan plastik sekali pakai untuk mengurangi penggunaan plastik sekali pakai dan menjadikan Gresik sebagai wilayah ke 23 di Indonesia, faktanya Gresik tidak mampu mengolah sampah dengan baik, maka jika dibiarkan maka aka nada ancaman kesehatan dan lingkungan hidup,” Ungkap Thara
Rewwind Menrekomendasikan Gerakan Top down and Bottom Up (Selain dengan dukungan pemerintah juga perlu gerakan oleh masyarakat) yaitu :

Timbulan sampah di Bantaran Dusun Gading Cangkir
  1. Memberlakukan Peraturan Pelarangan Plastik Sekali pakai jenis Kresek di seluruh Swalayan, retail modern, toko kelontong, dan Pasar Tradisional di Kabupaten Gresik
  2. Menggalakkan gerakan Gresik Tolak Plastik sekali pakai, dimana masyarakat didorong untuk mulai menyetop penggunaan plastik sekali pakai Gerakan pelarangan plastik sekali pakai di Gresik menjadi inisiatif gerakan kembali ke gaya hidup sebelum penggunaan plastik sekali pakai, bisa dengan membawa botol minum dan kotak makan, tidak menggunakan sedotan plastik atau beralih menggunakan sedotan bambu, dan dengan membawa tas belanja.
  3. Menerapkan peraturan yang melarang plastik sekali pakai di semua sekolah di Kabupaten Gresik.

1 komentar:

  1. Sepakat fulll..Semangat.
    Bagian dri kewajiban mengAlamkan Alam.

    BalasHapus

Populer