Penelitian 30 Orang Pelajar MTSN 16 Jombang bersama dengan Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah (Ecoton) di Jombang menemukan sampel air hujan dari 4 lokasi di Kecamatan Tembelang, Kecamatan Plandaan, Kecamatan Ngoro dan kecamatan Jombang tercemar mikroplastik, Mikroplastik jenis fiber mendominasi diikuti fragmen, filament dan foam.”salah satu sumber terbesar dari mikroplastik dalam air hujan adalah aktivitas pembakaran sampah plastik yang umum dilakukan di 4 kecamatan di Kabupaten Jombang” ungkap Rafika aprilianti, lebih lanjut Kepala Laboratorium Mikroplastik Ecoton menjelaskan bahwa dari 30 peserta yang mengikuti acara penelitian 100% menyebutkan bahwa perlakuan penanganan sampah di desanya adalah dengan pembakaran.
Air
Hujan Jombang Tercemar Mikroplastik
Pada 18-22 Desember
2025 Tim Peneliti Cilik MTSN 16 Jombang melakukan pengambilan contoh air hujan
pada 4 lokasi di Desa Karang Mojo Kecamatan Plandaan, Perumahan Tambak Rejo
Kecamatan Jombang, Desa Tembelang kecamatan Tembelang dan Desa Genuk Watu
Kecamatan Ngoro. “ Contoh air hujan ini
kami ambil dengan wadah panci aluminium agar air tidak terkontaminasi plastik,
panci kami letakan diatas kursi dengan ketinggian 1 hingga 2 meter dan kami
biarkan beberapa jam saat hujan turun” Ungkap Ananda Ayu Renia, lebih
lanjut Siswi kelas 10 MTSN 16 Jombang ini menjelaskan bahwa air yang berhasil
ditampung sebanyak 1 liter kemudian di pindahkan kedalam toples beling dan
diamati dibawah mikroskop stereo dan diidentifikasi dengan menggunakan buku
panduan jejak mikroplastik Ecoton.
Penelitian tersebut
dilakukan bersama dengan Ecoton bekerja sama dengan Persatuan Wartawan
Indonesia (PWI) dalam kegiatan citizen science yang berlangsung di MTsN 16
Jombang, Selasa (23/12/2025). Peneliti senior Ecoton, Amirudin Muttaqin,
mengatakan jenis mikroplastik yang paling banyak ditemukan adalah fiber atau
serat plastik. “ Serat plastik yang
paling banyak ditemukan dalam air hujan ini umumnya berasal dari degradasi
tekstil sintetis, aktivitas pencucian pakaian, serta debu plastik yang terbawa
angin,” ujar Amirudin.
Tabel Identifikasi mikroplastik dalam air Hujan di Empat kecamatan Kabupaten Jombang
Kepala Laboratorium
Ecoton, Rafika Aprilianti, menjelaskan fragmen biasanya berasal dari pecahan
plastik keras, sementara film dan foam berkaitan erat dengan kantong plastik,
kemasan sekali pakai, dan styrofoam. “Komposisi
ini menunjukkan bahwa sumber mikroplastik sangat dekat dengan aktivitas
sehari-hari manusia,” Ungkap Rafika Aprilianti lebih lanjut Alumnus Pondok Pesantren Tebu
Ireng Jombang menegaskan temuan ini menunjukkan kedekatan sumber pencemar
dengan aktivitas manusia. “Fragmen
berasal dari plastik keras, sementara film dan foam terkait kantong plastik,
kemasan sekali pakai, serta styrofoam. Ini bukti mikroplastik lahir dari keseharian
kita,” ujarnya.
Desa
Genuk Watu Ngoro Tertinggi Kadar Mikroplastik dalam Air Hujan
Dari keempat lokasi, tingkat cemaran mikroplastik tertinggi tercatat di Genuk Watu Ngoro, dengan 70 partikel per liter air hujan. Disusul Perum Tambakrejo sebanyak 46 partikel per liter, Plandaan Karangmojo 41 partikel per liter, dan Kecamatan Tembelang 28 partikel per liter. Perbedaan tingkat cemaran tersebut, menurut Rafika, diduga dipengaruhi oleh kepadatan permukiman, aktivitas industri, lalu lintas kendaraan, serta arah dan kecepatan angin.
Mikroplastik merupakan
remahan atau serpihan plastik berukuran lebih kecil dari 5 mm hingga 1/1000 mm
atau setara dengan 1 helai rambut dibelah tujuh, ukurannya yang kecil ini memungkinkan
partikel tersebut melayang di udara dalam waktu lama sebelum akhirnya turun
bersama air hujan.
Temuan ini juga diperkuat oleh pengakuan para peserta training citizen science yang menyebut praktik pembakaran sampah masih umum dilakukan. Selain dibakar, sebagian sampah plastik juga dikubur atau dibuang ke sungai. Aktivitas tersebut berkontribusi terhadap pelepasan partikel plastik ke udara dan lingkungan sekitar.
Aksi
Pelajar Untuk Jombang Bebas Mikroplastik
“Saya berharap peserta training Mikroplastik hari ini bisa membagikan pengetahuan yang didapat kepada masyarakat tentang bahaya mikroplastik dan perlunya pengurangan penggunaan plastik sekali pakai” ungkap Hj Emi Tahmidah MA lebih lanjut Kepala Sekolah MTSN 16 Jombang ini menjelaskan bahwa Kantin Sekolah telah mempraktikkan zerowaste dengan mengurangi penggunaan plastik sekali pakai dan mendorong siswa siswi untuk membawa tumbler sebagai upaya untuk mengurangi botol plastik.
“Kegiatan ini adalah
kesempatan yang baik bagi MTSN 16 Jombang untuk mengenal bahaya mikroplastik
dan dibutuhkan aksi nyata untuk menghindari ancaman mikroplastik yang kian
nyata di lingkungan sekitar, bahkan temuan mikroplastik dalam air hujan harus
memacu keseriusan dalam pengelolaan lingkungan yang lebih baik” ungkap Emi
Tahmidah.
“Selama ini kita menganggap air hujan relatif bersih. Faktanya, air
hujan kini berpotensi menjadi medium paparan mikroplastik bagi manusia, tanah,
dan sumber air permukaan,” ujarnya. Pendiri Ecoton, Prigi Arisandi,
menegaskan bahwa temuan mikroplastik dalam air hujan menjadi bukti kuat bahwa
pencemaran plastik bersifat lintas media dan berpotensi kuat masuk kedalam
tubuh manusia. Ada tiga cara masuknya mikroplastik kedalam tubuh manusia:
1.
Melalui makanan dan minuman yang
dikonsumsi melalui mulut, diolah dalam system pencernaan dan masuk ke dalam
pembulu darah
2.
Melalui udara yang kita hirup dan masuk
kedalam paru-paru
3.
Melalui permukaan kulit, pemakaian
kosmetika seperti sabun, pemutih kulit, skincare, parfum, pembersih wajah dan
kosmetika lainnya.
Menurut Prigi, hasil penelitian ini menjadi peringatan bagi Pemkab Jombang dan masyarakat untuk meninggalkan pengelolaan sampah dengan membakar dan regulasi yang kuat untuk mengurangi penggunaan plastik sekali pakai. “Tanpa intervensi serius, mikroplastik berisiko terus terakumulasi dalam lingkungan dan rantai kehidupan manusia dan mengancam kesehatan manusia”Ungkap Prigi Arisandi. Bagi para pelajar yang terlibat, kegiatan ini memberi pengalaman dan kesadaran baru. Ananda Ayu Renia P, siswi kelas IX MTsN 16 Jombang, mengaku terkejut dengan hasil pengamatan tersebut. “Untuk mengisi liburan, kegiatan ini menyenangkan sekaligus membuka wawasan bagi kami. Kami belajar mengamati air hujan menggunakan mikroskop dan menemukan mikroplastik jenis fiber, filamen, dan fragmen,” katanya. Ananda Ayu Renia P mengaku tidak menyangka air hujan mengandung partikel plastik. Pengalaman tersebut mendorongnya untuk mulai menerapkan prinsip 3R—reduce, reuse, recycle—dalam kehidupan sehari-hari. “Sekarang saya tahu bahwa sampah plastik yang kita hasilkan bisa kembali ke kita dengan cara yang tidak terduga,” ujarnya.




Tidak ada komentar:
Posting Komentar