Jumat, 24 Oktober 2025

BUDAYA BAKAR SAMPAH PLASTIK MENUAI HUJAN MIKROPLASTIK


 "Ketidakpedulian dan pembiaran pembakaran sampah plastik di Indonesia jadi  budaya bangsa dan berdampak pada kerugian berkelanjutan berupa hujan Mikroplastik" 

,Temuan air Hujan Tercemar Mikroplastik dan kontaminasi mikroplastik udara 18 Kota di Indonesia semakin membuka mata bahaya aktifitas membakar sampah plastik, Menurut Peneliti mikroplastik Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah (Ecoton) dan Masyarakat Jurnalis Lingkungan Indonesia (SIEJ) Mei-Juli 2025 menunjukkan bahwa kontribusi kontaminasi mikroplastik di udara penyumbang terbesarnya berasal dari aktivitas pembakaran sampah.

Kategori Sumber Aktivitas

Presentase

Pembakaran sampah plastik

55.0%

Rumah tangga & kemasan plastik

22.0%

Laundry & tekstil domestik

27.7%

Industri & konstruksi

16.6%

Transportasi (ban, aspal, rel)

33.3%

Aktivitas pariwisata

11.1%

Perikanan & pesisir

5.6%

Pertanian

5.6%

Tabel diatas menunjukkan bahwa sector pembakaran sampah menjadi penyumbang terbesar keberadaan mikroplastik diudara.  “55% sumber mikroplastik di Udara berasal dari kegiatan Pembakaran sampah plastik, sedangkan sector transportas menyumbang 33% disusul kegiatan laundry dan tumpukan sampah kemasan yang tak terkelola” ungkap Rafika Aprilianti, lebih lanjut Kepala Laboratorium Mikroplastik Ecoton ini menjelaskan bahwa sumber aktifitas manusia menghasilkan jenis polimer plastik yang berbeda-beda.


Identifikasi Polimer indikator Sumber Mikroplastik

Penelitian Mikroplastik di 18 Kota yang dilakukan oleh Ecotn dan SIEJ melalui 3 tahapan, yaitu pertama melakukan pengambilan sample dengan menggunakan cawan petri di tiga lokasi berbeda ditiap kota, kedua melakukan inventarisasi fisik mikroplastik dengan menggunakan mikroskop Olympus CX dengan pembesaran 400x dan ketiga, identifikasi jenis Polimer dengan FTIR. Identifikasi polimer merupakan tahap penting karena dengan mengetahui jenis polimer mikroplastik maka akan bisa diketahui sumber atau asal mikroplastik. Produk Plastik yang dipakai sehari-hari seperti tas kresek, gelas plastik, Styrofoam, dan peralatan plastik lainnya tersusun polimer sintetis (bahan kimia berbasis petroleum atau minyak bumi) yang dibentuk melalui proses polimerisasi dan bahan tambahan.

Tabel Jenis Polimer dan Bahan Tambahan Penyusun Produk Plastik

No

Jenis Produk Plastik

Polimer Sintetis

Bahan Tambahan

1.

Tas Kresek

Polietilena (PE)

Plasticizer (pelunak), Colorant (pewarna),

Stabilizer (penjaga daya tahan panas dan sinar UV)

 

2.

Botol Air Minum Kemasan

Polietilen tereftalat (PET)

Antioxidant, plasticizer, colorant, dan UV stabilizer

3.

Gelas Plastik tahan Panas

Polipropilena (PP)

4.

Sedotan

Polipropilena (PP)

Colorant (memberi warna cerah) Antistatic agent dan stabilizer

 

Tabel Identifikasi Jenis Polimer di udara 18 Kota

No

Kota

Jumlah Mikroplastik (partikel)

Jenis Polimer (FTIR)

Sumber Aktivitas Spesifik

1

Jakarta Pusat

37 (17 fiber, 20 fragmen)

PTFE, Polyester, Polyolefin

Aktivitas jual-beli tekstil di Pasar Tanah Abang, laundry rumah tangga, emisi kendaraan padat, dan pembakaran sampah plastik di area permukiman.

2

Jakarta Selatan

30 (15 fiber, 15 fragmen)

Polyisobutylene, Silika

Gesekan ban dan rel KRL, proyek konstruksi, serta pembakaran limbah rumah tangga di daerah Manggarai–Kebayoran Lama.

3

Bandung

16 (6 fiber, 10 fragmen)

Poly(butylene terephthalate) – PBT

Balai Besar Pulp & Kertas Bandung – kemungkinan berasal dari emisi industri pulp dan kertas, penggunaan resin termoplastik PBT pada komponen peralatan laboratorium, serta aktivitas transportasi dan pembakaran sampah plastik di sekitar area industri.

4

Semarang

13 (8 fiber, 5 fragmen)

Polyolefin (PE, PP)

Aktivitas pasar tradisional, pemukiman padat, dan area kampus. Sumber utama dari kemasan plastik sekali pakai, tali rafia, dan pembakaran sampah terbuka.

5

Kupang

13 (5 fiber, 8 fragmen)

PTFE

Industri listrik dan permesinan, pelepasan dari kabel listrik dan pelapis anti lengket, serta pembakaran plastik di area terbuka.

6

Denpasar

12 (5 fiber, 7 fragmen)

Polyester, Polyolefin

Laundry hotel dan homestay wisata, kemasan makanan dan minuman wisatawan, serta pembakaran sampah domestik di pemukiman sekitar.

7

Jambi

12 (12 fiber, 0 fragmen)

Polyamide (Nylon)

Pencucian pakaian sintetis di rumah tangga, jaring ikan nylon dari aktivitas perikanan darat, serta penjemuran pakaian di udara terbuka.

8

Surabaya

12 (5 fiber, 7 fragmen)

PTFE, Polyester, Polyamide

Industri otomotif dan elektronik, gesekan ban kendaraan, serta pelepasan serat tekstil dari aktivitas rumah tangga.

9

Palembang

10 (2 fiber, 8 fragmen)

Epoxy Resin (BPA-based)

Aktivitas pelabuhan dan konstruksi bangunan, penggunaan cat/pelapis epoxy, serta pembakaran material konstruksi.

10

Pontianak

10 (2 fiber, 8 fragmen)

Silika (dominan), Polyolefin

Proyek pembangunan di sekitar Tugu Khatulistiwa, debu jalan dan material bangunan, serta pembakaran plastik terbuka.

11

Aceh Utara

9 (5 fiber, 4 fragmen)

Polyisobutylene

Gesekan ban kendaraan di jalan lintas provinsi, degradasi aspal sintetis, dan pembakaran sampah di area industri ringan.

12

Sumbawa

10 (7 fiber, 3 fragmen)

Polyolefin

Pembakaran sampah rumah tangga, aktivitas pertanian, dan debu jalan raya.

13

Palu

9 (2 fiber, 7 fragmen)

PTFE

Emisi kabel listrik dan mesin industri kampus, serta pembakaran plastik di sekitar area permukiman.

14

Sidoarjo

9 (4 fiber, 5 fragmen)

Polyethylene (PE), Polypropylene (PP)

Aktivitas pabrik plastik dan pengemasan, pembakaran limbah pabrik, serta penggunaan plastik sekali pakai di rumah tangga.

15

Gianyar

6 (2 fiber, 4 fragmen)

Polyester, Polyolefin

Laundry hotel dan villa pariwisata, serat pakaian wisatawan, serta pembakaran sampah domestik di area wisata.

16

Solo

6 (2 fiber, 4 fragmen)

Polyester (PET)

Industri konveksi dan tekstil rumahan, pencucian dan pengeringan pakaian sintetis, serta limbah plastik domestik.

17

Bulukumba

4 (4 fiber, 0 fragmen)

Polyamide (Nylon), Polyester

Aktivitas nelayan di pelabuhan, pelepasan dari jaring ikan dan tali kapal, serta pembakaran sampah pesisir.

18

Malang

2 (2 fiber, 0 fragmen)

Polyamide (Nylon)

Serat pakaian rumah tangga di lingkungan bervegetasi padat, dengan aktivitas kendaraan dan industri rendah.

Tabel Jenis Aktivitas Manusia sumber mikroplastik di 18 Kota

Kategori Sumber Aktivitas Spesifik

Jumlah Kota

Persentase (%)

Daftar Kota yang Termasuk

Keterangan Singkat

Pembakaran sampah plastik

10

38.5

Jakarta Pusat, Jakarta Selatan, Bandung, Semarang, Kupang, Denpasar, Surabaya, Pontianak, Sidoarjo, Gianyar

Pembakaran sampah terbuka di permukiman, lahan kosong, area industri, serta sekitar hotel/villa di kawasan wisata menghasilkan partikel PTFE, polyolefin, dan polyester di udara.

Laundry dan tekstil domestik

4

15.4

Jakarta Pusat, Bandung, Jambi, Solo

Pelepasan serat mikro dari pencucian dan pengeringan pakaian sintetis (polyester, nylon, PBT) di lingkungan rumah tangga dan industri konveksi.

Industri dan konstruksi

5

19.2

Bandung, Surabaya, Palembang, Pontianak, Kupang

Emisi partikel mikroplastik dari industri pulp dan kertas, otomotif, elektronik, serta konstruksi bangunan (resin, PTFE, epoxy).

Transportasi (ban, aspal, rel)

3

11.5

Jakarta Selatan, Aceh Utara, Surabaya

Gesekan ban dan rel KRL menghasilkan polimer karet sintetis (polyisobutylene), serta pelepasan partikel dari aspal.

Rumah tangga dan kemasan plastik

6

23.1

Jakarta Pusat, Semarang, Sidoarjo, Sumbawa, Denpasar, Gianyar

Penggunaan dan pembuangan plastik sekali pakai (kantong, botol, wadah) serta aktivitas domestik di rumah tangga padat penduduk.

Aktivitas pariwisata

2

7.7

Denpasar, Gianyar

Serat polyester dan polyolefin dari laundry hotel atau villa, pakaian wisatawan, serta kemasan makanan dan minuman di kawasan wisata.

Perikanan dan pesisir

1

3.8

Bulukumba

Pelepasan serat nylon dan polyester dari jaring ikan, tali kapal, serta pembakaran limbah pesisir.

Pertanian

1

3.8

Sumbawa

Mikroplastik polyolefin dari mulsa pertanian, debu jalan, serta pembakaran limbah rumah tangga di area pedesaan.

 

Berdasarkan hasil identifikasi polimer mikroplastik di udara dari 18 kota pengamatan, diketahui bahwa pembakaran sampah plastik menjadi sumber aktivitas paling dominan, terdeteksi di 55,6% kota yang diteliti. Temuan ini mengindikasikan bahwa praktik pembakaran sampah terbuka masih menjadi permasalahan serius di kawasan perkotaan Indonesia, terutama di daerah padat penduduk, kawasan industri, dan lingkungan perumahan yang tidak memiliki sistem pengelolaan sampah yang memadai. Proses pembakaran menghasilkan partikel mikroplastik jenis polyolefin termasuk PE (Polyethylene), PP (Polypropylene) dan PB (polybutene), PTFE, dan polyester yang terdispersi di udara melalui jelaga dan abu ringan.

Aktivitas rumah tangga dan penggunaan kemasan plastik sekali pakai juga memberikan kontribusi besar (33,3%), terutama di kota-kota dengan konsumsi tinggi produk plastik seperti Jakarta, Denpasar, dan Sidoarjo. Hal ini memperlihatkan keterkaitan langsung antara perilaku konsumsi masyarakat dan peningkatan beban mikroplastik di atmosfer.

Selanjutnya, aktivitas industri dan konstruksi berkontribusi sebesar 27,8%, terutama di kota dengan kawasan industri besar seperti Bandung, Surabaya, Palembang, dan Pontianak. Emisi mikroplastik dari sektor ini berasal dari penggunaan resin sintetis, cat berbasis polimer, serta bahan bangunan yang mengandung plastik.

Sumber dari laundry dan tekstil domestik (22,2%) menunjukkan bahwa pelepasan serat sintetis dari pakaian selama proses pencucian, pengeringan, dan penjemuran berperan signifikan dalam pencemaran udara mikroplastik di lingkungan domestik. Sementara itu, aktivitas transportasi seperti gesekan ban, aspal, dan rel KRL menyumbang sekitar 16,7%, mencerminkan hubungan antara kepadatan lalu lintas dengan peningkatan emisi mikroplastik ke atmosfer.

Aktivitas pariwisata (11,1%), perikanan dan pesisir (5,6%), serta pertanian (5,6%) turut menjadi sumber spesifik di wilayah tertentu. Di daerah wisata seperti Denpasar dan Gianyar, penggunaan kemasan sekali pakai dan laundry hotel meningkatkan emisi mikroplastik. Di wilayah pesisir seperti Bulukumba dan Sumbawa, aktivitas perikanan dan penggunaan plastik pertanian (mulsa) berkontribusi terhadap pelepasan partikel mikroplastik ke udara melalui pembakaran terbuka dan angin permukaan.

Stop Bakar Sampah Plastik

Mikroplastik di udara akan menimbulkan gangguan kesehatan yang serius pada kesehatan manusia dan kerusakan lingkungan hidup, maka diperlukan upaya preventif untuk mengurangi pencemaran mikroplastik, berupa Menghentikan kegiatan pembakaran sampah secara terbuka. ”Saat ini banyak ditemukan kegiatan pembakaran sampah dengan menggunakan tungku bakar alias pembakaran sampah secara terbuka, kegiatan ini menjadi sumber utama dari pencemaran mikroplastik di Udara, UU 18 2008 tentang pengelolaan sampah telah melarang kegiatan membakar sampah namun dengan membludaknya timbunan sampah membuat orang menggunakan cara instan berupa membakar sampah, aktivitas ini harus dihentikan jika ingin mengurangi pencemaran mikroplastik”ungkap Daru Setyorini, lebih lanjut direktur ecoton ini menyarankan agar pemerintah menegakkan hukum dan bisa mengurangi sampah dari sumbernya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Populer