Sikap Delegasi Indonesia dalam INC 5.2 tidak mendukung Pengurangan Produksi Plastik mengundang kecewa dan Khawatir Gen Z. Aeshnina Azzahra aqilani Menuliskan surat terbuka Kepada kepala delegasi Indonesia dalam INC 5.2, untuk mempertimbangkan fakta kerusakan lingkungan dan kesehatan akibat mikroplastik. " Konsumsi mikroplastik meningkatkan risiko kanker, gangguan pernapasan, penyakit usus, serta infertilitas pada pria dan wanita. Mikroplastik juga diketahui memicu peradangan—yang merupakan kondisi awal dari kanker—dan kemungkinan mengganggu kerja antibiotik" ujar Nina, lebih lanjut mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Airlangga Surabaya ini menyatakan tidak ada solusi lain selain mengurangi produksi plastik dan memonitoring keberadaan mikroplastik di alam. Sebelumnya Nina panggilan Aeshnina hadir dalam INC 4 di Ottawa dan INC 5 di Busan dan menyampaikan intervensi dalam forum pleno INC meminta UN membuat regulasi yang mengurangi produksi plastik dan melindungi Gen Z dan Gen Alpha dari polusi mikroplastik.
"Kita butuh aturan global yang mengikat secara hukum tentang bahan-bahan kimia tambahan dalam proses pembuatan produk packaging makanan dari plastik seperti BPA, Phtalat dan PFAS yang mencemari lingkungand dan kesehatan manusia, ketiga bahan ini harus dilarang dan dicantumkan dalam produk plastik, agar masyarakat lebih waspada" ungkap Nina yang tidak hadir secara langsung dalam forum INC.
Surat Terbuka Menteri Lingkungan Hidup Indonesia dan Ketua Delegasi Indonesia dalam INC 5.2 di Genewa Swiss
Perihal : Desakan kepada Menteri LH Dukung Perjanjian Plastik Global Pengurangan Produksi Plastik yang mengikat secara hukum
Kepada Yth Dr Hanif Faisol Nurofiq - Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia
Tembusan : Erik Teguh Primiantoro - Ketua Delegasi Indonesia INC 5.2 Swiss
5-14 Agustus 2025 Lebih dari 3.700 peserta dari 184 negara dan 619 organisasi pengamat menghadiri Intergovernmental Negotiating Committee (INC-5.2), di kantor PBB , Geneva, Swiss. INC 5.2 membuat perjanjian untuk mengakhiri polusi plastik yang berdampak bagi planet, ekonomi, dan kesehatan manusia.
Plastik mendorong perubahan
iklim dan mencemari lautan, sungai, tanah, udara, serta berdampak pada manusia
dan makhluk hidup lainnya. Plastik meracuni komunitas, rumah, dan tubuh kita.
Riset terbaru kami menemukan Darah, ketuban dan air seni ibu hamil di Gresik
telah tercemar mikroplastik. Udara 20 kota besar di Indonesia terkontaminasi
Mikroplastik. Gen Z adalah korban dari krisis plastik Jaman ini.
Sebagai anak muda kami mengajak
kepada masyarakat global, penduduk Indonesia, ilmuwan, dan pelaku bisnis,
terutama delegasi Indonesia dalam INC 5.2 untuk menyerukan tindakan ambisius
dan mendesak untuk mengatasi ancaman polusi plastik.
Solusinya sudah ada dan sudah jelas, tidak perlu dipersulit lagi.
Kita
harus berhenti memproduksi plastik dalam jumlah besar; Saat inilah waktu yang
tepat untuk mengakhiri dampak plastik terhadap lingkungan dan kesehatan manusia.
Waktu kita sudah terbatas, jangan dibuang buang. Jika kita benar benar ingin
hidup di lingkungan bersih dan sehat, tidak akan sempat menghalangi perjanjiang
ini. Jangan khawatir akan kehilangan profit. Jika anda renungi lagi, jika kita
memprioritaskan planet dan people, akan sangat mudah untuk mendapatkan profit.
Saya Berharap kepada Pak Menteri dan Ketua Delegasi Indonesia
di INC 5.2 untuk berupaya mewujudkan Perjanjian Plastik Global yang kuat dan
mengikat secara hukum agar menciptakan masa depan yang bebas dari polusi
plastik, kesehatan dan planet kita sejahtera, untuk sekarang dan untuk generasi
mendatang.
Hormat Saya
Aeshnina Azzahra Aqilani Captain River Warrior Indonesia
Betul, plastik yang tidak dapat didaur ulang secara ekologis, a.l. karena kimia yang beracun, merupakan serangan serius terhadap segala yang hidup. Niat pemerintah dan delegasinya untuk mengurangi produksinya (atau tidak) akan menunjukkan apakah pemerintahan kita masih memiliki moral atau tidak.
BalasHapus