Aksi Himbau Warga Tapak Tuan agar tak buang sampah di Krueng Sarullah (26/5) |
"Pada umumnya warga Tapaktuan
membuang sampahnya ke sungai, karena kesadaran yang kurang tentang dampak
kesehatan sampah plastik jika dibuang ke sungai" ungkap Tonicko Anggara, lebih
lanjut aktivis Lembaga Pariwisatan dan Pecinta Alam Mahasiswa Islam (LEPPAMI)
Banda Aceh Menghimbau agar setiap warga Tapaktuan untuk tidak membuang sampah ke
sungai, dampaknya sungai menjadi kotor dan sudah tidak bisa termanfaatkan karena
sungainya sudah tercemar mikroplastik.
Implementasi 3R
Sampah Botol plastik mengganggu keindangan pantai tapaktuan (26/5) |
Banyaknya jenis sampah plastik seperti sachet, botol plastik, sedotan, styrofoam dan popok maka perlu didorongkan upaya 3R atau reduce yaitu :
Pertama, mengurangi konsumsi produk sekali pakai
sehingga menghasilkan minim sampah plastik, Kedua Reuse atau menggunakan ulang,
praktik ini bisa dilakukan dengan menggunakan kembali barang atau peralatan
rumah tangga seperti menggunakan tumbler dan tidak menggunakan botol plastik
sekali pakai, menggunakan rantang untuk beli rendang dan sayuran atau bakso
dibandingkan membungkus makanan dan sayur dengan plastik, dan
Ketiga adalah recycle
atau mendaur ulang. " Sampah botol plastik banyak bertebaran dimuara krueng
Serullah seharusnya Pemkot menyediakan sarana tempat sampah atau memasang jaring
ditengah sungai untuk menjebak botol dan sampah plastik tidak mencemari lautan,
botol dan sampah plastik kemudian bisa dikumpulkan dan didaur ulang,"ungkap
Prigi Arisandi.
Political Will
Aksi Mendorong inisiatif Pemkab Aceh Selatan prioritaskan Managemen Sampah |
Tim ekspedisi sungai nusantara juga berharap ada political will pemerintah untuk memprioritaskan penanganan sampah karena selama ini Pemerintah daerah hanya mampu melayani 30%-40% penduduknya, lebih banyak penduduk yang tidak terlayani sistem pengolahan sampah. "Diperlukan inisiatif out of the box bagi institusi yang menangani lingkungan di Aceh Selatan karena problem sampah sudah menjadi problem global sehingga dibutuhkan kepemimpinan yang berwawasan global dan aksi lokal, Tapaktuan butuh pekerja keras dan pemikir untuk bisa membebaskan Krueng Serullah dari ancaman mikroplastik" pungkas Prigi Arisandi.
Krueng Serullah telah tercemar mikroplastik akibat buruknya managemen
pengelolaan sampah, selain gotong royong diperlukan leadership yang kuat untuk
menyadarkan warga bahwa sungai bukan tempat sampah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar