Rabu, 25 Mei 2022

SAMPAH SACHET WINGS DAN UNILEVER CEMARI PANTAI BARAT ACEH SELATAN

Tonicko Anggara menunjukkan sampah sachet di muara Krueng Sarulah (24/5)

“Kami menemukan banyak sampah sachet dari produsen-produsen besar yang mengganggu estetika di kota Tapak Tuan” ungkap Tonicko Anggara, lebih lanjut aktivis  Lembaga Pariwisata dan Pecinta Alam mahasiswa Islam (LEPPAMI) Aceh  merasa prihatin dengan banyaknya sampah yang tidak terkelola yang menggangu keindahan kota.  
Temuan Tim Ekspedisi Sungai Nusantara menunjukkan bahwa Krueng Sarulah tercemar Mikroplastik. “Dijadikannya sungai sebagai tempat sampah akan menimbulkan kontaminasi mikroplastik di perairan, karena sampah plastik di perairan akan terpecah menjadi mikroplastik” Ungkap Amiruddin Muttaqin, lebih lanjut peneliti tim ESN ini menjelaskan bahwa perilaku masyarakat masih menganggap sungai menjadi tempat sampah ditambah dengan minimnya anggaran yang dialokasikan oleh Pemerintah Kabupaten pada penanganan problem sampah sehingga minim pembangunan fasilitas infrastruktur pengelolaan sampah. “tidak aneh jika sungai dijadikan tempat sampah karena Pemerintah Daerah belum memprioritaskan penanganan sampah’ Lanjut Amiruddin.

Di Indonesia pelayanan sampah hanya mampu menjangkau 30% hingga 40% penduduk, sehingga 60%-70% penduduk tidak mendapatkan pelayanan sampah mengakibatkan mereka membuang sampahnya sembarangan seperti membuang ke saluran air, kesungai, tepi pantai, lahan kosong, dipendam dipekarangan atau 40% jumlah sampah yang timbul berakhir dengan dibakar. Padahal membakar sampah akan menghasilkan senyawapenyebab kanker yang dikenal dengan dioksin dan furan.

Brand Audit sampah Plastik Krueng Sarulah

Bersama LEPPAMI ACEH Tim ESN selain melakukan uji Mikroplastik juga melakukan kegiatan Brand Audit atau audit merk sampah plastik sekali pakai yang menjadi pencemar di Krueng Sarulah. “kami mengumpulkan sampah-sampah plastik yang bermerk yang kami temui di tiga lokasi yaitu Hulu Simerah, Kampung Hulu dan Muara Krueng Rasulah dan berhasil mengidentifikasi 500 piece (lembar) sampah plastik berupa sachet (multilayer), botol dan gelas plastik, popok, Styrofoam wadah mie dan plastik single layer (selapis) Hasil dari audit didapatkan bahwa terdapat 5 Brand besar yang paling banyak ditemukan menjadi sampah di Sungai adalah Produk dari PT Wings, PT Unilever, PT Indofood, PT Mayora, PT Unicharm dan PT Frisian Flag, keenam Brand ternama ini sebanyak 68% dari sampah plastik yang ditemukan di Krueng Sarulah,” Ungkap Prigi Arisandi, lebih lanjut tim peneliti ESN ini menjelaskan bahwa sampah jenis sachet tidak laku di bank sampah dan sulit untuk didaur ulang sehingga umumnya sampah ini berakhir dengan dibakar atau dibuang di sungai berakhir di laut.

Muara sungai dipenuhi sampah sachet

“selain sampah-sampah plastik bermerk kami juga menemukan sampah tidak bermerk seperti tas kresek, sedotan, tas bening, pakaian bekas dan Styrofoam, untuk sampah yang bermerk harus menjadi tanggung jawab produsen untuk ikut mengelola mengingat dalam Undang-undang pengelolaan sampah nomor 18 Tahun 2008 menjelaskan bahwa setiap produsen yang menghasilkan sampah dalam produknya yang tidak bisa diolah maka produsen harus ikut bertanggung jawab, Tanggung jawab perusahaan turut mengolah sampahnya ini dikenal dengan prinsip EPR atau extended Produser Responsibility,” Ungkap Prigi Arisandi, lebih lanjut direktur eksekutif lembaga Kajian Ekologi dan konservasi lahan basah (ecoton) mendorong para produsen besar seperti Wings, Unilever, Indofood, Mayora, Unicharm dan Frisian Flag harus memberikan kontribusinya dalam pengelolaan sampah di Tapak Tuan.

”Produsen ini sudah menghasilkan sampah-sampah sachet yang tidak bisa didaur ulang sehingga mencemari perairan di tapak tuan dan memberikan efek ancaman kesehatan serius karena sampah sachet akan terpecah menjadi mikroplastik dan dikonsumsi ikan selanjutnya ikan menjadi sumber protein bagi manusia, padahal dalam mikroplastik yang ada diperairan mereka akan mengikat polutan di air seperti phospat, klorin, logam berat dan polutan lain dalam air, polutan ini akan masuk kedalam tubuh melalui ikan yang dikonsumsi oleh manusia, jika tidak ada upaya pengendalian dan pengurangan penggunaan plastik sekali pakai dan produk dalam sachet maka jumlah sampah plastik di perairan Tapak Tuan akan terus meningkat yang pada gilirannya akan menjadi ancaman serius bagi kesehatan Penduduk Tapak Tuan,” Ungkap Prigi Arisandi













Produsen besar lainnya masing-masing 3% : Danone (aqua) Coca-cola (Sprite, Fanta, Freshtea), Nestle (Milo, Dancow) CV Dua Prisma Lestari (air minum ADANT- produk Aceh Selatan), KAO, ABC 

Rekomendasi Ekspedisi Sungai Nusantara 

Pemkab Aceh Selatan harus mendorong Produsen-Produsen yang terbukti Nyampah di perairan dan menimbulkan ancaman serius untuk ikut berkontribusi dalam pengolahan sampah plastik sachet yang sulit didaur ulang dengan ikut menyediakan sarana infrastruktur Pengolahan dan pengangkutan sampah

  1.     Mendorong edukasi pengurangan penggunaan plastik sekali pakai dan pengurangan pemakaian produk dalam wadah kecil atau sachet, karena sachet tidak bisa didaur ulang. Bahan yang tidak dapat didaur ulang akan membebani lingkungan mencemari tanah dan mencemari perairan
  2.        Mendorong penggunaan wadah guna ulang atau wadah makanan yang bisa digunakan berkali-kali
  3.         Mendorong penduduk untuk menggunakan tas yang bisa digunakan berkali-kali
  4.       Produsen harus membuat refill station, atau depo isi ulang produk yang digunakan sehari-hari sehingga konsumen harus membawa wadah sendiri, sehingga sampah packaging atau bungkus bisa dikurangi
  5.       Mengingatkan prinsip 3R (reduce atau Mengurangi pemakaian, Reuse atau pakai kembali dan terakhir Recycle atau mendaur ulang)
  6.       Produsen harus ikut berkontribusi menyediakan tempat-tempat sampah di jembatan, sekolah dan fasilitas umum yang menjadi sumber timbulnya sampah sachet.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Populer