Aksi damai aktivis lingkunga Bengkulu di Jl Raya AIi sebakul Kamis (5/5/2022)
“Sampah
plastik diperairan Bengkulu sudah memberikan dampak nyata pada kerusakan
ekosistem, sumber air PDAM Bengkulu dari Sungai Nelas dan Air Bengkulu telah
terkontaminasi mikroplastik 10-20 partikel dalam 100 liter air, dalam ikan di
Pantai Segara Bengkulu ditemukan 16-41 partikel mikroplastik dalam setiap ekor
ikan yang di teliti” Ungkap Andi Kurnia, lebih lanjut ketua Mapetala Bengkulu
ini menjelaskan bahwa bahkan dalam
lambung Ikan Layur (Trichiurus lepturus),
Ikan Gulama (Johnius trachycephalus),
Ikan Kuwe (Carangoides caeruleopinnatus)
Ikan Lemah (Lactarius lactarius ) dan
Ikan Lencam (Lethrinus lentjan) di pantai
Segara Bengkulu telah diteliti ole Prodi Ilmu Kelautan Universitas Bengkulu
pada September 2020 hingga februari 2021. “Sistem pengolahan sampah Pemkot
Bengkulu menjadi salah satu factor utama kontribusi sampah plastik ke perairan
di Bengkulu, sampah-sampah plastik yang tidak terkelola inilah yang menjadi
sumber terbentuknya mikroplastik,” Ungkap Amiruddin Muttaqin, peneliti
Ekspedisi Sungai Nusantara.
Indonesia
adalah negara pembuang sampah plastik terbesar kedua setelah China. “Indonesia menyumbangkan 3,2 Juta ton sampah
plastik tiap tahun ke lautan, sampah plastik yang terbuang ke laut banyak
dijumpai di pesisir pantai panjang, beragam jenis sampah seperti Styrofoam, tas
kresek, sandal, popok dan packaging makanan dalam bentuk sachet tercecer
sepanjang pantai” Ungkap Andi Kurnia, lebih lanjut Ketua Mapetala Bengkulu
menjelaskan bahwa sampah laut (marine
debris) yang di jumpai di Pantai panjang 65% adalah jenis sampah anorganik
seperti karet, beling dan terbanyak adalah sampah Plastik sedangkan 35% adalah
sampah organic yang berupa sampah sisa makanan, kayu, daun dan material alam
lainnya. “sampah-sampah ini berasal dari sungai-sungai yang bermuara di pantai
panjang, yang mengkhawatirkan adalah proses fragmentasi yang memecah sampah
plastik menjadi ukuran lebih kecil yang disebut mikroplastik,” Ungkap Andi
Kurnia.
Untuk mengendalikan kontaminasi
Mikroplastik di Perairan maka Tim peneliti Mapetala, Telapak Badan teritori
Bengkulu berkolaborasi dengan tim Ekspedisi Sungai Nusantara melakukan Kegiatan
Identifikasi timbulan sampah dan menemukan 20 timbulan sampah liar di Kota
Bengkulu, penumpukan sampah terutama ditemukan di Pantai Panjang Bengkulu,
Tiang penyangga jembatan dan jalan (foto
lokasi terlampir). Kegiatan lain yang dilakukan tim ekspedisi Sungai
Nusantara bersama Ulayat Bengkulu dan Telapak BT Bengkulu adalah Brand audit..
“kami mengidentifikasi timbulan sampah illegal di Kota Bengkulu dan menemukan
lebih dari 20 lokasi timbulan sampah liar terutama di jembatan dan saluran air,
sampah yang ada kita kumpulkan dan identifikasi merk atau brand
produsennya,” Ungkap Andi Kurnia lebih
lanjut ketua Perkumpulan Mapetala Bengkulu menemukan 5 brand yang paling banyak ditemukan
diantaranya Unilever, Wings, Indofood,
Unicharm produsen popok mamy poko, Mayora dan Santos produsen Kopi Kapal api.
Timbulan
sampah liar pada 20 titik Kota Bengkulu ini disebabkan oleh:
1.
Sampah-sampah yang
teridentifikasi sebagian besar tidak terpilah alias dicampur antara organic dan
anorganik, tidak
adanya upaya penegakan hukum Perda 2/2011 membuat masyarakat masih mencampur
sampah organic dengan an organik
2.
Tidak tersedianya sarana
pengumpulan sampah di tiap RT atau Tiap Desa/Kelurahan yang memadai dan cukup, sehingga masyarakat di Bengkulu
masih membuang sampahnya ke tepi jalan, lahan terbuka/kebun sawit, saluran air,
jembatan dan sungai.
3. Dampak Sampah Plastik
Sampah yang tidak tertampung dengan baik/terkelola semestinya menjadikan sampah plastik ini terbawa kesaluran air dan pada akhirnya terbuang ke Sungai. Jenis sampah plastik sekali pakai seperti tas kresek, Styrofoam, sedotan, sachet, botol air minum sekali pakai dan popok jika terpapar matahari akan menjadi rapuh kemudian pengaruh fisik arus air sungai menjadikan sampah plastik akan terpecah-pecah menjadi serpihan plastik berukuran dibawah 5 mm yang disebut mikroplastik. Mikroplastik masuk dalam jenis senyawa pengganggu hormon atau Endocrine disrupting Compound/EDC jika masuk kedalam tubuh manusia akan berdampak pada gangguan system hormone yang mengatur reproduksi, system imun dan metabolism.”Gangguan yang saat ini dirasakan oleh tubuh yang terkontaminasi mikroplastik adalah penurunan kualitas dan kuantitas sperma,” Ungkap Amirrudin Muttaqin, Peneliti Ekspedisi Sungai Nusantara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar