Senin, 25 November 2024

Temui Wamen Lingkungan Hidup, Nina Minta Monitoring Pabrik Daur Ulang Kertas Impor

Aeshnina menunjukkan foto-foto dampak kerusakan sampah impor

(Busan, Senin,25/11/2024) Disela INC 5 di Busan Aeshnina Azzahra Aqilani bertemu dengan Diaz Faisal Malik Hendropriyono, Wakil Menteri Lingkungan Hidup(KLH)/Wakil Kepala Badan Pengendalian Lingkungan Hidup, Nina panggilan akrab Aeshnina menyampaikan Surat dan foto-foto kerusakan lingkungan akibat daur ulang sampah import di Jawa Timur dan Banten, Nina ingin KLH melakukan penguatan pengawasan pada industri kertas yang mendaur ulang sampah impor, meneliti kadar dioksin di lokasi pembakaran sampah impor di Kepanjen Malang, Tropodo Sidoarjo. "Pabrik daur ulang kertas impor di Jawa Timur masih membuang limbah ke sungai dan menimbulkan bau tidak sedap dan menyebabkan ikan mati massal, butuh Monitoring KLH agar limbah cair Pabrik kertas tidak mencemari sungai" papar Aeshnina, lebih lanjut Captain River Warrior Indonesia

Aeshnina Menemui Wamen KLH, Diaz Faisal Malik Hendropriyono, di sela 
acara INC 5 di Busan, Korea Selatan.

Organisasi pemuda peduli lingkungan, River Warrior Indonesia mendesak pemerintah segera menghentikan impor sampah plastik. Di Jakarta Pada Senin (25/11/2024) Tim River Warrior Indonesia mengirimkan Surat ke  kantor Presiden Republik Indonesia di Jakarta, dalam surat resmi yang ditujukan kepada Presiden RI, organisasi yang dipimpin oleh Aeshnina Azzahra Aqilani ini menyoroti dampak buruk sampah impor terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat.

Kami menemukan tumpukan sampah impor di lahan pabrik daur ulang, yang tidak hanya mencemari lingkungan tetapi juga meracuni rantai makanan dengan zat berbahaya seperti dioksin, BPA, dan mikroplastik,” kata Aeshnina dalam keterangan tertulis.

River Warrior juga memaparkan sejumlah temuan, di antaranya limbah cair dari pabrik daur ulang sampah impor yang mencemari Sungai Brantas dan Porong. Sungai ini merupakan sumber air bagi jutaan warga di Jawa Timur, termasuk di Surabaya, Gresik, Mojokerto, dan Sidoarjo.

“Pencemaran ini sudah masuk ke rantai makanan dan mengancam kesehatan masyarakat,” tambah Aeshnina. Menurut data UN Comtrade yang dikutip River Warrior, 11 negara pengirim sampah plastik terbesar ke Indonesia antara lain Jerman, Jepang, Inggris, dan Amerika Serikat. Negara-negara maju ini memiliki sistem pengelolaan sampah yang baik, tetapi lebih memilih mengekspor sampah plastiknya ke negara berkembang untuk menghindari biaya tinggi pengelolaan limbah yang aman di negaranya. Kami anak muda Indonesia menolak dijadikan tempat pembuangan sampah dunia. Negara maju harus bertanggung jawab atas limbahnya sendiri, bukan mengorbankan kesehatan dan lingkungan kami,” tegas Aeshnina.

Dalam surat tersebut, River Warrior mengajukan lima tuntutan kepada pemerintah, di antaranya:

1. Evaluasi izin impor semua perusahaan yang terlibat dalam impor sampah plastik dan kertas.

2. ⁠Pengetatan pengawasan kontainer sampah impor di pelabuhan internasional.

3. ⁠Penguatan sistem pengelolaan sampah domestik melalui layanan pengumpulan sampah terpilah di desa dan kelurahan.

Pembakaran batu gamping menggunakan plastik sampah impor menghasilkan
polusi udara dan pencemaran dioksin yang dapat mengancam kesehatan manusia
di Kecamatan kepanjen, Malang Jawa Timur
4. ⁠Penutupan lokasi pengolahan dan penimbunan sampah impor ilegal.

5. ⁠Desakan kepada negara pengekspor untuk bertanggung jawab membersihkan tempat pembuangan sampah ilegal di Indonesia.

River Warrior juga meminta pemerintah melibatkan aktivis muda dalam menyusun roadmap penghentian impor sampah plastik.

“Kami ingin memastikan masa depan Indonesia bebas dari polusi plastik. Anak muda punya hak atas lingkungan yang bersih, sehat, dan berkelanjutan,” kata Aeshnina. River Warrior, yang aktif memantau dan mengadvokasi isu perdagangan sampah plastik sejak 2019, mengajak masyarakat untuk mendukung langkah ini demi menyelamatkan lingkungan Indonesia dari kerusakan lebih lanjut.

Kontak Person River Warrior Indonesia :Aeshnina/ 087858454762


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Populer