Replika bayi dalam toples menggambarkan ancaman mikroplastik
pada kesehatan manusia, Nina dalam aksi di Busan menjelang INC5
Sabtu (23/11/2024)
Nina : Kami
menginginkan perjanjian yang kuat untuk melindungi kesehatan manusia dan
lingkungan dengan mengurangi produksi plastik, menghilangkan ancaman bahan
kimia beracun di seluruh siklus hidup plastik
“Rahim Ibu Sudah Terkontaminasi Mikroplastik, Kini Tempat Paling Aman Bagi Manusia Sudah Terkontaminasi. Di mana lagi tempat yang aman bagi manusia?” Kata Aeshnina.
Pada Momen INC 5 di
Busan, Aeshnina Azzahara Aqilani, Captain River Warrior Indonesia membawa 12
replika bayi yang ditempatkan dalam toples. Instalasi seni ini akan dipamerkan
di stand Pameran Aliansi Zerowaste Indonesia Busan Exhibition and Convention
Center (BEXCO) 2, Hall 321 – 322, 25 November hingga 1 Desember 2024. Replika toples
bayi ini menggambarkan kondisi bayi yang terkontaminasi mikroplastik, tidak ada
lagi tempat yang aman untuk bayi kotoran bayi dikaitkan dengan paparan
lingkungan setelah lahir, seperti melalui ASI, susu formula, botol susu
plastik, atau plastik
“Kami menginginkan perjanjian yang kuat untuk melindungi
kesehatan manusia dan lingkungan dengan mengurangi produksi plastik,
menghilangkan ancaman bahan kimia beracun di seluruh siklus hidup plastik, dan
mengendalikan pelepasan dan emisi bahan kimia plastik beracun,” kata Nina.
Penelitian terbaru
menemukan kehadiran mikroplastik dalam tubuh bayi, mulai dari plasenta hingga
ASI. Adanya mikroplastik dalam tubuh manusia berasal dari konsumsi makanan dan
minuman yang dibungkus kemasan plastik sekali pakai, udara yang terkontaminasi
mikroplastik dan kontak kulit dari penggunaan produk perawatan diri yang
mengandung mikroplastik (microbeads). Kondisi ini sangat
mengkhawatirkan, mengingat 16.000 jenis bahan kimia penyusun plastik, termasuk
senyawa beracun seperti Bisphenol A (BPA), ftalat, PCB, dan PBDE, terbukti
berdampak buruk bagi kesehatan manusia. Paparan bahan-bahan ini selama masa
kehamilan dan awal kehidupan bayi dapat mengganggu pertumbuhan, perkembangan
saraf, dan sistem reproduksi.
Mikroplastik dapat
terserap di saluran pencernaan dengan mekanisme persorpsi paraseluler dan
fagositosis, sehingga masuk ke dalam sirkulasi darah. Selanjutnya partikel
mikroplastik yang diameternya <20 mikrometer akan terdistribusi ke organ
sekunder, seperti otot, hati, ginjal, jantung, otak, ASI bahkan masuk kedalam
plasenta janin. Mikroplastik yang mencapai plasenta berpotensi masuk ke cairan
amnion, dan berpotensi masuk dalam tubuh janin.
Temuan Mengejutkan
Mikroplastik pada Bayi
1.
Plasenta — Studi Braun, T., Ehrlich, L., Henrich, W., Koeppel, S., Lomako, I., Schwabl, P., & Liebmann, B. (2021). Detection of microplastic in human placenta and meconium in a clinical setting. Pharmaceutics, 13(7), 921.mengidentifikasi
berbagai jenis mikroplastik pada plasenta ibu hamil, dengan jenis PP sebesar
33%, PVC 26,67%, PET 16,67%, dan HDPE 10%. Penelitian lebih lanjut menunjukkan
bahwa paparan mikroplastik pada plasenta meningkat dalam 15 tahun terakhir,
dari 60% pada 2006 menjadi 100% pada 2021 (Weingrill et al., 2023). Kondisi ini
sangat mengkhawatirkan, karena plasenta berfungsi vital sebagai penghubung
antara ibu dan janin. Paparan mikroplastik dapat mengganggu keseimbangan hormon
dan mengancam perkembangan organ bayi.
2.
Cairan Amnion — Cairan amnion atau ketuban, yang
melindungi janin selama kehamilan, juga mengandung mikroplastik. Halfar, J., Čabanová, K., Vávra, K., Delongová, P., Motyka, O., Špaček, R., ... & Heviánková, S. (2023). Microplastics and additives in patients with preterm birth: The first evidence of their presence in both human amniotic fluid and placenta. Chemosphere, 343, 140301 menemukan mikroplastik PET sebesar 72,72%, dengan dampak potensial
berupa gangguan fungsi biologis yang dapat mengakibatkan kelahiran prematur dan
risiko pertumbuhan janin yang terhambat.
3.
Mekonium Bayi (feses pertama yang dikeluarkan bayi) Penelitian dalam jurnal Liu, S., Guo, J., Liu, X., Yang, R., Wang, H., Sun, Y., ... & Dong, R. (2023). Detection of various microplastics in placentas, meconium, infant feces, breastmilk and infant formula: A pilot prospective study. Science of The Total Environment, 854, 158699 —Menyebutkan bahwa Mikroplastik yang terdeteksi pada meconium, terdapat mikroplastik jenis Other
82,8% ; PET 4.17% ; PVC 2.2% . Hal ini menunjukkan adanya paparan mikroplastik
pada janin selama kehamilan. Hal ini bisa berasal dari transfer mikroplastik
melalui plasenta dari ibu ke janin, yang mengakibatkan potensi akumulasi
mikroplastik di tubuh janin. Karena mekonium mulai terbentuk sejak 16 minggu
kehamilan, adanya mikroplastik di mekonium mengindikasikan paparan yang terjadi
selama perkembangan janin.
4.
Infant Feses Bayi (Li et al., 2023) : terdapat mikroplastik
jenis other 76.32% ; PET 7.86%, Feses bayi yang mengandung mikroplastik berasal
dari paparan lingkungan setelah kelahiran, seperti melalui konsumsi ASI, susu
formula, penggunaan botol susu plastik, atau mainan plastik. Studi ini
menemukan bahwa bayi yang sering menggunakan botol susu dan mengisap mainan
plastik memiliki jumlah mikroplastik yang lebih tinggi di feses mereka.
5.
ASI (Asi Susu Ibu) — Penelitian Ragusa, A., Svelato, A., Santacroce, C., et al. (2021). Plasticenta: First evidence of microplastics in human placenta. Environment International, 146, 106274. DOI: 10.1016/j.envint.2020.106274. melaporkan
adanya kontaminasi mikroplastik pada ASI, termasuk PET (37,50%) dan PP
(16,67%). Zat kimia pada mikroplastik dapat masuk melalui ASI, membawa risiko
gangguan endokrin yang berdampak pada perkembangan neurokognitif bayi.
Mikroplastik yang bersifat lipofilik dapat terikat pada komponen lemak dalam
ASI, meningkatkan risiko terakumulasi dalam tubuh bayi. Artinya mikroplastik
tidak hanya berada dalam ASI sebagai partikel bebas, tetapi juga bisa
"tertanam" di dalam komponen lemak, yang pada akhirnya dikonsumsi
oleh bayi.
Risiko Kesehatan yang Mengintai Bayi dan Anak
Mikroplastik
mempunyai kemampuan untuk menyerap dan mengikat polutan berbahaya yang
ada di sekitarnya . Mikroplastik serta senyawa kimia penyusunnya mempunyai
kemampuan bioakumulasi dan persistent
yaitu menumpuk dalam jaringan organisme selama hidupnya, karena tubuh tidak
mampu sepenuhnya mengeluarkan partikel ini. Serta mempunyai kemampuan biomagnifikasi
yaitu mikroplastik dan senyawa kimianya berpindah dari satu organisme ke
organisme lainnya dalam rantai makanan, sehingga konsentrasinya meningkat pada
predator tingkat atas, termasuk manusia.
Paparan mikroplastik
dan ribuan senyawa kimianya membawa risiko serius bagi bayi yang sedang
berkembang. Yaitu menyebabkan inflamasi dan gangguan sistem imun, mikroplastik
yang masuk ke tubuh dapat mengganggu perkembangan otak dan saraf bayi,
meningkatkan risiko infeksi, serta memengaruhi kesehatan di masa depan.
Penelitian ini
menyerukan perhatian serius dan tindakan tegas untuk membatasi penggunaan
plastik sekali pakai serta meningkatkan standar keamanan bahan kemasan plastik
yang digunakan sehari-hari. Upaya bersama dari pemerintah, industri, dan
masyarakat luas sangat dibutuhkan untuk melindungi bayi dan generasi mendatang
dari ancaman ini.
“Kami menginginkan
perjanjian yang kuat untuk melindungi kesehatan manusia dan lingkungan dengan
mengurangi produksi plastik, menghilangkan ancaman bahan kimia beracun di
seluruh siklus hidup plastik, dan mengendalikan pelepasan dan emisi bahan kimia
plastik beracun,” kata Nina.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar