Jatim menjadi Propinsi dengan kontaminasi mikroplastik tertinggi di Indonesia. Diperlukan regulasi pengurangan penggunaan plastik sekali pakai. Fakta menunjukkan bahwa mikroplastik telah ditemukan di dalam darah manusia, Lambung, Air susu ibu dan plasenta. Keberadaan mikroplastik ini buah dari buruknya tata kelola sampah di Jawa Timur, Pemerintah hanya mampu melayani kurang dari 40% populasi di Jawa Timur. Sebagian besar sampah plastik dibakar dan dibuang ke sungai.
Fakta
Tentang Sampah Plastik
1. Making
Oceans Plastic Free (2017) menyebutkan rata-rata ada 182,7 miliar kantong
plastik digunakan di Indonesia setiap tahunnya. Artinya bobot total sampah
kantong plastik di Indonesia mencapai 1.278.900 ton per-tahunnya.
2. Sampah
kantong plastik menyumbang setidaknya 40% dari keseluruhan sampah plastik di Indonesia. 511.560 ton kantong plastik
yang digunakan masyarakat Indonesia berakhir ke lautan.
3. Berdasarkan
data dari NPAP (National Plastic Action Partnership) menyebutkan bahwa
70% sampah plastik nasional diperkirakan sejumlah 4,8 juta ton prtahun tidak
terkelola dengan baik, seperti dibakar di ruang terbuka (48%), tidak dikelola
layak di tempat pembuangan sampah resmi (13%) dan sisanya menceamari saluran
air dan laut (9%) (sekitar 620.000 ton sampah plastik).
4. Mulai
dari proses produksi, konsumsi hingga pembuangannya, plastik memiliki potensi
polusi yang berdampak buruk bagi lingkungan. Dilansir dari kajian IPEN 2022
plastik mengandung lebih dari 10.000 bahan kimia, sementara 2.400 bahan kimia
ini adalah zat yang menjadi perhatian. Beberapa bahan kimia seperti ftalat, BPA,
senyawa perfluorinasi yang digunakan sebagai bahan tambahan untuk membuat
plastik telah dikaitkan dengan dampak kesehatan seperti kanker, kerusakan pada
kekebalan tubuh, kesehatan reproduksi, gangguan fungsi intelektual,
keterlambatan perkembangan dan kesehatan serius lainnya.
5. Sampah
plastik seperti Tas Kresek, Sedotam, Styrofoam, Sachet, popok bayi, botol
minuman air kemasan dan pembungkus plastik yang ada di perairan, udara dan
lingkungan sekitar manusia akan Terfragmentasi (terpecah) menjadi
“ftalat dapat
menurunkan tingkat hormon testosterone dan estrogen memblokir kerja hormon
tyroid dan sebagai racun pencemar system reproduksi, Bisphenol mempengaruhi
perkembangan otak dan meningkatkan kecemasan dan mengganggu hormone reproduksi.
Alkhylphenol mempengaruhi infertilitas pada laki-laki menyebabkan jumlah sperma
rendah bahkan meningkatkan resiko kanker” ujar Rafika Aprilianti, lebih
lanjut Kepala Laboratorium ECOTON menjelaskan bahwa Senyawa Bisphenol A dan
ftalat termasuk senyawa EDC (Endocrine-Disrupting Chemicals) atau senyawa
pengganggu Hormon, yang menyebabkan kerusakan vas deferens, konsentrasi sperma menurun,
meningkat malformasi (kelainan bentuk) sperma, menurunkan motilitas sperma
sehingga sulit untuk membuahi ovum dan apoptosis sel spermatogenic (kematian sel
spermatogenic). Selain itu, senyawa tersebut memicu gangguan hormon pada wanita
hingga menyebabkan Sindrom ovarium polikistik (PCOS). Sindrom polikistik ovarium (PCOS) adalah ketika ovum atau sel telur pada
perempuan tidak berkembang secara normal karena ketidakseimbangan hormon. Hal ini dapat menyebabkan periode menstruasi tidak teratur
disertai pembentukan kista pada ovarium. Kondisi ini juga dapat menyebabkan
wanita sulit untuk hamil.
Hal inilah yang menjadi kekhawatiran terhadap ancaman
polusi yang dihasilkan oleh plastik. Semakin sempit peluang hidup sehat manusia
apabila laju konsumsi plastik sekali pakai tidak dihentikan. Data ECOTON (2023)
telah mengidentifikasi mikroplastik pada sedimen Kali Pelayaran sebanyak 6.682
partikel mikroplastik. 1075 partikel mikroplastik di 4 oultlet pabrik kertas.
Bahkan, ditemukan mikroplastik pada ASI ibu hamil.
“Mikroplastik dapat
menjadi vektor polutan berbahaya di lingkungan karena karakteristik fisikokimianya, di antaranya
hidrofobik (Polutan berbahaya dapat diikat dan diangkut oleh mikroplastik). Senyawa
dari plastik dapat mengganggu dan merusak senyawa esterogen, menyebabkan kanker”. Ujar Rafika
Aprilianti.
“Manusia secara tidak langsung terlilit oleh plastik.
Semakin sempit ruang gerak untuk dapat terbebas dari ancaman polusi yang
dihasilkan oleh sampah plastik. Untuk makan dan minum makanan yang dikonsumsi
ternyata mengandung mikroplastik, di udara yang sehari-hari dihirup ternyata
terkontaminasi mikroplastik. Sudah seharusnya kita mulai melepas ketergantungan
terhadap penggunaan plastik sekali pakai, dengan cara mengurangi penggunaan
plastik dipaksa oleh peraturan dan penegakan hukum yang kuat” ungkap Alaika
Rahmatullah manajer Divisi Edukasi ECOTON.
Oleh karena itu, perlu kajian dan langkah strategis
untuk secara efektif membatasi produksi plastik, Pemerintah harus mulai
memikirkan untuk terlibat aktif dalam menghentikan rantai pencemaran
lingkungan, khususnya yang disebabkan oleh plastik dengan membangun komitmen
melalui perjanjian plastik global dalam membatasi penggunaan plastik sekali
pakai, membuat kebijakan-kebijakan yang berpihak keberlanjutan dan kelestarian
lingkungan, menindak tegas produsen-produsen yang melakukan ekstraksi dan
eksploitasi sumberdaya alam yang berdampak pada krisis iklim, polusi plastik
dan pencemaran lingkungan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar