aktivis ecoton melilitan plastik pada wajah, Grahadi Selasa (6/6/23) |
Aksi melilit plastik pada tubuh demonstran didepan Grahadi Selasa Siang (6/6) |
"175 negara telah bersepakat untuk mengurangi produksi plastik, produsen diwajibkan menjalankan tanggungjawab atas sampah plastik yang mereka hasilkan atau Extended Producer Responsibility, penerapan 3R (Reduce, Reuse Recycle) secara global," ungkap Alaika Rahmatulla, lebih lanjut Alumni Biologi UIN Malang ini menjelaskan bahwa Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk melakukan kesepakatan untuk pengurangan plastik sekali pakai, dan Pemprov Jatim serta Pemkab/Pemkot di Jawa Timur harus segera merespon dengan membuat regulagi pengurangan plastik sekali pakai.
Aksi dilakukan oleh 9 orang diwrapping dengan plastik dan dipajang didepan Gedung Negara Grahadi, yang mewakili kondisi masyarakat Jawa Timur yang terlilit sampah plastik, Setiap hari Industri manufaktur dan consumers Good mengalirkan produk-produk dengan packanging (bungkus) plastik sekali pakai seperti sachet, botol plastik minuman, tas kresek, sedotan dan Styrofoam digelontorkan oleh produsen sedangkan Kota/kabupaten di Jawa Timur hanya mampu melayani pengelolaan sampah kurang dari 40%. Sampah plastik yang tak terkelola berubah menjadi racun yang mengganggu kesehatan berupa mikroplastik dan senyawa beracun yang keluar saat plastik dibakar. Senyawa beracun ini seperti Dioksin dan furan, bahkan untuk kadar Dioksi, Jawa Timur menjadi wilayah dengan kadar kontaminasi tertinggi di Asia Tenggara. Kajian ecoton bersama IPEN menunjukkan bahwa kadar dioksin dalam Telor ayam kampong yang hidup di kawasan dengan intensitaf pembakaran sampah plastik tinggi kadar dioksinya 80 kali lipat dari standar WHO.
Remahan sampah plastik yang ukurannya dibawah 5 mm
disebut Mikroplastik dimasukkan dalam kategori senyawa Pengganggu hormon,
Temuan terbaru menunjukkan bahwa mikroplastik telah ditemukan dalam darah,
plasenta, air susu ibu, paru-paru dan organ tubuh manusia lainnya. Efek yang
kini sudah terjadi adalah penurunan kuantitas dan kualitas sperma akibat
paparan makanan dan minuman yang terkontaminasi mikroplastik.
Fakta-fakta ini seharusnya membuat Pemerintah di
Tingkat Propinsi dan Kota/Kabupaten bersegera membuat regulasi pengurangan
penggunaan plastik sekali pakai dan membangun sarana pendukung pengelolaan
sampah yang bisa meningkatan layanan sampah kepada masyarakat. “pemerintah
harus meningkatkan layanan sampah hingga 100% agar masyarakat tidak membuang
sampah ke sungai dan dibakar, perilaku ini akan semakin meningkatkan resiko
gangguan hormone bagi masyarakat di Jawa Timur,” ungkap Alaika Rahmatullah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar