Tas Asoy merupakan jenis sampah plastik yang banyak dijumpai di Musi |
1.
Jangkauan layanan sampah oleh Pemkot
Palembang yang terbatas sehingga sebagian besar masyarakat yang tinggal di tepi
sungai Musi tidak punya akses pelayanan membuang sampahnya ke Badan air sungai
Musi
2.
Minimnya tempat sampah sementara yang
ada di Pasar-pasar dan di kelurahan
3.
Tidak adanya upaya penegakan hukum
(patroli sungai) bagi pelaku pembuang sampah ke sungai sehingga masyarakat
bebas membuang sampahnya ke sungai
4.
Rendahnya kesadaran dan kepedulian masyarakat
untuk memelihara Sungai Musi
5.
Masif dan tidak terkontrolnya penggunaan
plastik sekali pakai
Sebelumnya Temuan Peneliti Ekspedisi Sungai
Nusantara (ESN) bersama dengan Aliansi Peduli Musi (APM) menunjukkan
kontaminasi mikroplastik dalam ikan-ikan yang hidup di Sungai Musi. ,
3 ikan yang dianalisis kandungan lambungnya adalah jenis kan Seluang (Rasbora daniconius), ikan Lampam (Barbonymus schwanenfeldii)
ikan sapil atau Tembakan (Helostoma
temminkii), sampel ikan diambil dari pasar ikan di Bawah Jembatan Siak 2
pada Minggu (17 Juli 2022) dari hasil analisis mikroplastik dalam lambung yang
dilakukan di Laboratorium Mikroplastik Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi
Lahan Basah (ecoton) di Gresik menunjukkan bahwa ketiga ikan sungai Musi ini
telah terkontaminasi Mikroplastik dengan masing-masing jenis mengandung 5
partikel mikroplastik(PM)/ ekor Ikan Seluang, 7PM/ekor ikan Sapil dan 10
PM/ekor ikan Lampang. Jenis mikroplastik yang ditemukan adalah fiber atau
benang/serat, filament, fragmen dan granula.
Keberadaan mikroplastik
di Ekosistem Sungai Musi telah diteliti sejak 2018, dimulai dengan penelitian
identifikasi mikroplastik di Sedimen, tahun 2019 ada penelitian Epan Sugandi
yang menganalisis jenis Mikroplastik di air sungai Musi. Penelitian terus
berkembang hingga pada tahun 2022 yang menemukan mikroplastik dalam tubuh ikan.
Mikroplastik adalah
serpihan atau remah-remah plastik hasil proses pemecahan dari plastik
benda-benda yang dibuat dari bahan plastik seperti tas asoy atau tas kresek,
sedotan, botol plastik, pembungkus atau wrapping, popok, sachet, peralatan
rumah tangga dan pembungkus makanan. Mikroplastik berukuran lebih kecil dari ½
sentimeter atau 5 mm, untuk mengamatinya dibutuhkan mikroskop. Dalam proses
pembuatan wadah plastik atau pembungkus dibutuhkan lebih dari 10.000 senyawa
sintetis seperti pelentur, pengeras plastik, anti minyak, pewarna, senyawa
penahan api. Senyawa-senyawa inilah yang menimbulkan efek bahaya bagi
lingkungan dan terutama untuk kesehatan manusia.
“Senyawa tambahan seperti phtalat untuk membuat plastik jenis PET yang
lentur seperti plastik bening untuk wadah sup atau cuko dan Botol Plastik, Bhispenil
A untuk mengeraskan plastik jenis HDPE sehingga bisa digunakan sebagai botol
sampho termasuk dalam kategori senyawa
pengganggu hormon atau SPH, sehingga saat plastik terpecah-pecah menjadi
material kecil dibawah 5 mm atau yang disebut mikroplastik maka senyawa SPH
juga akan terlarut didalam media lingkungan dan masuk kedalam rantai makanan”
Ujar Eka Chlara Budiarti, Lebih lanjut alumni kepala Laboratorium Mikroplastik
Ecoton ini menjelaskan bahwa bahan tambahan dalam produk plastik akan masuk
kedalam tubuh manusia melalui air, udara dan ikan yang dikonsumsi oleh manusia,
bahkan Penelitian terbaru 22 Maret 2022 di Belanda menunjukkan bahwa
mikroplastik telah masuk kedalam darah manusia. Pada tahun 2018 Ecoton meneliti
dan menemukan 103 sampel kotoran manusia yang tinggal di tepi sungai di Pulau
jawa 100% mengandung Mikroplastik.
Polimer
Plastik Sungai Musi
Hasil penelitian
Mikroplastik di Sungai Musi menemukan adanya 5 jenis mikroplastik yaitu
film/filament atau lembaran, fiber/serat atau benang-benag, granula, fragmen
atau cuilan plastik, dan foam atau busa. Jenis yang paling banyak ditemukan
adalah mikroplastik Fiber atau benang-benang yang berasal dari tekstil,
disebagian besar perairan sungai yang dihuni padat penduduk jenis mikroplastik
yang paling banyak ditemukan adalah jenis benang atau fiber yang berasal dari
limbah cair sisa mencuci pakaian atau laundry. Terdapat 6 Jenis Polimer yang
dijumpai yaitu : Polypropilen (PP), Polyethilen (PET), Polyester, Polivinil klorida (PVC), Nilon, Low Density Polyethilen (LDPE).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar