Minggu, 24 Juli 2022

Tercemar Mikroplastik, Mendesakkan Penanganan Sampah Plastik di Sungai Siak

Tim Ekspedisi Sungai Nusantara sedang Mejeng

Tim ekspedisi sungai Nusantara berkolaborasi dengan  Mapala fakultas Ekonomi Universitas Negeri Riau dan Telapak Bada Teritori Riau melakukan kegiatan Deteksi Kesehatan Sungai Siak dengan mengukur kualitas fisika kimia air dan uji kandungan Mikroplastik pada Jumat-Sabtu (1 dan 2 Juli 2022). Lokasi Pengukuran Kualitas air dilakukan di 6 lokasi yaitu : 1. Jembatan Siak 2, Sri Meranti kecamatan Rumbai  2. Siak River side,Kampung Bandar Kecamatan Senapelan Jl Cut Nyak Dien 1  3. Jembatan Siak 4, 4. muara Batang Sago, Pelindo 5. muara  Batang Sail dan 6. Kelurahan Tanjung Rhu,  wilayah Kecamatan  Lima puluh.

Lokasi penelitian ini kami ambil di bagian hulu diwakili oleh Jembatan Siak 2 di Sri Meranti dan hilirnya di wilayah kelurahan Tanjung Rhu Kecamatan  Lima puluh kemudian untuk mengetahui tingginya tingkat pencemaran dari kami mengambil sample dari sumber-sumbernya berupa anak sungai Batang sail dan Batang Sago,” Ungkap Dedy Admi Saputra, Peneliti dari Perkumpulan Telapak Riau.



Dari hasil uji kandungan Mikroplastik di Sungai Siak menunjukan bahwa rata-rata kandungan mikroplastik di Sungai Siak adalah  220 partikel mikroplastik (PM) dalam setiap 100 liter air. “rata-rata kandungan  mikroplastik di Sungai Siak adalah 220 partikel mikroplastik dalam 100 liter air, lokasi yang paling tinggi kadari mikroplastiknya adalah di Jembatan Siak 2 Meranti di Kecamatan Rumbai sebesar 280 partikel dalam 100 liter air,” ungkap Prigi Arisandi, lebih lanjut Peneliti Tim Ekspedisi Sungai Nusantara ini menyebutkan bahwa di Sungai Siak terdapat empat jenis mikroplastik yaitu jenis Granula, fragmen, filament dan Fiber atau benang.

 Mikroplastik Fiber

Temuan mikroplastik di Sungai Siak disebabkan banyaknya sampah plastik yang dibuang di badan air sungai, beragam jenis sampah plastik seperti tas kresek, sachet makanan, Styrofoam, popok bayi dan packaging (bungkus) personal care  seperti sachet shampo, sabun, detergen cuci dan botol plastik minuman” ungkap Prigi Arisandi, lebih lanjut Peneliti ESN menjelaskan bahwa sampah plastik sekali pakai yang dibuang ke sungai akan terfragmentasi (terpecah) menjadi serpihan plastik kecil berukuran dibawah 5 mm yang disebut mikroplastik. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 22/2021 menyebutkan bahwa dalam sungai-sungai di Indonesia tidak boleh ada sampah. “PP 22/2021 menyebutkan bahwa sungai-sungai di Indonesia harus Nihil sampah namun kenyataannya sungai Siak dan anak-anak Sungainya seperti batang Sagi dan Batang sail banyak dijumpai sampah-sampah plastik di permukaan sungai, bahkan banyak ditemukan timbunan sampah di tepi sungai akibat buruknya layanan sampah dipemukiman warga. Hasil uji kandungan Mikroplastik di Sungai Siak menunjukkan bahwa jenis mikroplastik fiber  atau benang-benang (73%)  paling mendominasi dibandingkan jenis filament  (19%) fragmen (7%), dan granula (1%).

“Jenis fiber atau benang berasal dari limbah cair rumah tangga seperti air bekas cucian pakaian yang melarutkan benang-benang dari pakaian yang dicuci, sumber lain adalah sampah popok bayi yang dibuang dan benang-benang plastik penyusun popok terlepas dan terlarut dalam air, jenis sampah yang menghasikan jenis filament adalah tas kresek, plastik pembungkus dan packaging makanan serta sampah sachet, sedangkan granula bisa berasal dari perawatan wajah yang menggunakan butiran-butiran seperti scrub pemutih wajah atau yang dikenal dengan microbeads, jenis ini banyak digunakan saat kita mandi dan terlarut dalam air menuju ke sungai Siak,” Ungkap Prigi Arisandi.

 Mikroplastik ancam kesehatan manusia

Mikroplastik adalah serpihan plastik berukuran kurang dari 5 mm yang berasal dari hasil fragmentasi atau terpecahnya plastik-plastik ukuran besar seperti tas kresek, sedotan, sachet, popok dan bungkus plastik atau peralatan terbuat dari plastik yang menjadi sampah dan terbuang di media air atau media lingkungan lainnya. Proses pecahnya plastik ukuran besar menjadi ukuran kecil disebabkan oleh radiasi sinar matahari, pengaruh fisik gerakan atau arus air.  Mikroplastik masuk kategori senyawa penganggu hormon karena dalam proses pembuatan plastik ada banyak bahan kimia sintetis tambahan dan sifat mikroplastik yang hidrofob atau mudah mengikat polutan dalam air. " Mikroplastik yang masuk dalam air akan mengikat polutan di air seperti logam berat, pestisida, detergen dan bakteri patogen, jika mikroplastik tertelan manusia melalui ikan, kerang dan air maka bahan polutan beracun akan berpindah ke tubuh manusia dan menyebabkan gangguan hormon," ungkap Prigi Arisandi, lebih lanjut Anggota Tim ESN ini menjelaskan bahwa Mikroplastik juga menjadi media tumbuh bagi bakteri pathogen.

Pencemaran Sungai Siak salah satu penyebabnya adalah buruknya system pengelolaan sampah di Kota Pekan Baru sehingga sampah plastik mengotori Sungai Siak.

Yang sebaiknya dilakukan pemerintah Kota Pekan Baru dengan Memprioritaskan pengendalian dan pengelolaan sampah khususon sampah plastik, melalui :

1.      Mendorong pemerintah Kota Pekan Baru dan pemprov Riau untuk mengendalikan pencemaran air di Sungai Deli dan mendorong prioritasi pengendalian penggunaan plastik sekali pakai dan penanganan sampah plastik.

2.      Menjadi Teladan, pemerintah Kota Pekan Baru memberikan teladan dalam perubahan perilaku pengurangan Plastik sekali Pakai (PSP) dalam setiap kegiatan Pemkot dan  yang mendukung pemilahan dan pengolahan sampah organik

3.      Produk Kebijakan, pemerintah Kota Pekan Baru menyusun Peraturan Daerah (Perda) pengelolaan sampah dan menerapkan sebagaimana mestinya, terutama Regulasi pengurangan PSP (tas kresek, Sachet, Styrofoam, Botol air minum dalam kemasan/AMDK, popok dan sedotan)

4.      Penerapan RTPS, pemerintah Kota Pekan Baru membuat dan menerapkan Rencana Teknis Pengelolaan Sampah (RTPS) di masing-masing daerah (seperti kelurahan atau desa).

5.      Fasilitas , pemerintah Kota Pekan Baru menyediakan fasilitas/ infrastruktur pengelolaan sampah khususnya pengelolaan sampah organik

6.      Kapasitas Pengolahan, pemerintah Kota Pekan Baru meningkatkan kapasitas pengolahan sampah organik di tingkat wilayah

7.      Kerjasama & Pembinaan, pemerintah Kota Pekan Baru melakukan kerja sama dan pembinaan bagi usaha- usaha informasi pengolahan sampah organik

8.      Mendukung Kampanye Zero Waste, mendukung kampanye pengurangan dan pengelolaan sampah secara instensif kepada masyarakat.

9.      Mendorong Produsen yang menghasilkan sampah untuk implementasi EPR dan Redesign Packaging produk sehingg tidak menimbulkan sampah jenis residu seperti sachet yang tidak bisa di daur ulang.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Populer