Sabtu, 10 Juli 2021

PENGAWASAN PEMKAB MOJOKERTO MLEMPEM LIMBAH PABRIK KERTAS RUSAK KALI PORONG

Buangan limbah cair PT Megasurya Eratama ke Kali Porong yang menimbulkan perubahan fisik air sungai Kali Porong
(Mojokerto 10/7/2021) Sabtu 10/7/2021 Mahasiswa Biologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang menemukan buangan limbah Cair PT Megasurta Eratama Jasem Mojokerto membuang limbah dengan TDS diatas 2400 ppm dan warna putih pekat serta menimbulkan aroma yang memusingkan. Kondisi ini dipicu oleh melempemnya pengawasan Pemkab Mojokerto pada aktivitas pembuangan limbah cair pabrik kertas di Kali Porong. Sebelumnya River Warrior, PoskoKKLuLa (Pos Koordinasi Keselamatan Korban Lumpur Lapindo), dan Brigade Evakuasi Popok melakukan ekspedisi menyusuri sungai-sungai di Sidoarjo selama dua hari hingga Sabtu 3 Juli 2021 menemukan banyaknya sampah plastik yang teronggok di bantaran sungai. "Kami menemukan 856 pohon-pohon di tepian Kali porong yang terbungkus dengan sampah plastik seperti sachet sampho, tas kresek, popok dan food packaging (bungkus makanan)," ungkap Aeshnina Azilan Aqilani koordinator River Warrior yang selama dua hari menyusuri Kali Porong dan kanal Mangetan. Lebih Lanjut Aeshnina juga menyebutkan temuan tentang banyaknya timbulan sampah rumah tangga di kanal Mangetan dan Kali Porong. "Tidak tersedianya tempat sampah yang memadai membuat masyarakat membuang sampahnya ke sungai," ungkap Aeshnina. Selain temuan sampah plastik, tim ekspedisi Kali Porong juga menemukan 3 pabrik kertas daur ulang yang membuang limbah cair yang berpotensi mencemari Kali Porong. "Kami menemukan masih adanya pabrik-pabrik yang membuang limbah cair mencemari sungai, kami temukan limbah cair PT Tjiwi Kimia Tbk, PT Pakerin (Pabrik Kertas Indonesia), dan PT Eratama Megasurya yang berbau menyengat, berwarna putih pekat yang berpotensi mencemari Kali Porong," ungkap Azis, koordinator BEP. Lebih lanjut Azis menuturkan bahwa TDS (total dissolved solid) atau kandungan ion terlarut limbah cair ketiga perusahaan diatas 1500 ppm yang menunjukkan tidak beroperasinya unit pengolah limbah cair yang optimal. "Tingginya TDS air limbah jauh diatas TDS kali porong sebesar 323 ppm, tingginya ppm air limbah menyebabkan air kali Porong keruh," ungkap Azis
. Lemahnya pengawasan ketaatan industri membuat pabrik membuang limbah cair yang mencemari sungai. "Harus ada upaya pengawasan berupa patroli sungai untuk memonitoring buangan limbah cair pabrik kertas yang dibuang di kali porong," ungkap Azis lebih lanjut. Alumni Hukum Universitas Bhayangkara Surabaya ini menyatakan bahwa jika tidak dikendalikan akan membawa dampak penurunan kualitas air Kali Porong, padahal di hilir ada ribuan hektar petani tambak udang dan bandeng di Sidoarjo yang memanfaatkan air Kali Porong sebagai media budidaya tambak. River warrior mendesak Perda Larangan plastik sekali pakai. Hal senada diungkapkan koordinataor PoskoKKLuLa, Bambang Catur Nusantara,"kami khawatir polutan yang tinggi telah masuk dalam rerantai makanan dan membahayakan kesehatan masyarakat jika mengkonsumsinya dalam waktu panjang." Ia berharap perusahaan-perusahaan di sepanjang Kali Porong untuk lebih sungguh-sungguh memantau kualitas limbah industri mereka sebelum digelontor ke sungai Porong. Catur yang juga Dewan Nasional WALHI ini mendesak pemprov Jawa Timur dan Jasa Tirta untuk melakukan pemantauan kualitas air secara berkala dan pada titik yang lebih banyak sepanjang Kali Porong. "Terutama pada outlet perusahaan-perusahaan yang buang limbah ke sungai hingga muara sungai yang mendapat endapan," pungkasnya. Temuan sampah plastik di Kali porong dan kanal Mangetan disebabkan oleh kelalaian Pemkab Sidoarjo dengan tidak memberikan pelayanan sampah rumah tangga secara maksimal. "Pemkab Sidoarjo tidak menyediakan tempat sampah sehingga banyak orang yang tinggal dekat sungai membuang sampahnya ke sungai, Pemkab juga harus membuat peraturan pelarangan penggunaan plastik sekali pakai," pungkas Aeshnina. Sampah plastik menjadi momok bagi lingkungan dan perairan karena 52% sampah yang ada disungai adalah sampah plastik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Populer