Minggu, 07 Februari 2021

SEAFOOD SELAT MADURA TERANCAM MIKROPLASTIK, MAHASISWA UTM DESAKKAN DIET PLASTIK SEKALI PAKAI

Selat Madura  merupakan Kawasan produktif dengan hasil tangkapan tertinggi di Jatim Data Badan Pusat Statistik (BPS) 2019 Menyebutkan bahwa Lamongan, Bangkalan, Sidoarjo, Surabaya dan  Gresik  menyumbangkan 35% tangkapan ikan laut di Jawa Timur 2019 sebesar 414.644 Ton. Lamongan, Bangkalan dan Gresik  merupakan wilayah yang termasuk dalam 5 kawasan tangkapan tertinggi tahun 2019. Namun kondisi ini terancam dengan temuan mikroplastik. Kelompok Studi OPTIK (Operasi Pengurangan Plastik) dari mahasiswa semester V program studi Ilmu Kelautan, Universitas Trunojoyo Madura. Penelitian Januari 2021 yang dilakukan di pesisir Lamongan, Pesisir Gresik dan Pesisir Kamal, Madura  menemukan dalam 100 liter air laut terdapat 15-50 partikel Mikroplastik sedangkan dalam 40 gram sedimen ditemukan 8-101 partikel Mikroplastik.

 Mikroplastik Menurunkan Pertumbuhan Ikan

Tim OPTIK UTM melakukan identifikasi mikroplastik
Mikroplastik pada perairan berbahaya bagi biota laut. Secara fisik mikroplastik merupakan benda mikro berukuran 10 mikron hingga 5000 mikron yang bergerak melayang-layang dikolom perairan dan terkadang mengendap pada dasar. Tampilan fisik mikroplastik tersebut dapat mengecoh ikan. Ikan akan menganggap mikroplastik adalah plankton / makanannya dan ikan akan memakan mikroplastik tersebut. Mikroplastik yang mengendap didasar perairan juga akan berdampak buruk bagi biota yang tinggal didasar perairan, seperti kerang, kupang, rajungan dan  cumi-cumi. Biota jenis kerang-kerangan mencari makan pada sedimen yang mengendap. Air yang mengandung mikroplastik akan mengendap pada sedimen dan besar kemungkinan akan dimakan kerang, kupang, rajungan dan  cumi-cumi.  Mikroplastik masuk kedalam tubuh biota maupun manusia  berbahaya karena mikroplastik yang berukuran mikro akan menyumbat saluran pencernaan dan mengganggu system penyerapan nutrisi yang mengakibatkan ikan ataupun manusia mengalami gangguan metabolisme,” Ungkap Dwi Syadina Putri salah satu koordinator Komunitas OPTIK, lebih lanjut mahasiswi semester V Prodi Ilmu kelautan UTM menjelaskan bahwa dampak mikroplastik dalam tubuh biota akan menurunkan tingkat pertumbuhan, menyumbang produksi enzim dan komplikasi pada system reproduksi bahkan bisa menimbulkan stress secara patologis.

Mengapa Mikroplastik Berbahaya?

Mikroplastik berasal dari dua sumber pertama sumber sekunder  yaitu dari sampah plastic yang banyak ditemukan di sungai dan pesisir, sampah plastik seperti tas kresek, sedotan, popok, bungkus, sachet, Styrofoam terdegradasi oleh panah matahari atau gesekan fisik arus air dan Kedua sumber primer dari butiran-butiran sintetis dalam bahan kosmetik dan perawan tubuh (microbeads) seperti sabun, sampho, lulur dan  body scrub.  Mikroplastik memiliki 3 sifat yang menyebabkan mikroplastik menjadi bahan berbahaya bagi lingkungan maupun makhluk hidup.

1.  Mikroplastik terbuat dari polimer Polietilen, Polipropilen, Poliethilpropilen dan PVC dan 7 bahan tambahan (zat aditif berbahaya). Zat adiktif berbahaya tersebut diantaranya  Bisphenols-A (BPA). BPA digunakan sebagai pengeras pada plastik. Efek negative  BPA dapat mempengaruhi perkembangan otak, kanker, diabetes, dan lain sebagainya. Phthalate bahan pelentur/elastisitas plastik. Phtalate menyebabkan terganggunya system hormone dalam tubuh yang mengakibatkan diabetes, disfungsi seksual dan menopause dini.

2.       Mikroplastik menjadi media tumbuh bakteri patogen,

3.  Hidrofob memiliki ikatan terbuka sehingga mudah mengikat senyawa polutan yang ada di perairan. Pesisir utara Jawa timur diketahui menjad muara dari polutan logam berat, pestisida, detergen, nitrat, nitrit, phospat yang berasal dari Sungai Brantas dan Bengawan Solo. Keberadaan mikroplastik di selat madura akan mengikat polutan dan meningkatkan daya racun (toksisitas) polutan.

Kami khawatir terkait dampak lingkungan dan Kesehatan mikroplastik apabila tidak mendapat perhatian serius, karena akan mengancam sumber perikanan bagi warga Jawa Timur, Kami OPTIK mendesak Pemerintah Propinsi Jawa Timur Untuk :

Pertama Membuat Perda Pelarangan/pengurangan plastik sekali pakai sebagai upaya mengendalikan timbulnya sampah plastik di sungai dan pesisir.  meningkatkan koordinasi antar pemerintah daerah yang dilewati sungai dengan pemerintah kabupaten perihal pencemaran dan sampah dilaut dan meningkatkan pengelolaan sampah.

Kedua melakukan penelitin lebih lanjut terhadap distribusi mikroplastik yang ada di laut, sedimen maupun biota-biotanya. Mengingat seafood merupakan salah satu komoditas utama daerah pesisir utara Jawa Timur dan selat Madura

Ketiga, Pemerintah harus menjaga kualitas hasil laut dan kualitas perairan pada wilayah pesisir utara Jawa Timur dan selat Madura, dengan menetapkan zona tangkap aman dari mikroplastik. 

OPTIK mengajak masyarakat untuk lebih peduli dan sadar terhadap lingkungan dengan cara tidak membuang sampah dan limbah cair ke Perairan Sungai dan Laut serta mendorong masyarakat deit Plastik sekali pakai dengan mengurangi pemakaian plastik sekali pakai seperti tas Kresek, Botol plastik air minum dalam kemasan, Styrofoam, sedotan, sachet, popok dan pembalut sekali pakai.

Kondisi Pesisir Gresik di Selat Madura banyak ditemukan timbulan sampah plastik akibat minimnya layanan pengelolaan sampah di Kabupaten/Kota yang dilewati aliran Sungai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Populer