Komunitas Lingkungan Hidup Mahasiswa prodi
Manajemen Sumberdaya Perairan, Universitas Trunojoyo Madura yang tergabung
dalam Kelompok studi CAER (Community of Aquatic Environment) melakukan
penelitian di sungai Brantas, kali Surabaya dan sungai Marmoyo pada bulan
Januari-Pebruari 2021. Hasilnya mereka menemukan kontaminasi mikroplastik dalam
air sungai dan lambung ikan. Penelitian CAER menunjukkan dalam 100L air
terdapat 59-100 partikel mikroplastik. Temuan lainnya adalah mikroplastik dalam
lambung ikan Wader dan Ikan Nila yang ada di Kali brantas. Kandungan
mikroplastik ini sangat berbahaya bagi ekosistem sungai terutama ancaman
Kesehatan masyarakat yang berinteraksi dengan sungai.
Sumber Mikroplastik
Mikroplastik bersumber dari sampah-sampah plastic yang dibuang di sungai dan terdegradasi menjadi serpihan plastic berukuran 1 mikron hingga 5000 mikron. Sistem pengelolaan sampah di DAS Brantas hanya mampu melayani kurang dari 40% sehingga masyarakat di DAS Brantas umumnya membuang sampah ke Sungai. Sumber lainya adalah keberadaan industry kertas yang menggunakan bahan baku kertas bekas, ada lebih dari 12 perusahaan kertas yang membuang limbahnya ke Kali Brantas (menggunakan bahan baku kertas berkas yang bercampur dengan plastic). Temuan Ecoton 2018 menyebutkan 12 pabrik kertas di Brantas dalam limbahnya mengandung mikroplastik bahkan dari satu perusahaan limbahnya mengandung 3000 partikel/100 Liter. Selain sampah plastic pabrik kertas juga menyumbangkan mikroplastik kedalam perairan Sungai Brantas.
Mengapa Mikroplastik Berbahaya?
Mikroplastik berbahaya karena Pertama terbentuk dari senyawa polimer (PE, PP, PS dan PVC) dan zat aditif yang bersifat racun (Phtalat, BPA, Alkylphenol, Dioksin, BFRS dan UV stabilizer), kedua hidrofobik, memiliki ikatan terbuka sehingga mampu menyerap kontaminan diperairan seperti logam berat, pertisida, deterjen dan bahan polutan berbahaya lain yang terlaurt dalam air, ketiga Media patogen atau habitat bakteri patogen dengan mengikat lemak yang menjadi substrat bagi bakteri patogen tersebut. Beberapa penelitian membuktikan adanya ikatan antara zat aditif mikoplastik dan polutan di air meningkatkan toksisitas polutan (meningkatkan efek racun polutan di perairan).
Dominasi Mikroplastik Fiber
Pada penelitian yang dilakukan diketahui bahwa kelimpahan mikroplastik tertinggi terdapat pada stasiun Tapen, Kemlagi, dan Perning yang merupakan aliran sungai marmoyo. Jenis mikroplastik yang dominan ditemukan adalah Fiber. Jumlah mikroplastik jenis Fiber tersebut mencapai 32-93 partikel/100 liter. Kelimpahan mikroplastik tertinggi terjadi di maura sungai marmoyo di perning dengan di temukan jenis mikroplastik fiber yang dominan. Tingginya jenis di muara sungai marmoyo di akibatkan banyak tumpakan sampah rumah tangga di sekitar bantaran sungai marmoyo. Penelitian tentang mikroplastik dilakukan menggunakan metode kering yaitu dengan mengambil sampel sebanyak 100 liter dan disaring dengan saringan Mesh ukuran T165.
Mikroplastik adalah serpihan partikel plastik yang berukuran
kurang dari 5 mm mengandung polimer plastik seperti Polietilen
(PE), Polipropilen (PP), Polistirin (PS), Polivinil klorida (PVC) dan zat
aditif/tambahan seperti : Pembuat lentur
(phtalat/plastiziser) mampu meningkatkan resistensi insulin yang
dikaitkan dengan diabetes,
Penguat (bisphenil A/BPA), Alkylphenols zat aditif yang biasa ditambahkan sebagai pengemulsi pada plastik,
diketahui termasuk senyawa yang mimic (meniru) estrogenik sehingga mampu
menyebatkan interseksualitas (kelamin ganda) pada ikan bahkan dihubungkan dengan infertilitas pada
laki-laki), dioksin, senyawa perflourinasi, BFRS (tahan api),
dan UV Stabilizer
Tidak ada komentar:
Posting Komentar