![]() |
Daru Setyorini, Direktur Ecoton Bersama Relawan Marapaima, River Warrior No Waste Surabaya melakukan pembebasan Sampah plastik di Mangrove Wonorejo, Sabtu (26/7) |
Peringatan Hari Mangrove 26 Juli 2025 Diperingati Ecoton, Mahasiswa Relawan Peduli Air Sungai dan Masyarakat (Marapaima), River Warrior Indonesia dan No Waste Surabaya melakukan aksi pembebasan mangrove dari jeratan sampah plastik dan Bersih-bersih pohon plastik di Kali Brantas. "Acara kami gelar selama dua hari, Sabtu (26/7) dan Minggu (27/7), sabtu ini selain kegiatan pembersihan akar mangrove kami juga melakukan brand audit sampah plastik di Hutan Mangrove Wonorejo, dilanjutkan besok (Minggu 27/7) evakuasi sampah plastik yang nyangkut di pohon-pohon di Bantaran Kali Brantas di Gresik dan sumber Mendit, Malang" ungkap Alaika Rahmatullah, lebih lanjut Koordinator riset ecoton yang biasa dipanggil Alex Ecoton menjelaskan bahwa Aksi ini diikuti oleh 25 orang dan berhasil mengevakuasi 800 kilogram sampah plastik yang menyangkut di akar dan batang pohon mangrove.
Temuan Pencemaran di Ekosistem Mangrove Wonorejo
Surabaya
·
Banyak pohon mangrove yang terjerat Sampah Plastik, di kawasan Mangrove Wonorejo Surabaya, banyak pohon mangrove ditemukan terjerat sampah plastik yang menyangkut di akar dan batangnya. Kondisi ini menghambat pertumbuhan tanaman dan mengancam keseimbangan ekosistem pesisir.
·
Program pengurangan sampah plastik sebanyak 70% terbukti
gagal karena yang bocor dari DAS Brantas menyebabkan kematian pohon. Target pengurangan
sampah plastik sebesar 70% sesuai Perpres No.83/2018 tentang penanganan sampah
laut tidak tercapai akibat kebocoran sampah dari DAS Brantas yang terus
mengalir ke wilayah pesisir. Sampah ini menyebabkan stres pada tanaman dan
berujung pada kematian sejumlah pohon mangrove
·
Sampah didominasi oleh kresek, styrofoam, sedotan dan
sachet, hasil audit sampah menunjukkan dominasi sampah plastik
unbrand (kresek, sedotan, styrofam) 55%. Kemudian untuk sampah plastik brand
berasal dari produsen besar seperti Unilever 15%, Wings 10%, Indofood 8%,
Mayora 7%, dan Garuda Food 5%
Daur Ulang Bukan Solusi Utama Penyelesaian Sampah
Plastik di Mangrove
Temuan sampah plastik yang
menjerat mangrove di pantai timur Surabaya, semakin memperkuat fakta bahwa
berdasarkan laporan dari OECD 2022 hanya sekitar 9% dari total sampah
plastik global yang benar-benar berhasil didaur ulang. Sisanya,
sebagian besar berakhir di TPA, dibakar, mencemari ekosistem laut dan darat. Rendahnya
tingkat daur ulang plastik disebabkan oleh tidak semua jenis plastik dapat
didaur, terutama kemasan multilayer seperti sachet.
![]() |
Kegiatan Brand Audit menemukan sampah jenis saset PT Unilever, PT Wings, PT Indofood dan PT Mayora mendominasi sampah plastik di Mangrove Wonorejo. |
“Setelah melihat kondisi mangrove di pesisir timur pantai Surabaya, kami menegaskan bahwa meskipun plastik yang dapat didaur ulang seperti PET sering terkontaminasi, sehingga akhirnya dibuang. Sementara itu, produksi plastik sekali pakai terus meningkat, sedangkan infrastruktur daur ulang tak mampu mengimbanginya, menjadikan daur ulang hanya solusi semu tanpa pengurangan konsumsi” ujar Alaika Rahmatullah Koordinator Audit Sampah Ecoton
DAS Brantas Menjadi Jalur Kritis
Transportasi Sampah Plastik
DAS Brantas saat ini telah
menjadi jalur kritis terhadap transportasi sampah plastik dari hulu ke hilir
hingga mencemari ekosistem mangrove di kawasan pesisir seperti Wonorejo. Temuan
Ecoton di sumber mendit malang (27/7) yang termasuk di kawasan hulu DAS Brantas
juga terbukti banyak sampah plastik yang mengalir ke badan sungai hingga
terbawa ke arah hilir di pesisir timur pantai Surabaya. Akumulasi sampah ini
mencerminkan buruknya pengelolaan sampah di sepanjang sungai dan menjadikan DAS
Brantas sebagai jalur kritis tranportasi sampah plastik di Jawa Timur.
Ancaman Tersembunyi Sampah
Plastik
Mikroplastik yang terbentuk dari
sampah plastik di alam telah mencemari rantai makanan laut dan ditemukan dalam
tubuh manusia, seperti darah dan plasenta. Ini menunjukkan bahwa sampah plastik
telah masuk ke rantai makanan manusia dan berpotensi membahayakan kesehatan. “Mikroplastik dapat
menumpuk di organ tubuh dan memicu peradangan kronis, gangguan imun, serta
membawa zat berbahaya seperti BPA dan logam berat. Paparan jangka panjangnya
dikaitkan dengan gangguan hormon, penurunan kesuburan, dan risiko terhadap
sistem saraf” Ujar Meylisa Rheinia Lumintang Mahasiswa Ilmu Kelautan
Universitas Brawijaya Malang
Tuntutan:
1.
Pemerintah Kota Surabaya danPemprov Jatim segera
membangun pagar laut
di sebagai penghalang sampah plastik masuk ke ekosistem pesisir dan lindungi
mangrove dari jeratan sampah plastik
2.
BBWS Brantas, Jasa Tirta 1 Malang, Pemprov Jatim dan Pemkab/pemkot Sepanjang DAS Brantas wajib Optimalisasi
pengelolaan sampah di hulu,
khususnya disepanjang DAS brantas untuk mencegah limpasan sampah ke wilayah
pesisir.
3.
Larangan
Terhadap Plastik Sekali Pakai di Jawa Timur, Menuntut pelarangan jenis plastik tertentu yang
paling mencemari dan sulit terurai, seperti kresek, sedotan, styrofoam, sachet
multilayer.
4.
Penguatan
kolaborasi antara pemerintah, komunitas lokal, dan produsen dalam program
pengurangan plastik sekali pakai
5.
Dorongan terhadap
produsen untuk menerapkan Extended Producer Responsibility (EPR) secara ketat,
termasuk tanggung jawab atas pengumpulan dan pemulihan dampak lingkungan.
Narahubung:
Alaika Rahmatullah (083114966417)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar