Suasana Desa Tropodo seakan tidak bisa lepas dari kabut asap pembakaran sampah plastik bahan bakar pembuatan Tahu. Asap hitam dihasilkan oleh 51 pabrik pembuat tahu beroperasi di Desa Tropodo’ “ Asap pekat dan aroma menyengat penyebab tenggorokan kering ini dihasilkan oleh pembakaran plastik sebagai bahan bakar utama dari proses pembuatan tahu, meski di larang pengusaha tahu dengan alasan ekonomis mengabaikan larangan dan tetap menggunakan sampah plastik untuk bahan bakar” ungkap Daru Setyorini, lebih lanjut Direktur Eksekutif ecoton ini menjelaskan bahwa pembakaran sampah plastik sebagai bahan bakar untuk produksi tahu menyebabkan kontaminasi dioksin dan mikroplastik ke dalam rantai makanan dan lingkungan, mengancam kesehatan masyarakat.
Tropodo menjadi tempat terkontaminasi Dioksin tertinggi kedua di Asia, Kadar dioksin dalam telur ayam kampong mencapai 200pq TEQ G-1 Lemak atau 80 kali lipat di bandingkan 2.5 pq TEQ G-1 (Standar WHO). Penelitian Ecoton 17 Mei 2025 menyebutkan bahwa polusi PM 2.5 mencapai 1063 ug/m3 melampaui jauh baku Mutu PP 22/2021 sebesar 55 ug/m3. Di Udara Tropodo Ecoton juga mendeteksi adanya kontaminasi mikroplastik sebesar 25 partikel/M2, keberadaan mikroplastik ini berasal dari pembakaran plastik yang tidak sempurna. Keberadaan mikroplastik diudara menyebabkan tingginya penderita ISPA di Tropodo akibat iritasi dan infeksi organ penafasan.
PM 2.5 dan PM 10 Pemicu Kanker
Pada Sabtu 17/5/2025 Tim ecoton melakukan pengukuran total partikulat PM2,5 dan PM10 di pabrik tahu Desa Tropodo Krian yang menggunakan bahan bakar plastik scrap, kayu bakar dan tempurung kelapa. Pengukuran total partikulat dilakukan menggunakan alat Particle Counter HT-9600 merk HTI dengan waktu sampling 120 detik. Alat ini memiliki sensor optoelektronik PM2,5, metode pompa sample, sumber caka diode laser dan kemampuan menyerap ukuran partikel 0,3, 2,5 dan 10 mm.
Hasil pengukuran udara ambien di sekitar boiler barbahan bakar campuran
plastik mengindikasikan total partikulat PM2,5 16 – 35 kali dan PM10 sebesar
9-19 kali lebih tinggi dari baku mutu kualitas udara ambien. Sementara hasil
pengukuran udara ambien di sekitar tungku penggorengan tahu barbahan bakar plastik
mengindikasikan total partikulat PM2,5 sebanyak 16-28 kali dan PM10 sebanyak
9-14 kali lebih tinggi dari baku mutu kualitas udara ambien. Tingginya
kandungan PM2,5 dan PM10 sangat membahayakan Kesehatan para pekerja dan
masyarakat sekitar karena partikel berukuran sangat kecil dapat terhirup dengan
mudah masuk ke dalam paru-paru dan aliran darah sehingga menyebabkan gangguan
pernafasan, jantung, gangguan sistem hormone, gangguan organ reproduksi hingga
memicu kanker.
Plastik Impor
“Dari
tumpukkan sampah plastik yang akan dibakar berserakkan plastik sachet makanan
Nutella biscuits, bertuliskan distribute en France, bungkus minuman Made in Seoul,
Korea Selatan, bungkus buah olahan made in Italia, bungkus makanan kucing
sachet Made in USA, Made in UK , bungkus-bungkus plastik ini adalah scrap
sampah impor yang berasal dari sampah negara-negara maju” Ungkap Daru Setyo
rini lebih lanjut Daru menyebutkan Negara
Maju pengekspor sampah memanfaatkan
Indonesia sebagai tempat pembuangan sampahnya dengan berkedok membantu industri
daur ulang di Indonesia, karena.
1. Industri
daur ulang menimbulkan pencemaran,
dalam proses daur ulang menghasilkan limbah cair beracun
2. Industri
Daur Ulang di Negara Maju Tidak Menguntungkan, daur
ulang adalah industri biaya produksi yang tinggi (kebutuhan air dan Penggunaan
Energi/listrik yang tinggi) dan standar lingkungan yang ketat. industri
daurulang di eropa, amerika dan Australia mengalami kebrangkrutan atau Kolaps.
3. Harga
plastik Daur ulang Tidak kompetitif. harga
pellet daur ulang tidak mampu bersaing dengan harga pellet primer (virgin plastic pellet). Subsidi untuk Industri migas dan petrokimia
membuat harga pellet plastik primer jauh lebih murah dari pellet platik daur
ulang.
Dari Penelusuran Ecoton di Produksi Tahu
Tropodo komposisi jenis bahan bakar yang masih digunakan adalah :
1.
40% Scrap sampah plastik Impor
2.
20% karet, sol sepatu/sandal, spon
dan Styrofoam
3.
10% sampah plastik lokal jenis
multilayer (sachet)
4.
10% Plastik Single layer
5.
10% tempurung Kelapa
6.
10% Kayu
“Selain pertimbangan
biaya, pengusaha tahu mempertimbangkan faktor ketersediaan pasokan, harga scrap
plastik impor sekitar 300 ribu/pickup lebih mahal dibandingkan sampah plastik
seperti sachet atau karet dan Styrofoam, meski mahal jenis sampah scrap plastik
ini masih dominan digunakan karena pasokannya yang selalu tersedia” ungkap
Alaika rahmatullah lebih lanjut peneliti sampah plastik impor ecoton ini
menjelaskan bahwa saat ini Industri tahu Tropodo mendapatkan suplai sampah
scrap plastik impor dari Gedangrowo, Sidoarjo dan Beji Pasuruan. “Sampah scrap plastik ini berasal dari
industri daur ulang kertas berbahan baku kertas impor yang impuritas (Campuran)
plastiknya tinggi sehingga, dalam proses produksi kertas daur ulang
menghasilkan sampah scrap plastik yang tidak diinginkan oleh pabrik dan
berakhir dengan dibuang disekitar kawasan industri” Ungkap Alaika.
“Selain Australia, Amerika Serikat, Inggris,
Italia, Prancis, dan Belanda, negara seperti Jepang, Spanyol, Kanada, dan
Selandia Baru juga berkontribusi dalam membanjiri Indonesia dengan sampah
kertas campuran” ungkap Daru Setyorini, lebih lanjut Direktur ECOTON menegaskan,.
Menurut data UN Comtrade Database, pada tahun 2024, Australia mengekspor
sekitar 227 ribu ton sampah kertas campuran, Amerika Serikat mengirim 183 ribu
ton, Inggris 68 ribu ton, dan Italia 46 ribu ton. Pengiriman sampah kertas
campuran dengan kode HS 470790 memiliki tingkat impuritas atau kontaminasi sampah
plastik yang lebih tinggi dari impor sampah kertas lain, sehingga Indonesia
harus segera mengambil tindakan tegas untuk melarang impor jenis sampah kertas
campuran
Rekomendasi
1. Larangan Penggunaan
Sampah Plastik Impor dan Sampah plastik untuk bahan bakar produksi Tahu di
Sidoarjo. “Karena plastik dibuat dari minyak bumi dan bahan
aditif yang persisten dan beracun, daur ulang dan pembakarannya akan melepas
racun ke lingkungan sekitarnya” Ungkap Daru Setyorini
2. Pemerintah Membantu
subsidi Pengadaan Energi Ramah lingkungan dan Tungku Efisien bagi Produksi Tahu
Tropodo.
3. Menghentikan Impor sampah
kertas dan plastik ke Indonesia. Selama ini
Indonesia mencuci dan mengolah sampah dari negara maju —sebuah bentuk
penjajahan lingkungan yang harus segera dihentikan. Keuntungan yang diperoleh
industri yang mendaur ulang sampah impor tidak sebanding dengan beban ekonomi,
sosial dan lingkungan yang harus ditanggung oleh Indonesia akibat dampak
lingkungan yang ditimbulkan. Sebagai negara berdaulat, Indonesia harus segera
mewujudkan rencana penghentian impor sampah pada tahun 2025 dan memperbaiki
sistem pengelolaan sampah domestik untuk menggantikan ketergantungan pada
sampah impor bagi industri daur ulang.
4. Optimalisasi Sampah
Lokal Untuk Bahan Baku Industri daur ulang kertas, tanpa
harus bergantung pada impor sampah. Berdasarkan data statistik persampahan
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Indonesia menghasilkan 73,2
juta ton sampah per tahun, dengan komposisi sampah kertas sebesar 12% atau
sekitar 9 juta ton, dan sampah plastik sebesar 20% atau sekitar 15 juta ton.
Dengan potensi timbulan sampah kertas dan plastik ini,
![]() |
Aksi Aeshnina Menolak sampah plastik impor masuk Indonesia |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar