Selasa Siang (26 Pebruari 2025 ) 30an aktivis lingkungan dari SMA Al Muslim Sidoarjo, Aksi Biroe, dan Six for Nature dan Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah (ECOTON) melakukan aksi teatrikal dengan membawa poster informatif dan ajakan kepada masyarakat tentang ancaman Emanuel Menenteng Poster informasi tentang Kotoran manusia berisi
mikroplastik (Grahadi, Surabaya, Selasa, 25/2/2025)
mikroplastik dan sampah plastik. "kami membawa poster dengan tulisan Stop Polusi Plastik, Stop Makan Plastik Keatmu Mengandung mikroplastik dan beberapa poster lain yang berisi informasi tentang mikroplastik" ungkap Emanuel, lebih lanjut relawan Ecoton ini mengajak untuk puasa penggunaan
plastik sekali pakai. Aksi di depan Gedung Negara Grahadi memasang seni instalasi berupa kran air raksasa yang mengeluarkan sampah plastik. “Untuk
menghentikan banjir sampah plastik di Indonesia kita perlu untuk menutup
krannya, menutup kran artinya kita harus berhenti mengkonsumsi wadah plastik
sekali pakai, industri juga harus berhenti memproduksi plastik sekali pakai,
pemerintah harus membuat larangan penggunaan plastik sekali pakai, kalo hanya
bersih-bersih bumi dari sampah plastik ini samahalnya dengan mengepel lantai
yang banjir air sedangkan kran airnya tidak ditutup” ungkap Nuril, mahasiswi
UIN Sunan Ampel.
4 fakta krisis sampah plastik Indonesia
1. Mr Black Memasang Instalasi Seni berupa Kran raksasa didepan Grahadi
Aksi diikuti oleh komunitas Aksi Biroe, SMA Al Muslim Sidoarjo, Sixfornature
dan Ecoton (Selasa, 25/2/2025)
TPA overload,
kebanyakan sampah kekurangan lahan. 69% sampah penduduk Indonesia berakhir di TPA
(sustainable waste Indonesia) sebanyak 36 juta ton/Tahun teronggok di TPA Tahun 2023-2024 TPA di kota-kota besar Jawa
seperti Bandung, Yogjakarta dan Malang menutup TPAnya karena menggunakan sistem
Open Dumping, atau sistem pengelolaan sampah dengan membuang sampah di
lahan terbuka tanpa penutupan dan pengamanan. Sistem ini telah dilarang sesuai
dengan UU Nomor 18 Tahun 2008 Pasal 44 dan 45. Namun faktanya masih ada 306
dari 550 TPA yang masih menerapkan sistem open dumping dan kini
didesak oleh pemerintah untuk segera menutup TPA tersebut sampai akhir tahun
2025.
2. Sampah Plastik Memenuhi
TPA (Daur Ulang Omong Kosong). Hanya 10 % sampah
plastik terkelola, 90% sampah plastik berakhir di TPA dan terbuang ke media
lingkungan (Sungai, laut, udara dan
ditimbun ditanah). Sampah jenis plastik merupakan jenis sampah terbesar
kedua (18%) yang dibuang penduduk Indonesia, jenis sampah paling banyak adalah
sisa makanan (41%). Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan bahwa sampah
plastik di Indonesia jumlahnya mencapai 64 juta ton/tahun. Sebanyak 3,2 juta
ton dari sampah tersebut adalah sampah yang dibuang ke laut. Dari total sampah
yang dihasilkan hanya 40,09% yang dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA),
35,49% dibakar, 1,61% di daur ulang, 7,54 ditimbun dan 15,2% dibuang ke jalan,
sungai, dan lahan lainnya.
3. 72% Masyarakat
Indonesia tidak peduli masalah sampah
(BPS 2024) meskipun sudah banyak terjadi Tragedi Kemanusiaan karena Mis
Managemen Sampah, 21/2/2005 terjadi longsor tumpukan sampah dan ledakan gas
methan di TPA leuwigajah yang merenggut 143 nyawa dan menghilangkan 2
kampung, Kebakaran TPA Suwung 2019 dan
2020, polusi udara menggangu area pemukiman, kebakaran dikarenakan akumulasi
gas methan. Kebakaran TPA Bantargebang (2020)peningkatan polusi udara di depok
dan Bogor raya. Longsor TPA Cipeucang yang menutupi badan air sungai
4. Indonesia
menjadi penyumbang sampah plastik tertinggi ke tiga di Dunia setelah India dan
Nigeria, Penduduk Indonesia saat ini menjadi penduduk dunia paling banyak
mengkonsumsi mikroplastik. 15 gram/bulan.
Komposisi
Sampah di Indonesia
Berdasarkan data dari Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional
(SIPSN) pada tahun 2024, sisa makanan atau food waste menjadi komposisi sampah tertinggi di Indonesia
dengan persentase mencapai 39,22%, disusul oleh sampah plastik yang mencapai
19,76%. Di Jawa Timur, proporsi sisa makanan bahkan lebih tinggi, yaitu 46,93%,
dengan Surabaya merupakan kontributor terbesar ke-5 untuk sisa makanan di
tingkat provinsi dengan persentase 55,48%, dan juga penyumbang sampah plastik
terbesar ke-3 di Jawa Timur dengan persentase 22,01%. Fenomena ini menunjukkan
adanya kebutuhan mendesak untuk mengubah cara kita mengelola sampah, terutama dalam mengurangi sisa makanan
yang terbuang dan penggunaan plastik.
Ancaman
Serius Sampah Plastik
Sampah
plastik mengandung zat kimia, seperti bifenil poliklorinasi dan pestisida. yang
dapat mengontaminasi air serta meracuni dan merusak habitat makhluk hidup.
Masuknya plastik dan mikroplastik dalam pola rantai makanan ini tidak hanya
merugikan hewan perairan, namun juga pada manusia termasuk kita yang
memakannya. Masuknya sampah ke dalam tubuh hewan dan manusia akan menyebabkan
inflamasi hingga kerusakan organ.
Penelitian
telah membuktikan bahwa ditemukan mikroplastik 15 organ tubuh manusia. di dalam
tubuh manusia diantaranya Darah, jantung, ginjal, paru-paru, otak, plasenta, Air
susu Ibu, pembuluh darah dan feses. Bahkan bayi di dalam kandungan pun sudah
terpapar mikroplastik dari makanan dan minuman yang dikonsumsi oleh ibunya.
Mikroplastik berbahaya bagi tubuh manusia karena dapat mengurangi fungsi otak,
mempengaruhi tingkat pertumbuhan, sistem reproduksi dan menghambat produksi
enzim pada tubuh. Penelitian oleh Universitas Indonesia dan Greenpeace
menyatakan bahwa mikroplastik mampu menurunkan fungsi kognitif otak.
Individu yang terpapar banyak mikroplastik memiliki resiko 36 kali lebih tinggi
fungsi kognitifnya terganggu.
Penelitian
oleh ECOTON ditemukan terdapat partikel mikroplastik pada feses manusia.
Transfer mikroplastik dari makanan dan minuman yang dikonsumsi manusia hingga
memasuki saluran pencernaan menunjukkan bahwasanya plastik tidak dapat terurai,
bahkan setelah mengalami proses panjang. Enzim dalam saluran pencernaan manusia
juga tidak dapat menguraikannya. Mikroplastik telah merajalela dimana-mana, dan
menjadi bagian dari hidup manusia. Bisa jadi bukan lagi harta, tanah, sawah
yang kita wariskan, melainkan plastik sebagai warisan anak cucu kita menuju ”Indonesia
Lemas 2050”.
Ramadhan datang saatnya Puasa
Plastik Sekali Pakai
Bulan Ramadhan merupakan momen yang penuh berkah bagi umat Muslim untuk
memperbanyak ibadah, berbuat kebaikan, serta meningkatkan rasa empati terhadap
sesama. Selain itu, bulan yang suci ini juga memberikan kesempatan untuk
menjaga kelestarian lingkungan dengan lebih sadar dan bertanggung jawab.
Sayangnya, selama bulan Ramadhan, terutama saat berbuka puasa, penggunaan plastik
sekali pakai seperti kantong plastik, sedotan plastik, dan kemasan makanan
cenderung meningkat. Hal ini dapat menjadi masalah besar bagi lingkungan,
karena plastik tidak dapat terurai dan berpotensi mencemari lingkungan.
Puasa plastik
merupakan salah satu cara untuk mengurangi atau menghentikan penggunaan plastik
sekali pakai yang menjadi langkah positif untuk mengurangi pencemaran
lingkungan. Kebiasaan seperti membawa tumbler, wadah makanan ulang pakai, dan
tas kain dapat berdampak signifikan. Selain bermanfaat bagi lingkungan,
tindakan ini juga menginspirasi orang lain. Ramadhan menjadi momentum untuk
perubahan kecil yang berdampak besar, tidak hanya menjaga tubuh, tetapi juga
melestarikan bumi bagi generasi mendatang.
“Sampah menjadi problematika di setiap lini
masa kehidupan. Berbagai permasalahan hingga tragedi tak kunjung tuntas. Sampah
terus bertambah semakin banyak dan lebih banyak. Tentunya kita sebagai Gen Z,
generasi muda yang digadang menjadi agent
of change harus bertindak tegas mengurangi sampah terutama plastik. Kami
tak mau ini hanya menjadi perayaan belaka, harus ada aksi nyata. Gen Z harus
memulai pengurangan plastik dengan menerapkannya pada bulan Ramadhan ini dengan
melakukan Puasa plastik Sekali pakai?” Ujar Khansa, mahasiswa Ilmu Kelautan
Universitas Brawijaya.
Untuk
itu kami mendorong masyarakat dan Pemerintah untuk:
1.
Cegah
timbuhnya Sampah, dengan menggunakan wadah secukupnya
Masyarakat
harus berkontribusi untuk mencegah sampah dengan cara tidak lagi menggunakan
produk, wadah, dan kemasan sekali pakai khususnya plastik sekali pakai seperti
sedotan plastik, kantong belanja plastik, botol plastik dan styrofoam.
2.
Belanja
Tanpa Kemasan dan Mengutamakan Refill
Masyarakat harus
memilih produk yang dijual tanpa kemasan seperti produk isi ulang (refill)
dan membawa wadah sendiri saat berbelanja.
3.
Pilah
Sampah dari Rumah,
Masyarakat
dapat berkontribusi terhadap pengelolaan sampah dengan melakukan pemilahan
sampah dari rumah dengan memisahkan jenis sampah plastik, kertas, logam dan
kaca.
4.
Habiskan
Makanan
Data
menunjukkan sisa makanan menjadi komposisi utama sampah di Indonesia, maka dari
itu budayakan mengambil makanan secukupnya dan menghabiskannya tanpa sisa.
5.
Komposkan
Sisa Makanan
Sisa
makanan seperti potongan sayur yang tidak habis dapat diolah sendiri dengan
cara mengomposkan sisa makanan menggunakan ember, gerabah, komposter, lubang
resapan biopori atau diproses menjadi eco enzyme.
6. Penghentian
produksi plastik murni (virgin plastik) pada tahun 2030
7. Mendorong
industri menyediakan produk dengan sistem isi/guna ulang
8. Mendukung
penerapan standar baku mutu cemaran mikroplastik pada bahan pangan dan
air/lingkungan
9. Transparansi
industri terkait kandungan bahan kimia dan risiko mikroplastik dalam produk
kemasan
10. Perbaikan
sistem pengumpulan, penyortiran, dan pengelolaan sampah di tingkat lokal
Narahubung: 085704973433
(Khansa)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar