INC 5 atau negosiasi internasional yang kelima untuk perjanjian guna mengatasi polusi plastik berjalan tidak sesuai harapan untuk menghentikan polusi plastik global dengan pengurangan produksi plastik. Sikap Delegasi dari negara-negara peserta INC terbelah menjadi dua kelompok besar. “Negosiasi berjalan tidak sesuai yang kami harapkan, delegasi negara-negara produsen petrokimia dan kimia, seperti Arab Saudi dan Rusia, berusaha mencegah perjanjian yang kuat untuk pembatasan produksi dan pengaturan bahan kimia tertentu dalam plastik” ungkap Aeshnina Azzahra aqilani, lebih lanjut anggota delegasi Masyarakat sipil Indonesia yang tergabung dalam Aliansi Zerowaste Indonesia menjelaskan bahwa Negara-negara penghasil minyak ini menolak pembatasan produksi karena hal itu dianggap bisa menggangu kepentingan ekonomi mereka. “Pembatasan produksi plastik dinilai bisa mengganggu produksi minyak dan gas karena bahan baku plastik terutama dari bahan bakar fosil” pungkas Aeshnina ditemui di Busan (Minggu Siang, 1/Desember/2024)
Negara-negara produsen plastik, untuk melakukan intervensi
pada sector hilir semisal dengan pengelolaan sampah dan daur ulang untuk
mengatasi polusi plastik. “Padahal daur ulang adalah solusi yang menimbulkan
masalah baru berupa pencemaran beracun, selain itu di Eropa banyak industri
daur ulang yang kolaps karena mahalnya biaya produksi dan produk daur ulang
yang tidak diminati pasar” ungkap Aeshnina.
Nina Menunjukkan Replika bayi plastik pada Inge Andersen
Direktur Eksekutif UNEP dalam gelaran INC5 di Busan Korea Selatan
Mulai dari INC- 1 hingga INC-5, Arab Saudi dan negara-negara
lain penghasil minyak dan gas berupaya mencegah perjanjian agar tidak membatasi
produksi plastik. Padahal, produksi plastik lebih tinggi berarti juga emisi gas
rumah kaca yang lebih tinggi, selain dampaknya yang sudah diketahui terhadap
pencemaran lingkungan dan kesehatan Manusia. “Delegasi Indonesia juga sepertinya
lebih condong pada kemauan negara produsen minyak karena usulan delegasi
Indonesia tidak menunjukkan upaya untuk mengurangi produksi minyak” Ujar
Aeshnina
Sikap mereka kontras dengan negara-negara Afrika, Kepulauan
Pasifik, dan Amerika Latin, yang sangat terdampak oleh polusi dan mengadvokasi
tindakan tegas, termasuk dengan membatasi produksi plastik dan penggunaan bahan
kimia berbahaya
Kekecewaan ini
diungkapkan Aeshnina Azzahra Aqilani saat bertemu dengan Inger Andersen,
Direktur Eksekutif the United Nations Environment Programme (UNEP) ditengah
Jamuan Makan malam yang diadakan Kamis malam 19.00 Waktu Korea dalam ruang 121,
BEXCO Exhibition II, Busan Korea Selatan dalam gelaran INC 5.
Delegasi masyarakat Sipil ASEAN dalam INC 5
Dalam pertemuan ini Nina panggilan Aeshnina meminta agar Perjanjian global untuk mengatasi polusi plastik global ini mengakomodasi suara anak dan dampak polusi yang kini mengancam anak muda diseluruh dunia. Nina menunjukkan replika bayi-bayi terkontaminasi mikroplastik dalam toples. Replika ini menunjukkan bahwa mikroplastik telah mengancam keselamatan bayi-bayi yang belum lahir, Nina kemudian mengajak foto bareng sambil membawa bayi dalam toples tapi Inger Andersen menjauh sambil berkata “it is too much!(ini berlebihan)” sambil menjauh dari replika bayi dalam toples.
Untuk menyakinkan
Dampak Buruk plastik di Indonesia, Nina kemudian mendekati Direktur UNEP yang
di jabat sejak 2019. Nina Menunjukan kondisi industri daur ulang kertas yang
menggunakan bahan baku kertas impor dari negara Maju seperti Amerika Serikat,
Jerman, Perancis, Belanda, Kanada dan Australia,”Daur ulang sampah Impor di
Indonesia mencemari lingkungan” ungkap NIna
Inger Merespon bahwa
Fakta yang Nina ungkap harus disampaikan kepada Pemerintah Indonesia. “
ini(Fakta-fakta) harus ditunjukkan Pada Negaramu, Saya tahu fakta-fakta yang
menakutkan (tentang daur ulang) di Negaramu (Indonesia)” Ujar Inger Andersen,
Nina pun menimpali dengan meminta kepada Inger Andersen untuk mewujudkan strong
treaty untuk melindungi lingkungan dan manusia dari ancaman mikroplastik.”We
need strong trearty!” ungkap Nina, dan Inger Mengiyakan.
Aksi Nina Promosikan
Ancaman Mikroplastik
“Rahim Ibu Sudah Terkontaminasi Mikroplastik, Kini
Tempat Paling Aman Bagi Manusia Sudah Terkontaminasi. Di mana lagi tempat yang
aman bagi manusia?” Kata Aeshnina.
Nina membawa
Replika bayi dalam toples yang tercemar mikroplastik, aksi ini dilakukan
sepanjang jalan dan didalam kereta api bawah tanah dari penginapan di Jalan
Gunamro, Haeundae hingga di tengah Kota Busan.”saya membawa toples dan
replikasi bayi terlilit plastik untuk menunjukkan pada masyarakat bahwa saat
ini bayi-bayi sedang terancam mikroplastik” ungkap Nina
Pada Momen INC 5
di Busan, Aeshnina Azzahara Aqilani, Captain River Warrior Indonesia membawa 12
replika bayi yang ditempatkan dalam toples. Instalasi seni ini akan dipamerkan
di stand Pameran Aliansi Zerowaste Indonesia Busan Exhibition and Convention
Center (BEXCO) 2, Hall 321 – 322, 25 November hingga 1 Desember 2024. Replika
toples bayi ini menggambarkan kondisi bayi yang terkontaminasi mikroplastik,
tidak ada lagi tempat yang aman untuk bayi kotoran bayi dikaitkan dengan
paparan lingkungan setelah lahir, seperti melalui ASI, susu formula, botol susu
plastik, atau plastik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar