Aktivis Ecoton Mengguyur halaman Kantor Gubernur Jatim dengan Air Limbah |
Kamis Siang (14/9/2023), 20 Aktivis Lingkungan dari Ecoton, Mahasiswa Jurusan Komunikasi Universitas Muhammadiyah Sidoarjo dan Universitas 17 Agustus, Serta Mahasiswa Sosiologi Universitas Trunojoyo Madura (UTM) melakukan aksi siram limbah cair ke Kantor Gubernur Jatim di Jl Pahlawan 110 Surabaya. "Aksi Pengguyuran Kantor Gubernur ini ingin menunjukkan bahwa Setiap hari sungai Brantas, kali Surabaya dan Kali Porong menjadi tempat buang limbah cair pabrik micin dan pabrik kertas tanpa proses pengolahan," Ungkap Kholid Basyaiban, lebih lanjut pengacara lingkungan Alumni Fakultas Hukum UTM menjelaskan bahwa Gubernur Jatim tidak melakukan tindakan serius menyikapi banyaknya industri yang membuang limbah cari ke Sungai Brantas. Aksi diawali longmarch dari SMA Katolik Stella Maris di Jl Indrapura 32 menuju Kantor Gubernur Jatim dengan membawa 10 galon limbah cair berwarna Kuning, Putih, Hitam dan Merah dalam troli dan arco. Sambil menenteng foto raksasa industri buang limbah dan poster-poster yang bertuliskan " Gubernur Khofifah gagal Ngramut Sungai Brantas", "Pabrik kertas Biang Mikroplastik Kali Brantas" dan " Pabrik Kertas Stop buang Limbah Malam Hari".
Kabid Pengawasan DLH Ainur Huri Menemui 5 perwakilan demonstran |
Aksi kemudian melanjutkan longmarch menuju Gedung Negara Grahadi di Jl R Suryo, sambil berorasi beberapa peserta aksi menuangkan 10 galon limbah cair di depan pintu Masuk Grahadi. "Gubernur Jatim Khofifah telah gagal Ngrumat dan Ngramut Sungai Brantas dan membiarkan puluhan industri di Kali Brantas, Kali Porong, Kali Sadar dan kali Surabaya membuang limbah cair tanpa diolah padahal di Hilir air sungai digunakan lebih dari 6 juta Orang di Sidoarjo, Gresik dan Surabaya sebagai bahan baku air minum," ungkap Chandra, lebih lanjut aktivis ecoton ini menyatakan bahwa kedepan Jawa Timur membutuhkan pemimpin yang memiliki kepedulian dalam menjaga kualitas air Sungai Brantas.
Demonstrans menuang limbah cair didepan Grahadi (14/9/2023) |
30 tahun lebih Industri kertas, penyedap makanan, industri gula, industri Tepung dan beberapa industri tumbuh subur dan mengantungkan dirinya pada sungai Brantas. Peran mereka besar dalam menopang perekonomian Jatim, ironisnya mereka juga menabur racun berbahaya di dalam limbah cair yang mereka alirkan ke Brantas. Pagi hari mereka mengelola limbahnya, namun pada malam hari para industri berlomba - lomba mengalirkan racikan limbah beracun perusak eksositem dan biota ke Brantas. “Di era Gubernur Khofifah Semakin bebasnya pelaku perusak dan pencemar sungai Brantas hal ini membuktikan bahwa pemprov Jatim tidak serius dalam pengendalian dan pengelolaan sungai Brantas” Ujar Kholid
Tidak ada komentar:
Posting Komentar