Senin, 09 Januari 2023

MATARAM : "Kota Sungai Seribu Sampah"

(Mataram, Senin 9/1/2023) Tim ekspedisi Sungai Nusantara (ESN) berkolaborasi dengan Walhi Nusa Tenggara Barat (NTB) melakukan inventarisasi timbulan sampah plastik di Kota Mataram dan menemukan sungai-sungai atau dalam bahasa Sasak Kokoq telah berubah fungsi menjadi tempat sampah. Kami menemukan fakta bahwa sungai di kota Mataram berubah menjadi Tempat sampah, sampah sachet, tas kresek, Styrofoam, popok bayi dan sampah pakaian “ . Ungkap Bima Bani Perkasa, Tim investigasi yang beranggotan Peneliti dan Relawan Walhi NTB  Bima bani perkasa, Angga putradi, Mathori abdul wahid dan Nelda Hannia serta Peneliti ESN Prigi Arisandi dan Amiruddin  Muttaqin mengambil sampel air pada 5 lokasi di Kali Ning, Kokoq Jangkuk dan Sungai Meninting dan rata-rata 290 Partikel Mikroplastik dalam 100 liter air.

Kami Minta Pemerintah Segera melakukan Recovery atau pemulihan Sungai-sungai di Mataram agar tidak menjadi tempat pembuangan sampah Plastik” Ungkap Amri Nuryadi lebih lanjut Direktur Eksekutif Walhi Nusa Tenggara Barat (NTB) menjelaskan bahwa Pemerintah Indonesia telah memiliki PP 22/2021 tentang Penyelenggaraan Pengelolaan Lingkungan hidup yang memandatkan bahwa sungai-sungai di Indonesia Harus Nihil sampah. “Temuan tim Investigasi Walhi NTB dan ESN menemukan sungai-sungai di Kota Mataram dipenuhi sampah plastik dan menyebabkan Sungai Meninting dan Kokoq Jangkuk tercemar Mikroplastik”


Dari Grafik disamping menunjukan bahwa kandungan mikroplastik tertinggi ada di Kali Ning yang ada di dalam kota Mataram, melalui pemukiman padat penduduk dan tidak memiliki sarana pengelolaan sampah dan perilaku warga yang membuang sampah kedalam saluran. 

Kali Ning mengandung Mikroplastik tertinggi dibandingkan Kokoq Jangkuk dan Sungai Meninting. Saluran air Kali Ning dalam pantauan tim investigasi dipenuhi sampah plastik jenis tas kresek, botol plastik, Styrofoam dan sachet. “Mikroplastik adalah serpihan atau remahan plastik dengan ukuran lebih kecil dari 5 mm yang berasal dari pecahan plastik ukuran besar seperti tas kresek, plastik bening, sampah pakaian, botol plastik, Styrofoam dan sachet yang terfragmen karena arus air dan paparan matahari” Ungkap Prigi Arisandi, lebih lanjut peneliti ESN ini menjelaskan bahwa mikroplastik ini memiliki efek kesehatan manusia, karena mikroplastik dalam air akan menyerak logam berat, polutan di air seperti khlorin atau pemutih dan phospat bahan detergen. “Mikroplastik akan menyerap polutan dan apabila tertelan oleh ikan maka polutan ini akan merusak system reproduksi dan pertumbuhan ikan, jika mengkontaminasi daging ikan maka efeknya akan berlanjut pada metabolisme manusia yang mengkonsumsi ikan tercemar mikroplastik,karena selain menyerap polutan mikroplastik terbentuk dari polimer-polimer yang tersusun atas bahan-bahan pengganggu hormon” ungkap Prigi Arisandi.

Dari tabel disamping menunjukkan bahwa jenis mikroplastik yang paling banyak ditemukan adalah jenis Fiber.

Berikut penjelasan Prosentase 4 jenis mikroplastik yang ditemukan dan sumbernya :

1.      Fiber 57.2 %, sumbernya dari degradasi kain sintetik akibat kegiatan rumah tangga pencucian kain, laundry dan juga limbah industri tekstil. Fiber juga disebabkan oleh sampah kain yang tercecer di lingkungan yang terdegradasi karena proses alam;

2.      Filamen 23.8 %, berasal dari degradasi sampah plastik sekali pakai (kresek, botol plastik, kemasan plastik Single layer SL dan jaring nelayan);

3.      Fragmen 14.7 %, berasal dari deradasi sampah plastik sekali pakai dari jenis (kemasan sachet multilayer ML, tutup botol, botol shampo dan sabun );

4.      Granula 4.3%, berasal dari Microbeads atau bahan sintetis scrub yang ada dalam personal care (sabun, pemutih kulit, sampho, sabun, pasta gigi dan kosmetika).

Uji mikroplastik rapid test menggunakan mikroskop stereo yang disambungkan dengan monitor, sehingga dengan pembesaran 100-400 kali bisa dideteksi secara fisik mikroplastik didalam air.

“Sampel air yang diambil dan disaring dengan plankton net  mesh 350 atau didalam 1 inch terdapat 350 benang penyaring, kemudian dipindahkan dalam cawan petri dan diamati dibawah mikroskop stereo dengan pembesaran 100-400, secara fisik mikroplastik fiber Nampak seperti benang-benang dibawah 1 mm berwarna biru, merah sedangkan filament adalah lembaran-lembaran plastik warna biru, bening dan untuk fragmen umumnya berwarna biru, coklat dan kuning, fisiknya solid dan sulit untuk di pisahkan atau tidak putus” Ungkap Nelda Hannia, lebih lanjut Relawan Walhi NTB ini menjelaskan jika awal melakukan uji mikroplastik merasa kesulitan namun setelah beberapa saat sudah terbiasa.

Kontaminasi Mikroplastik bisa disebabkan oleh berubahnya fungsi sungai menjadi tempat sampah dan tidak adanya infrastruktur pengolahan sampah yang baik di Kota Mataran dan Kabupaten Lombok barat, indikasi ini bisa dilihat dari :

1.      Tidak tersedianya tempat sampah dan system pengelolaan sampah yang memadai pada tiap Kelurahan/Desa (layanan penjemputan sampah, pemanfaatan dan pengolahan )menyebabkan warga membuang sampahnya Ke selokan dan sungai.

2.      Rendahnya kepedulian warga pada pentingnya fungsi sungai dan acuh pada dampak lingkungan sampah banyak ditemukan warga menjadikan sungai menjadi Tempat sampah

3.      Sampah yang tercecer ditepi sungai terbawa arus menuju ke Hilir hingga ke Muara, bahkan kita bisa melihat sampah tak terhitung jumlahnya dari Kali Ning ke Kokoq Jangkuk.

4.      Jenis sampah yang paling banyak dijumpai adalah sampah pembungkus atau sachet yang di produksi oleh brand-brand Besar seperti PT Wings, PT Unilever, PT Mayora, PT Indofood

5.      Selain sachet banyak juga ditemukan sampah pakaian, sikat gigi, korek api, sandal sepatu, ban motor, plastik mika dan popok 


 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Populer