Terdeteksi 92 partikel mikroplastik dalam setiap ekor teripang yang diambil dari selat madura, kondisi ini mengkhawatirkan karena Teripang merupakan primadona seafood yang banyak dijadikan cemilan. Jika mikroplastik tertelan kedalam tubuh manusia maka bisa menyebabkan gangguan hormone dan disfungsi seksual. Untuk mengendalikan mikroplastik di perairan selat Madura Mupalas mengajak masyarakat melakukan pengurangan pemakaian plastik sekali pakai
Teripang
merupakan komponen penting dalam rantai makanan (food chain) di daerah terumbu karang dengan asosiasi ekosistemnya
pada berbagai tingkat trofik (trophic
levels), berperan penting sebagai pemakan deposit (deposit feeder) dan pemakan suspensi (suspensi feeder). Deposit
feeder adalah cara makan hewan mendapatkan makananya dengan mengumpulkan
partikel kecil berupa detritus beserta mikroorganisme terkecil (bakteri pengurai)
yang mengendap di dasar substrat. Dengan cara deposit feeder ini kelemahan teripang dalam memilih makanan adalah
ia tidak mampu membedakan antara mikroorganisme dan mikroplastik. Menurut penelitian yang diterbitkan pada
jurnal Scientific Reports pada tahun 2016, invertebrata seperti teripang dan
kerang menghadapi kesulitan dalam bereproduksi ketika ada mikroplastik di dalam
tubuh mereka.
Tim
Peneliti Mahasiswa Pecinta Alam Mahasiswa Universitas Muhammadiya Surabaya (Mupalas)
mengambil sampel teripang pada tanggal 07 Februari 2021 di Selat Madura dengan
satu lokasi yang sama pada titik koordinat -6o55’51” LS 112o 27’8” BT .”menurut
nelayan lokasi pengambilan sample merupakan habitat Teripang” ungkap Randu
Ketua Mupalas.
Selain dari hasil aktivitas laut, mikroplastik juga berasal dari sungai yang bermuara ke laut yang disumbang dari hasil aktivitas antropogenik di darat seperti limbah rumah tangga, limbah industri dan sampah plastik. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa Selat Madura telah tercemar mikroplastik karena adanya aktivitas di darat yang menghasilkan pencemaran khususnya sampah plastik dan diperparah dengan aktivitas di laut oleh nelayan.
Partikel mikroplastik dapat
menyebabkan kerusakan yang signifikan, seperti: stres patologis, stres
oksidatif, komplikasi reproduktif, dan penghambatan laju pertumbuhan, pada
organ-organ. Selain itu, bahan kimia beracun dapat melekat pada mikroplastik
karena luas permukaan spesifiknya yang besar dan kemampuan adsorpsi yang kuat.
Akibatnya, bahan kimia yang melekat ini dapat menimbulkan risiko besar bagi
organisme laut (Reisser et al., 2015). Sebagai vektor patogen dan polutan
beracun, akumulasi mikroplastik pada hewan pada akhirnya dapat ditransfer ke
manusia melalui rantai makanan, dan dapat menyebabkan masalah kesehatan yang
parah (Wang et al., 2016).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar