Selasa, 07 Juli 2020

PANDEMI COVID-19, POLUSI KALIMAS MENINGKAT

Uji Kandungan Oksigen dalam air - Eka Chlara Budiarti sedang menuang air sampel kedalam tabung elemeyer

Surabaya, Selasa 7/7) - Kondisi Kalimas di hilir sangat memprihatinkan, banyaknya sampah plastik di bawah jembatan Petekan hingga Pelabuhan Tanjung Perak menjadi pemandangan yang biasa dapat dijumpai setiap hari. Sampah-sampah plastik diketahui menyumbangkan 80% polusi Plastik di lautan, selain buruknya sistem pelayanan sampah perilaku masyarakat yang menggunakan plastik sekali pakai memicu tingginya volume sampah Plastik, apalagi saat pandemi Covid-19 sejak awal 2020 hingga pertengahan 2020 membuat masyarakat semakin masif menggunakan packaging sekali pakai baik makanan minuman maupun barang keperluan rumah tangga lainnya



Tercemar Bahan Desinfektan dan Logam Berat

Hasil pengukuran Klorin pada 16 April 2020
Sungai menjadi perantara masuknya sampah dari daratan kelautan, dan Kalimas sebagai muara dari Sungai Brantas menampung semua jenis polutan dari limbah domestik, limbah Industri dan pencemaran lainnya. Pantauan Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah (Ecoton) menunjukkan bahwa terjadi peningkatan polusi Klorin dari  0,17 ppm pada pengujian 16 April 2020 pada pengujian Selasa (7/Juli/2020) meningkat menjadi 0,20 ppm (untuk standar air bersih klorin tidak boleh lebih dari 0,3 ppm). Tingginya Klorin (pemutih) yang menjadi bahan utama desinfektan atau pembunuh kuman, pembersih lantai dan pemutih pakaian merupakan indikator tingginya polusi dari kegiatan rumah tangga atau limbah domestic, hal ini tidak mengherankan karena Kalimas menjadi saluran pembuangan bagi limbah domestic di Kota Surabaya. Selain Klorin, team ecoton juga melakukan uji TDS atau total dissolved solid atau ion-ion terlarut dalam air termasuk didalamnya ion logam berat, semakin tinggi nilai TDS maka semakin tinggi potensi pencemaran logam berat. standar TDS di air Sungai tidak boleh lebih dari 500 ppm, sedangkan di Petekan TDS mencapai 3100 ppm temuan ini menunjukkan tingginya polutan logam berat dalam air Kalimas bagian hilir,” Ungkap Eka Chlara Budiarti peneliti ecoton, lebih lanjut alumni Jurusan kimia Universitas Diponegoro ini menyatakan selain TDS dan Klorin pencemaran Kalimas juga ditunjukkan dengan rendahnya nilai DO/dissolved oxygen atau Kandungan Oksigen terlarut dalam air. “DO di Petekan 1,68 ppm sedangkan standar air kelas 2 tidak boleh kurang dari 4 ppm,” ungkap Chlara, lebih lanjut Chlara menjelaskan bahwa untuk pertumbuhan yang optimum ikan dalam air membutuhkan DO sekitar 2,6 ppm jika dalam air Kalimas DO hanya 1,68 ppm maka bisa dikategorikan Kalimas tidak layak untuk kehidupan ikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Populer