Mikroplastik, partikel plastik berukuran <5 mm, terbentuk dari degradasi plastik dan masuk ke tubuh manusia melalui tiga jalur utama: inhalasi, konsumsi, dan kontak kulit (Nawab et al, 2024). Partikel plastik dari udara yang tercemar pembakaran sampah dan emisi industri bahkan bisa masuk hingga paru-paru, dengan estimasi 53.700 partikel terhirup per orang per tahun (Roslan et al, 2024). Setelah masuk ke tubuh, mikroplastik dapat menyebabkan iritasi saluran cerna, kerusakan sel dan DNA, gangguan hormon, penurunan fungsi saraf, bahkan membahayakan janin karena sudah ditemukan dalam plasenta dan cairan amnion.
Sampah Impor
Salah satu sumber pencemaran mikroplastik berasal dari industri daur ulang berbahan baku sampah dari negara-negara maju, Industri daur ulang Plastik dan Kertas yang bercokol di Daerah Aliran Brantas membuang limbah cair ke Kali Brantas, Kali Porong dan Kali Surabaya, Padahal sungai-sungai ini menjadi bahan baku Perusahaan daerah air minum dan sumber air pertambakan di daerah Sidoarjo, Surabaya dan Pasuruan. Sampah plastik dari negara-negara maju seperti Australia (2,7 juta ton), USA (2,3 juta ton), Italia (1,9 juta ton), UK (1,6 juta ton), dan Belanda (1,6 juta ton) masih terus masuk ke Indonesia melalui jalur impor. Volume limbah plastik yang diterima pun terus meningkat, padahal banyak di antaranya tidak layak daur ulang dan mencemari lingkungan. Kondisi ini menunjukkan bahwa Indonesia semakin diperlakukan sebagai tempat pembuangan sampah oleh negara-negara maju. Ketimpangan tanggung jawab dalam mengatasi krisis plastik global pun makin terlihat jelas.
Dampak Mikroplastik Dalam Tubuh Manusia
Mikroplastik menimbulkan dampak serius pada berbagai organ manusia: di paru-paru, ia memicu
inflamasi, kerusakan epitel, menumpuk akibat gravitasi, meningkatkan risiko asma, bronkitis kronis, emfisema, hingga kanker paru-paru; pada otak dan sistem saraf, partikel seperti PE dan PET menembus sawar darah-otak, menurunkan daya ingat dan konsentrasi, meningkatkan risiko demensia, serta memicu gejala depresi dan kecemasan.
Dalam sistem
reproduksi, mikroplastik yang terdeteksi di air mani, testis, cairan folikel,
dan endometrium menurunkan jumlah serta motilitas sperma, mengganggu hormon
FSH, dan mengancam kesuburan serta perkembangan embrio. Kualitas air mani pada
pria di seluruh dunia telah menurun secara signifikan selama 50 tahun terakhir,
sementara mikroplastik terbukti merusak fungsi ovarium, menurunkan tingkat
kesuburan, mengganggu keseimbangan hormon, serta berdampak negatif pada
perkembangan embrio dan kesehatan anak.
Paksi Samudro
mahasiswa Departemen Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Malang menjelaskan
bahwa, “pada organ ekskresi dan selama kehamilan, mikroplastik ditemukan di
plasenta, urin, dan cairan ketuban, menyebabkan stres oksidatif, kerusakan DNA
janin, dan gangguan hormonal”
Pada saluran
pencernaan, mikroplastik masuk melalui makanan, menetap di usus, hati,
pankreas, dan lambung, memicu inflamasi, kerusakan mukosa, resistensi insulin,
serta berkaitan dengan kanker pankreas; sedangkan dalam darah dan sistem
kardiovaskular, mikroplastik meningkatkan inflamasi sistemik, mengganggu
pembekuan darah, menyebabkan aritmia, apoptosis sel jantung, fibrosis, serta
meningkatkan risiko gagal jantung dan stroke, dengan bayi bahkan berpotensi
menelan 660.000 partikel mikroplastik per tahun melalui botol plastik.
Seruan Aksi
Melalui aksi damai Plastic
Free July 2025 yang bertajuk “Waspadai Jantung Bayi Terbungkus Plastik”
Komunitas MARAPAIMA dan Yayasan ECOTON menyerukan tindakan tegas dari seluruh
pihak untuk menghentikan krisis mikroplastik yang kini telah ditemukan dalam
darah, paru-paru, plasenta, hingga otak manusia. Mikroplastik bukan lagi
sekadar persoalan lingkungan ini adalah darurat kesehatan publik global. Kami
menuntuk pihak-pihak berikut:
1.
Kepada
pemerintah, kami mendesak pemerintah untuk
segera menghentikan produksi dan peredaran plastik sekali pakai, mewajibkan
pelabelan bahaya kesehatan pada produk plastik, serta memperkuat penegakkan
regulasi terhadap bahan kimia berbahaya dalam plastik. Pemerintah harus
mengatur dan menghentikan kegiatan impor sampah plastik. Selain itu juga
mendorong sistem isi ulang dan mendukung transisi menuju ekosistem tanpa
plastik melalui kebijakan yang berpihak pada kesehatan dan keberlanjutan.
2.
Kepada produsen
penghasil plastik, kami menuntut tanggung jawab
penuh atas limbah yang dihasilkan, penghentian produksi kemasan berlebih dan
sekali pakai, serta pengembangan produk yang aman, transparan, dan dapat
digunakan kembali.
3.
Kepada
masyarakat, kami mengajak untuk mulai
beralih ke gaya hidup bebas plastik, mendukung sistem isi ulang, menolak produk
berkemasan plastik berlebih khususnya jenis plastik PET (botol plastik minum
sekali pakai) dan Polystyrene (styrofoam, tutup gelas kertas, wadah makan
plastik) yang paling banyak ditemukan pada tubuh manusia, dan secara aktif
menyuarakan hak atas lingkungan dan tubuh yang sehat.
NARAHUBUNG
:
FAHIM
: 081235563546
Tidak ada komentar:
Posting Komentar