Diundang PBB untuk menghadiri
United Nations Climate Change Conference of the Parties (UNFCCC-COP26) 1-12 November di Glasgow, Aeshnina Azzahra Aqilani (Nina) bertekad untuk mengusir penjajahan baru berupa pengiriman sampah plastik dari negara maju ke negara berkembang. Semangat ini berangkat setelah Nina melihat fakta-fakta di Sekitar tempat tinggalnya yang menjadi tempat sampah plastik Impor membuat Nina tergerak untuk beraksi, apalagi setelah tahu proses daur ulang sampah plastik impor menyebabkan pencemaran mikroplastik dan kontaminasi dioksin. Berikut laporan Ahmad Guevara-Cerita Mundu yang merekam aktivitas Nina selama mengikuti COP26.
Sejak 28 Oktober 2021 Nina meninggalkan Indonesia untuk menghadiri dua event pertama Plastic health summit di Amsterdam dan kedua Menghadiri
UNFCCC-COP26 atau konferensi para pihak perubahan Iklim di Glasgow. “
Saya senang Sekali bisa bertemu dengan Luisa Marie Neubauer seorang aktivis iklim Jerman,” Ungkap Aeshnina lebih lanjut Nina menjelaskan bahwa Luisa adalah salah satu penyelenggara School Strike for Climate (Pemogokan sekolah untuk gerakan iklim) di Jerman, nama lain kegiatan ini adalah Fridays for Future. Gerakan internasional siswa sekolah yang bolos kelas Jumat untuk berpartisipasi dalam demonstrasi menuntut tindakan dari para pemimpin politik untuk mencegah perubahan iklim. Luisa Marie Neubauer sangat mendukung Dan bersimpati atas perjuangan yang dilakukan Nina,
"saya akan mendukung perjuangan Nina dengan mendorong Pemerintah Jerman untuk menghentikan ekspor sampah plastik Ke Indonesia, untuk menuju keadilan iklim," ujar Luisa Marie Neubauer saat bertemu Nina dalam COP 26 di Glasgow, Selasa 9 November 2021.
|
Nina Bertemu Luisa Marie Nuebauer aktivis Climate Justice Jerman |
Dalam COP 26 Nina mendisplay sampah-sampah impor yang berasal dari Eropa, Amerika dan Australia dalam Action Zone Hall, dalam Blue Zone. “
Dalam area COP 26 di Glasgow hanya delegasi yang terdaftar pada Panitia United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) yang boleh masuk dan mengikuti agenda COP,” Ungkap Nina yang terdaftar sebagai Observer, mewakili Global Alliance for Incinerator Alternative ( GAIA) Asia Pasific, lebih lanjut Nina menjelaskan bahwa di dalam areal COP 26 yang di gelar di Scottish event Campus (SEC) 31 Oktober hingga 12 November 2021 terbagi dalam dua zona, yang pertama adalah zona biru yang menjadi ruang lobby dan konferensi sedangkan zona hijau merupakan wahana pameran dari berbagai negara dalam pavilion-pavilion yang menampilkan upaya-upaya negara-negara dalam mitigasi perubahan iklim dan upaya inovasi dalam pengurangan emisi.
“
Saya seneng dengan pavilion Indonesia karena banyak menyajikan makanan tradisional Indonesia Seperti klepon, Resoles dan Lemper, dalam pavilion sering diadakan seminar salah satu yang saya ikuti adalah upaya Indonesia menanggulangi laju deforestasi melalui program restorasi hutan di area konsensi, lahan gambut dan bekas lahan sawit “ Ujar Nina.
Protokol Kesehatan
Mengikuti ajang COP26 di era pandemic semua peserta yang datang dari berbagai penjuru dunia harus menerapkan protocol kesehatan yang ketat selain harus selalu menggunakan masker setiap saat dalam areal COP26 peserta harus menjalani Covid SwabTest. “
setiap pagi harus mencolok hidung untuk melakukan rapid test covid, saya melakukannya sendiri menggunakan swabtest kit yang sudah diberikan kemudian mendaftarkan secara online hasil test, kemudian panitia COP26 memberikan informasi hasil test, hasil ini harus ditunjukkan kepada security agar bisa memasuki area COP26,” ungkap Nina, lebih lanjut Co founder River Warrior Indonesia ini juga menjelaskan bahwa untuk memasuki areal COP26 setiap peserta harus menjalani 3 kali pos penjagaan.”
Di pos pertama semua peserta di cek badge peserta yang dikeluarkan oleh panitia COP26, yang kedua memasuki green zone dan yang ketiga saat memasuki blue zone atau areal konferensi, disini setiap tas di periksa dengan X-ray,” ujar Nina, lebih lanjut Nina menceritakan bahwa penjagaan menjadi super ketat saat ada Mantan presiden Amerika Serikat Barack Obama memberikan pidato pada hari senin 8 November 2021, “
setiap sudut jalan, jembatan dan tempat keramaian dipenuhi penjagaan polisi dengan menggunakan jaket hijau muda yang menyala,” tambah nina.
“
untuk menjaga kesehatan saya selalu mengkonsumsi vitamin B3, vitamin ini sebagai pengganti sinar matahari yang biasa kita rasakan di daerah Tropis, sedangkan di Glasgow matahari jarang muncul dan suhu udara dingin sekali sekitar 9-10 derajat Celcius,” Ujar Nina, lebih lanjut Nina menjelaskan untuk mengantisipasi dingin Nina selalu menggunakan jaket tebal, kaos kaki, sarung tangan, topi, syal dan baju rangkap-rangkap.
Dalam Action Zone Hall Nina bertemu dengan beberapa aktivis lingkungan dari berbagai Dunia dan tertarik dengan upaya Nina dalam menolak masuknya sampah impor ke Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar