Aeshnina Azzahara Aqilani Peserta UNFCCC dari SMPN 12 Gresik (foto : Marlena Waldthausen dipergunakan untuk pribadi) |
Berikut tiga penilaian Nina terhadap hasil COP26
1. Negara maju tidak serius mengurangi emisi karbon untuk mencegah krisis iklim semakin memburuk. Negara maju justru tetap mendukung eksploitasi batubara, minyak dan gas bumi terus terjadi hingga 2030, COP26 gagal menghentikan penggunaan batu bara, karena batu bara dianggap sebagai energi fosil terburuk penghasil gas rumah kaca. Dengan kondisi ini pembatasan kenaikan suhu 1,5 derajat sebagaimana target kesepakatan paris, akan sulit dipenuhi. Indonesia sendiri akan berhenti menggunakan batu bara pada tahun 2035 dan membangun sumber energi terbarukan jika ada dukungan finansial dari negara maju.
2. Negara maju lambat merespon pengurangan emisi, Negara Maju sepakat untuk mencapai netzero atau bebas emisi pada 2050, padahal kerusakan iklim saat ini udah sangat parah. Pembatasan emisi mendesak untuk dilakukan sesegera mungkin. Para pemimpin negara yang hadir di COP26 mungkin sudah meninggal pada 2050 nanti, namun mereka ikut menyetujui kesepakatan yang mengancam keselamatan bumi 40 tahun ke depan
3. Kesepakatan COP26 tidak menyebutkan janji negara-negara untuk mengurangi emisi karbon dari sektor migas dan plastik, padahal saat ini eksploitasi migas dan petrokimia untuk bahan baku plastik telah merusak ekosistem secara masif, menimbulkan pencemaran dan gangguan kesehatan pada masyarakat. Pembakaran sampah dengan insinerator menghasilkan emisi karbon yang sangat besar seharusnya dihentikan, namun sama sekali tidak muncul dalam kesepakatan COP26 .
“Sebagai penduduk bumi dan komunitas disekitar kita maka kita harus ambil peran untuk bisa mengurangi peningkatan suhu global, memulai dari diri sendiri untuk melakukan pengurangan konsumsi, pengurangan energi, diet plastik sekali pakai,” Ungkap Nina, lebih lanjut Siswi SMPN 12 Gresik ini mengajak melakukan perubahan perilaku secara bersama-sama dan massif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar