Kamis, 01 Februari 2024

MODUL SEKOLAH BEBAS SACHET :"Sampah dari Rumah diubah Jadi Kompos Di Sekolah"

Pertemuan Penyusun Modul terdiri dari Guru, walimurid dan komunitas

Ecological Observation & Wetlands Consevation (ECOTON) menggelar acara launching modul Sekolah Bebas Sachet dan Keluarga sakenah di Gedung Inspirasi – ECOTON, Gresik, selama 2 hari pada hari Rabu (31/1/2024) dan Kamis (1/2/2024). “dalam modul ini ada 4 informasi penting tentang bahaya Mikroplastik, dioksin dampak pembakaran plastic, pemilahan sampah dan kompos´Ungkap Firly Mas’ulatul Janah, lebih lanjut alumni Antropologi Universitas Surabaya ini menjelaskan bahwa modul hanya mengenal 4 topik bahasan dengan harapan siswa tidak “boring” dengan banyak teori, tetapi dilengkapi dengan tahapan praktik yang kontekstual yaitu berupa:

1.      Siswa melakukan praktik pemilahan di rumah dan membawa sampah organic seperti sampah dapur ke sekolah SETIAP HARI, di sekolah disiapkan ruang pengomposan

2.      Menghitung jumlah dan jenis sampah di rumah

3.      Melakukan pengamatan mikroplastik dilaboratorium

4.      Membuat makanan sehat

Selain memberikan teori berupe pengetahuan dan ketrampilan, siswa yang terlibat dalam keluarga sakenah ini juga didorong untuk memiliki sikap pro lingkungan.

Firly Mas'ulatul memaparkan isi Modul Keluarga sakenah

“Dalam modul ini siswa juga didorong untuk memiliki sikap untuk ikut bagian dari solusi pengurangan plastik sekali pakai dengan menggunakan tumbler, mengajak orang tua dan teman sebaya untuk mengurangi penggunaan makanan sachetan dan bungkus plastic sekali pakai” ujar Kholid Idris, Kepala Sekolah SD Muhammadiyah 1 Wringinanom 

Dalam acara tersebut di hadiri oleh Ashoka Indonesia, Eco Bhineka Muhammadiyah dan sejumlah guru sekolah mulai dari SD, SMP, dan SMA di sepanjang Kali Surabaya dan walimurid kader lingkungan.

 Penulis Modul Sekolah Bebas Sachet dan Keluarga Sakenah, Firly Mas’ulatul Janah mengatakan tujuan ditulisnya buku tersebut untuk mengajak seluruh anak muda lainnya menjadi agen perubahan positif buat lingkungan di sekitarnya dan terlibat dalam memberikan solusi atas permasalahan di lingkungan.

Sebab, anak- anak berusia 0 – 18 tahun di Surabaya pada tahun 2021 menderita diabetes sebanyak 176 anak dan mengalami peningkatan sebanyak 184 anak di tahun 2023 dari data yang disampaikan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) tahun 2023. Penyebabnya salah satunya jajanan sachet dan minuman kemasan yang justru banyak penambahan gula, garam dan zat adiktif.

Selain kasus diabetes pada anak, kemasan sachet juga berkonstribusi pada pencemaran lingkungan. Lantaran bentuknya yang berlapis-lapis, membuat sachet susah dikelola sehingga membuatnya dibakar bahkan dibuang ke sungai dan ke laut. Sementara penanganan seperti itu dapat membahayakan Kesehatan dan lingkungan. “ Maka anak-anak bisa ikut terlibat aktif menjadi agen perubahan untuk menyelamatkan masa depannya” ujarnya

Sampah dari rumah di kirim kesekolah diubah jadi Kompos

Dengan modul ini, anak-anak diajak menjadi pemimpin gerakan positif  mulai dari lingkungan keluarga. Membentuk anak dengan karakter tersebut dan berani mengambil aksi diperlukan beberapa metode pendekatan. Firly telah menyinggung di dalam modulnya bahwa ada 3 tiga pendekatan yang harus dilakukan. Pendekatan pertama membentuk Sekolah Bebas Sachet, pendekatan kedua Edukasi Kepada Kader Lingkungan, dan pendekatan ketiga membentuk Keluarga Sakenah (Sadar Kelola, Kurangi Sampah).

Dalam acara peluncuran, Modul Sekolah Bebas Sachet dan Keluarga Sakenah disambut cukup baik oleh para guru sekolah yang hadir. Salah satunya guru Sekolah SD Muhammadiyah 1 Wringinanom, “dengan adanya modul ini mempermudah kami untuk menjadi panduan melakukan edukasi kepada anak-anak kader lingkungan. Selain itu, kebetulan sekarang kami juga memiliki sekolah dampingan untuk menuju sekolah Adiwiyata, modul ini akan kami pakai untuk mendampingi sekolah dampingan kami yang akan maju ke Adiwiyata Kabupaten.” Terang Khoirun Nisak. Dialog dengan para guru sekolah dan walimurid juga berjalan dengan sangat aktif salah satunya walimurid dari kader lingkungan turut memberikan masukan materi modul. Nindya Eka Destari mengungkapkan “Modul ini sudah cukup lengkap, apalagi tentang materi-materi yang harus dikasi oleh seorang kader lingkungan, hanya saja materi tentang hubungan spiritual atau keagamaan dengan lingkungan bisa ditambahkan lagi, agar kemampuan anak-anak bertambah lagi.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Populer