Kamis, 23 Juni 2022

POHON PLASTIK PENYEBAR BENCANA SEI DELI

Salah satu Pohon Plastik temuan Tim ESN di Kelurahan Karang Berombak.

388 Pohon plastik ditemukan tim ekspedisi Sungai Nusantara (ESN) di Sei Deli. Pohon-pohon inilah yang menjadi sumber pencemaran mikroplastik Sei Deli. Pohon plastik adalah vegetasi tepi sungai yang umumnya berupa pohon loah (Ficus racemosa) dan Bambu (Bambusa vulgaris) mengalami proses lilitan sampah plastik."Sampah plastik berupa tas kresek, sampah pakaian bekas, sachet, karung plastik dan plastik bungkus makanan yang terbawa oleh arus air saat debit air sungai naik akibat hujan, sampah-sampah plastik ini kemudian tersangkut dan terlilit pada dahan dan ranting pohon atau bambu yang tumbuh di tebing sungai, pada saat air surut sampah plastik terjebak dan menetap di dahan dan ranting pohon, pohon-pohon yang tersangkuti sampah plastik inilah yang dinamakan pohon plastik,"ungkap Rizki Romadona, Lebih lanjut relawan ESN Sei Deli Medan ini menjelaskan bahwa disepanjang Sei deli ada ratusan bahkan ribuan pohon plastik. "Jika tidak dilakukan pengendalian pembuangan sampah plasti di Sei Deli maka lambat laun pohon-pohon di tepi Sei Deli semuanya akan tertutupi sampah plastik," lanjut Rizki. 
Pohon Plastik di Jalan Sei Deli Kelurahan Silalas, Medan Barat (23/6)

Pohon plastik yang banyak ditemukan di Sei Deli merupakan indikator buruknya pengelolaan sampah di Kota Medan dan Sumatera Utara pada umumnya. Secara nasional jumlah sampah plastik yang dihasilkan oleh penduduk Indonesia adalah 8 Juta ton, namun layanan pengelolaan sampah oleh pemerintah hanya mampu melayani kurang dari 30% akibatnya hanya sekitar 3 juta sampah plastik yang dihasilkan penduduk Indonesia yang mampu diolah oleh pemerintah, 2,6 Juta Ton terbuang ke sungai dan sisanya dibakar atau ditimbun di Tanah.
Banyaknya pohon plastik Sei Deli mengkonfirmasi ketidakmampuan Pemerintah dalam pengelolaan sampah. "Pemkot Medan tidak menyediakan sarana pengelolaan sampah yang cukup sehingga penduduk yang tinggal di tepian Sei Deli membuang sampahnya ke Sungai, akibatnya sungai menjadi tempat sampah dan pada musim hujan ketika debit air sungai naik dan membawa sampah-sampah yang dibuang penduduk di tepi sungai, dalam perjalanannya sampah-sampah ini tersangkut dan terlilit pada pohon-pohon loah dan bambu yang tumbuh ditepi sungai," Ungkap Prigi Arisandi, lebih lanjut peneliti ESN ini mendorong Pemkot Medan melakukan upaya pengendalian agar sampah plastik tidak dibuang ke sungai.

Mikroplastik ancam kesehatan manusia

Pohon Plastik Sei Deli di Tanjung Mulia

Mikroplastik adalah serpihan plastik berukuran kurang dari 5 mm yang berasal dari hasil fragmentasi atau terpecahnya plastik-plastik ukuran besar seperti tas kresek, sedotan, sachet, popok dan bungkus plastik atau peralatan terbuat dari plastik yang menjadi sampah dan terbuang di media air atau media lingkungan lainnya. Proses pecahnya plastik ukuran besar menjadi ukuran kecil disebabkan oleh radiasi sinar matahari, pengaruh fisik gerakan atau arus air.  
Mikroplastik masuk kategori senyawa penganggu hormon karena dalam proses pembuatan plastik ada banyak bahan kimia sintetis tambahan dan sifat mikroplastik yang hidrofob atau mudah mengikat polutan dalam air. " Mikroplastik yang masuk dalam air akan mengikat polutan di air seperti logam berat, pestisida, detergen dan bakteri patogen, jika mikroplastik tertelan manusia melalui ikan, kerang dan air maka bahan polutan beracun akan berpindah ke tubuh manusia dan menyebabkan gangguan hormon," ungkap Prigi Arisandi, lebih lanjut Anggota Tim ESN ini menjelaskan bahwa Mikroplastik juga menjadi media tumbuh bagi bakteri pathogen.

Mikroplastik Sei Deli

Pengambilan Sample air Sei Deli dilakukan dengan menggunakan LST 1.0, jaring yang diikatkan pada tabung steinless steel dengan ukuran mesh 350 atau dalam satu inch terdapat 350 benang sehingga terlihat seperti kain. Alat LST 1.0 mampu menyaring partikel-pertikel kecil diatas 10 mikron atau 0,01 mm, sehingga ukuran mikroplastik sebesar 5 mm dipartikan akan tersangkut dalam jarring mesh 350. Air sample diambil dengan menggunakan ember steinless steel untuk menghindari kontaminasi bahan plastik, sebanyak 50 liter air diambil pada satu lokasi yang mewakili kondisi lingkungan sekitar. “partikel-partikel yang terjaring dalam LST 1.0 kemudian diamati dengan mikroskop portable dengan pembesaran 40-400 kali, metode yang digunakan adalah rapid test atau metode pengamatan cepat” ujar Prigi Arisandi, lebih lanjut tim ESN ini menjelaskan bahwa mikroplastik yang teramati di Sungai Deli adalah jenih fiber atau benang, filament atau lembaran, dan fragmen atau cuilan plastik.

Pohon plastik = Sumber Mikroplastik

Ekspedisi sungai Deli pada segmen Kantor Walikota hingga Jembatan Panitera Tanjung Mulia sejauh 6,5 Km menemukan  sekitar 388 pohon yang terlilit sampah plastik dan 232 timbulan sampah liar. Plastik-plastik yang tersangkut di pohon berasal dari sampah-sampah plastik yang dibuang ditepi sungai dan terhanyut saat debit air tinggi dan terlilit di pohon loah (ficus racemose) dan pohon bamboo di tepi sungai, saat air surut sampah plastik berada di dahan tinggi dan tersangkut. “sampah plastik yang tersangkut diatas pohon akan terpapar matahari dan mempercepat proses hancurnya plastik menjadi mikroplastik” pungkas Hafifuddin Arief Koordinator Telapak Sumatera Utara

Tim ESN mendorong Pemkot untuk menyediakan sarana TPS dan sarana pengangkutan sampah yang bisa menjangkau penduduk di kelurahan tepi sungai. “untuk sampah plastik yang terpendam didasar sungai dan tersangkut di pohon menjadi tanggungjawab Pemerintah Provinsi untuk membersihkan dan membebaskan Sungai Deli dari sampah plastik karena sungai deli merupakan sungai lintas kabupaten/kota sehingga kewenangan pengendalian pencemaran dan pengelolaan nya ada pada Pemprov Sumatera Utara,” Tutup Prigi Arisandi


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Populer