Senin, 22 April 2024

Nina : "Cukup!, Bencana Apalagi Untuk hentikan keserakahan dan Produksi Plastik, Stop Kirim Sampah Plastik Ke Negara Berkembang"

Nina beroasi di depan gedung Parlemen Kanada dalam Pawai End The Plastic Era (21/4)

Dengan menggendong tumpukan sampah setinggi,5 meter, Aeshnina Azzahra Aqilani Bergabung dalam Pawai untuk mengakhiri Era Plastik, Ottawa, Kanada 21 April 2024, 11.00.  "Sampah yang saya gendong ini adalah sampah-sampah plastik Impor dari negara maju yang dibuang di desa-desa dekat pabrik kertas daur ulang, sampah ini menjadi beban lingkungan dan ancaman kesehatan, Saya ingin menunjukkan bahwa pencemaran sampah plastik membebani generasi saat ini" Ujar nina saat ditemui di depan gedung Parlemen Kanada. Nina bersama Ratusan Aktivis lingkungan dari seluruh dunia hadir karena kegelisahan Selama bertahun-tahun, polusi plastik telah mendatangkan malapetaka pada komunitas dan lingkungan global, yang dipicu oleh kepentingan perusahaan bahan bakar fosil.

“Namun kami memiliki kekuatan untuk mengubah narasi ini dan Kami percaya bahwa bersama-sama, kami dapat membuat perbedaan dan menunjukkan kepada dunia bahwa suara kami penting” Ungkap Miko Alino dari Aliansi Global Breakfreefromplastic. Pawai bersejarah ini diawali dari bukit parlemen ke Shaw Center  yang menyampaikan tuntutan untuk aksi nyata pada sesi keempat komite perundingan antar pemerintah (INC4) mengenai Perjanjian Plastik Global.  “Sudah waktunya bagi pemerintah untuk memprioritaskan kesehatan planet dan komunitas kita dibandingkan profit semata” Miko

Nina Berorasi Meminta negara maju Stop Kirim Sampah Plastik Ke Indonesia

Nina, Panggilan Aeshnina Azzahra Aqilani siswi SMA Muhammadiyah 10 Gresik mendapatkan kesempatan untuk berorasi didepan ratusan aktivis lingkungan sebelum pawai di Mulai. Dalam Orasinya Nina Mengatakan bahwa ekspor sampah plastik dari Negara Maju ke negara ASEAN harus di akhiri karena hanya akan menimbulkan bencana lingkungan yang berkepanjangan.

Jika produksi plastik dan ekspor sampah ke negara-negara berkembang terus berlanjut, Anda akan menciptakan bencana jangka panjang bagi lingkungan saya. Lebih buruk lagi, orang tua saya mengatakan bahwa bahan kimia berbahaya dalam plastik mengancam kesehatan dan hormon saya” Ujar Nina, lebih lanjut co-Captain River Warrior Indonesia ini menjelaskan bahwa Anak-anak dan remaja seperti saya adalah pihak yang paling menderita dan diakui sebagai kelompok rentan. Sebagai orang dewasa yang datang ke Ottawa untuk menegosiasikan perjanjian plastik harus melindungi hak anak-anak untuk hidup di lingkungan yang sehat dan aman.

Orasi Nina mengingatkan bahwa Daur Ulang adalah Kebohongan
Di akhir orasinya Nina meminta Agar negara maju berhenti mengirim sampah plastik ke Negara Berkembang. “Cukup! Stop mengirim sampah plastik ke negara-negara berkembang. Dan tolong, buatlah perjanjian yang kuat untuk generasi mendatang!”

.Bencana Akibat Sampah Plastik Impor

Jika Anda berpikir mendaur ulang sampah plastik di negara lain adalah solusi terbaik, Anda salah. Sebagian besar tidak dapat didaur ulang di negara saya dan berakhir di sungai saya. Ayah saya bercerita bahwa air limbah dari industri daur ulang adalah salah satu penyebab punahnya ikan di sungai kami. Pembakaran sampah plastik impor menyebabkan kontaminasi dioksin pada telur ayam kampung 70 kali lebih tinggi dari standar WHO” Ungkap Nina dalam orasinya yang disambut tepuk tangan peserta pawai. Bencana apa yang kita tunggu untuk menghentikan keserakahan dan produksi plastik sekali pakai?

Polusi plastik mengancam kesehatan dan lingkungan kita. Taman bermain saya dan masa depan saya terancam. Kita semua ingin lingkungan kita bebas plastik, tapi mohon jangan bebankan beban Anda ke belahan dunia lain—ini tidak adil! Nina mengangkat problem nyata yang dihadapinya dalam menjaga kualitas air Sungai Brantas, Bagi Aeshnina Sungai Brantas adalah sumber kehidupan karena airnya menjadi sumber air minum bagi lebih dari 5 juta orang.  Namun Sungai Brantas kini menjadi tempat pembuangan air limbah industri daur ulang plastik dan daur ulang Kerta. Industri-industri ini sebagian besar mendaur ulang sampah plastik impor dari negara maju. Dan ditemuakan sampah dengan label dari Australia, Kanada, Denmark, Perancis, Jerman, Italia, Jepang, Belanda, dan Amerika.

 

Tim River Warrior Indonesia menemukan hampir 4000 partikel mikroplastik dalam 100 liter air sungai. Jumlah tersebut sangat banyak jika dibandingkan dengan mikroplastik dalam air sungai Amstel di Amsterdam Belanda, hanya 60 partikel mikroplastik dalam 100 liter air.

 

“Kami mengumpulkan sampah selama tiga tahun dan menemukan bahwa sachet, styrofoam, botol plastik, popok, dan kantong plastik merupakan pencemar terbesar di Sungai Brantas. Termasuk sampah dari merek yang tidak dijual di Indonesia” Ujar Nina, panggilan Aeshnina.

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Populer