No Waste lakukan Brand Audit di Kenjeran (20/2/2023)
Dalam
memperingati hari peduli sampah nasional NoWaste Surabaya mengangkat 5000 pcs
sampah dari pantai Kenjeran Surabaya. Dengan rincian 2.557 Lembar Saset bermerk
(branded) sampah plastik single layer unbranded sebanyak 1.562 lembar seperti
plastik bening, tas kresek selotip, bungkus makanan tak bermerk 77 lembar , masker 13 lembar, styrofoam 70
lembar, sendok plastik 28 lembar, dan sedotan 170 lembar. “selaian saset yang
mendominasi , Jenis plastik sekali pakai seperti tas kresek, Styrofoam, sedotan,
alat makan plastik banyak dijumpau berserak di pantai Kenjeran Surabaya, semua
sampah ini bersumber dari perilaku masyarakat yang masih menggunakan plastik
sekali pakai, jika tidak dikendalikan bisa dipastikan tahun 2050 jumlah sampah
plastik di Kenjeran akan lebih banyak dibanding jumlah ikan” Ujar Sofi Azilan
Aini.
NoWaste yang didirikan oleh 4 Alumni Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Surabaya antaranya Adelina Pratiwi, Sofi Azilan Aini, Indi Aula Jauharoh dan Yolanda Lettalia, mengajak Mahasiswa Aktif dari berbagai Universitas Daerah Surabaya dan Sidoarjo, Yang diikuti oleh 30 Mahasiswa yang ada di Kota Surabaya. Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Senin (20/02/23) tepat pukul 10.00 WIB. Clean up ini dilakukan dengan berkolaborasi bersama Indonesia Indah Foundation yang memberi wadah untuk melakukan aksi bersih di seluruh Indonesia. Kegiatan ini juga di dukung oleh Tavi dari PT. Paragon Technology and Innovation sebagai brand skin care anak muda yang peduli lingkungan. Tujuan dari kegiatan ini adalah mengajak remaja untuk lebih mengetahui kondisi pencemaran plastik di lautan dan mengedukasi remaja untuk mengurangi pemakaian plastik sekali pakai dalam kehidupan sehari-hari.
“Tujuan dari kegiatan
ini adalah mengajak remaja untuk lebih mengetahui kondisi pencemaran plastik di
lautan dan mengedukasi remaja untuk mengurangi pemakaian plastik sekali pakai
dalam kehidupan sehari-hari” Ungkap Adelina Pratiwi, coordinator lapangan
kegiatan brand audit. Adapun hasil clean up dan brand audit yang No Waste Surabaya
dan volunter dapatkan yaitu sampah sachet brand dengan total 2.557 Lembar Saset.
Sampah tersebut dari beberapa perusahaan sebagai berikut:
1.
wings group: 251 Lembar Saset (Mie Sedap, So Klin, Sabun Ekonomi, Kecap
Sedap)
2.
indofood: 251 Lembar Saset (Indomie,
popmie, chitato)
3.
unilever 170 Lembar Saset (Sunlight,
Pepsodent, bango, molto)
4.
siantar top 150 Lembar Saset (French
Fries, Goriorio); dan
5.
mayora 150 Lembar Saset (kopiko, roma biscuit, kiss, slaiolai)
Selain sampah sachet
dari brand ditemukan juga sampah plastik single layer unbrand sebanyak 1.562
pcs, food packaging unbrand 77 pcs, masker 13 pcs, sterofoam 70 pcs, sendok
plastik 28 pcs, dan sedotan 170 pcs.
Tanggungjawab
Produsen
“Produsen-produsen besar ini, harus bertanggungjawab atas sampah yang
mereka hasilkan dan ditemukan mencemari lingkungan dan merusak ekosistem
pantai” Ujar Sofi Azilan Aini,
alumni Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Nahdatul Ulama Surabaya ini
menjelaskan bahwa Dengan adanya Undang-undang pengelolaan sampah nomer 18 tahun
2008 mengatur mekanisme EPR atau extended Produsen Responsibility yang artinya
produsen harus mau mengurus sampah dari bungkus-bungkus yang mereka hasilkan
pasca produk digunakan. “Mereka bisa menyediakan tempat sampah khusus atau
mengganti bungkus atau packaging yang bisa didaur ulang atau menghindari
pemakaian sachet” Indi Aula Jauharoh
“Dampak dari sampah plastik sekali pakai ini pada kesehatan, terdapat adanya mikroplastik diudara yang tanpa disengaja dapat dihirup oleh masyarakat disekitarnya dan dapat mengganggu pencemaran udara . Plastik tidak pernah bisa jadi makanan manusia” Ujar Sofi Azilan aini, coordinator NOwaste Surabaya ini menjelaskan bahwa partikel serat plastik yang berukuran mikroskopis bisa masuk ke dalam tubuh manusia, dalam jangka panjang mikroplastik bisa mengganggu sistem kekebalan tubuh yang berpotensi menyebabkan stres oksidatif dan perubahan pada DNA.
”Kami mengajak anak-anak muda Surabaya untuk menghindari penggunaan
plastik sekali pakai seperti saset, tas kresek, sedotan, botol air minum
mineral dan Styrofoam, karena jenis bungkus plastik paling banyak ditemukan menjadi sampah dan
sulit untuk terurai, sambil menunggu produsen melaksanakan EPR dan Pemerintah
menegakkan regulasi yaitu Perwali Nomor 16 Tahun 2022 tentang Pengurangan
Penggunaan Plastik di Kota Surabaya” Ujar Yolanda Lettalia, lebih lanjut
Alumni UNUSA ini optimis Surabaya bebas saser jika semua pihak berkomitmen dan
konsisten melakukan diet pengurangan plastik sekali pakai mulai sekarang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar