Mikroplastik merupakan remah-remah atau serpihan plastik berukuran <5 330="" adalah="" airminum="" asalnya="" bahan="" benang="" berasal="" blockquote="" botol="" butiran-butiran="" cuilan="" dan="" dari="" di="" fiber="" filamen="" foam="" fragmen="" granula="" hingga="" jenis="" kecil="" kosmetik="" kresek="" lebih="" lembaran="" mikrobeads="" mikron="" mikroplastik="" mm="" nano="" pakai="" pembersih="" perairan="" plastik="" polyester="" scrub="" sedangkan="" sedotan="" sekali="" serat="" serpihan="" sintetik="" styrofoam="" surabaya="" tas="" ukurannya="" untuk="" wajah="" yang=""> Pikul Bareng, Mulai memilah dari Rumah dan Kurangi Plastik Sekali Pakai Pilah sampah, Mendorong regulasi pada tingkat Perda kab/kota di Kali Brantas agar masyarakat melakukan pemilahan sampah mulai dari rumah. Jenis sampah Rumah tangga di Jatim 60%-70% adalah sampah organic yang bisa dibuang kompos, 18% bisa didaurulang, 12% sampah residu yang tidak bisa didaur ulang dan sampah lainnya. “Jika mulai dari rumah sampah di pilah maka 60-70% sampah bisa dikurangi,” ungkap Tonis Afrianto. Kurangi plastik sekali pakai, sampah plastic sulit didaur ulang dan mencemari sungai dan laut menimbulkan ancaman serius pada ketahanan pangan laut. Layani angkutan dan fasilitas pengangkutan Sampah, Pemerintah harus menyediakan pelayanan sehingga sampah tidak dibuang ke sungai, Batasi Sampah Plastik dengan Perda Larangan Plastik Sekali Pakai, Anggaran Memadai untuk edukasi dan sarana pengelolaan sampah, Mendorong produsen untuk Rekayasa Desain Kemasan Ramah Lingkungan dan mengurangi pemakaian plastic sekali pakai/sachet. 5>
Sabtu, 12 Desember 2020
KENDALIKAN MIKROPLASTIK KURANGI PLASTIK SEKALI PAKAI
Mikroplastik Kenjeran Berasal dari Sampah Plastik Kali Surabaya
Pencemaran mikroplastik di Pesisir Surabaya bersumber dari Kali Surabaya anak Kali Brantas, karena Sungai sepanjang 430 km yang melewati 15 kota/kabupaten bermuara di Pesisir Surabaya (Kali Wonokromo bermuara di Pantai Timur Surabaya dan Kali Mas bermuara di Pesisir Utara Surabaya) padahal Kali Brantas diketahui tercemar oleh mikroplastik yang bersumber dari timbunan sampah plastik dari sampah domestic ataupun dari industry kertas dan industry manufaktur lainnya yang membuang limbah cair ke Kali Brantas dan Kali Surabaya. Tahun 2018 ecoton menemukan 72% ikan yang ada di Kali Brantas mengkonsumsi mikroplastik. 42% sampah yang terapung di Kali Surabaya adalah plastik, bahkan pada agustus 2020 kelompok Perempuan Pejuang kali Surabaya menemukan 303 timbulan sampah plastik sepanjang Kali Surabaya, 80% timbulan sampah berupa sachet, tas kresek dan bungkus makanan/minuman. Bungkus plastik ini merupakan food packaging dari 4 produsen consumer good Wings Surya, Indofood, Unilever dan garuda food. “Sumber mikroplastik berasal dari sampah plastik seperti tas kresek, Styrofoam, sedotan, bungkus plastik, sampah popok dan bahan plastik lainnya yang dibuang oleh manusia di sungai, perilaku ini disebabkan tidak tersedianya tempat sampah yang cukup,”Ungkap Tonis Afrianto, lebih lanjut alumni Komunikasi Universitas Muhammadiyah Sidoarjo ini menyebutkan bahwa saat ini pelayanan sampah hanya menjangkau kurang dari 40% sehingga masih banyak masyarakat yang tidak terlayani sehingga membuang sampah ke sungai.
Mendesak Regulasi Larangan Plastik Sekali Pakai
Lembaga kajian ekologi dan konservasi lahan basah (ecoton) mendorong dibuatnya regulasi tentang pengurangan atau pelarangan penggunaan plastik sekali Pakai. Di Indonesia sudah ada lebih dari 40 Perda/Pergub di Indonesia yang berisi larangan penggunaan plastik sekali Pakai. Salah satunya Pergub Bali No.97 Tahun 2018 tentang Pembatasan Timbulan Sampah Plastik Sekali Pakai “Dalam Pergub Bali 97/2018 ada tiga bahan mengandung plastik yang dilarang penggunaannya di Provinsi Bali yaitu Kantong plastik, polysterina (Styrofoam) dan sedotan plastik,” Ujar Tonis Afrianto, lebih lanjut manager Kampanye Ecoton ini menyatakan dalam Pergub tersebut juga melarang untuk memproduksi, mendistribusikan, memasok dan menyediakan plastik sekali pakai di Wilayah Provinsi Bali.
Jumat, 11 Desember 2020
Air Bengawan Solo Tercemar Logam Berat Ancam Budidaya Perikanan
Hasil pengukuran kualitas air Bengawan Solo yang dilakukan pada 13 Agustus 2020
oleh Lembaga Kajian ekologi dan konservasi lahan basah (Ecoton) didukung oleh
Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pencemaran Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten
Gresik. Hasil pengukuran kualitas air menunjukkan telah terjadi pencemaran di
Hilir Bengawan Solo wilayah Kecamatan Bungah dan Kecamatan Sidayu. Lokasi
pengambilan sampel dilakukan di jembatan sembayat Bungah, Desa Legowo dan
Tajungsari kecamatan Sidayu. Bengawan Solo yang ada di wilayah Gresik
dikategorikan sebagai air sungai Kelas III mengacu pada Perda 2/2008 yang
menetapkan bahwa air sungai kelas III diperuntukkan untuk budidaya perikanan dan
tanaman. “Beberapa parameter yang diukur menunjukkan bahwa keadaan bengawan Solo
di Kabupaten Gresik tidak memenuhi baku mutu air Kelas III berdasarkan Perda
Provinsi Jawa Timur 2/2008 tentang pengendalian pencemaran dan pengelolaan
kualitas air,” Ungkap Daru Setyorini peneliti Senior Ecoton, lebih lanjut Doktor
lulusan Unibraw ini menunjukkan bahwa parameter yang melebihi baku mutu adalah
BOD/Biological Oxigen Demand, pH atau kadar keasaman air, Zat padat terlarut
(TDS/Total Dissolved Solid), Logam Berat Tembaga, Timbal, Khrom, nitrit dan
khlorin Bebas.
kandungan logam berat diwilayah Gresik cukup tinggi dan dapat mengancam kelangsungan budidaya perikanan di Wilayah Sidayu dan Ujung PangkahPencemaran Industri Tekstil Tingginya kadar TDS dalam air mengindikasikan banyaknya ion-ion logam berat didalam air bengawan Solo, kadar logam berat yang melebihi baku mutu di ketiga lokasi adalah Timbal (Pb) dan Tembaga (Cu), bahkan di daerah Pelelangan Ikan Tajungsari Kecamatan Sidayu kadar Khrom/Cr(0,12 mg/L) dua kali lipat dari standar baku mutu air kelas III sebesar 0,05 mg/L. Ketiga jenis logam berat (Cu, Pb, Cr) umumnya digunakan dalam industri tekstil dalam mengikat pigmen pewarna tekstil. “Bengawan Solo mengalir dari wilayah hulu di Jawa Tengah melewati sukoharjo dan Solo yang dikenal sebagai kawasan industri tekstil sehingga patut diduga kuat bahwa polutan logam berat yang ada di Hilir (wilayah Gresik) berasal dari industri Tekstil,” Ujar Daru Setyorini, lebih lanjut Daru menyatakan bahwa kandungan logam berat diwilayah Gresik cukup tinggi dan dapat mengancam kelangsungan budidaya perikanan di Wilayah Sidayu dan Ujung Pangkah. Pencemaran serius lainnya adalah kandungan Nitrit dam Khlorin selain berasal dari sumber limbah domestik senyawa kimia nitrit juga berasal dar pupuk yang banyak digunakan dalam budidaya perikanan. Upaya pengendalian pencemaran dan pemulihan kualitas air bengawan solo di Wilayah Gresik mutlak dilakukan karena air bengawan solo menjadi kebutuhan vital budidaya perikanan di wilayah Manyar, Sidayu dan Ujungpangkah. Pengendalian Pencemaran Ecoton mendorong pemerintah untuk melakukan upaya pengendalian pencemaran melalui 1. Inventarisasi sumber-sumber pencemaran yang ada di Bengawan Solo 2. Upaya penertiban dan penegakan ketaatan pelaku usaha agar limbah cair yang dibuang ke bengawan solo sesuai dengan baku mutu melalui kegiatan patroli sungai dan pembentukan relawan bengawan Solo yang dapat menjadi Mitra DLH propinsi atau DLH kabupaten dalam upaya monitoring kualitas air Karena bengawan Solo merupakan sungai Nasional maka kewenangan pengelolaannya ada di Pemerintah Pusat, maka diperlukan kejelasan pembagian tugas dan kewenangan dalam upaya a. monitoring kualitas air, b. ketaatan industri yang membuang limbah di bengawan solo, c. penegakan hukum, d. upaya pemulihan kualita air. Selama ini tidak ada kejelasan strategi dan pembagian tugas kewenangan antara pusat daerah dan antar instansi sehingga bengawan solo makin terpuruk kualitas airnya.
WATERBUGS CENSUS Incorporation of Habitat Assessment in Volunteer River Biomonitoring
The Asian region continues to face serious water quality issues that contribute to freshwater scarcity, ill-health and even deaths. Rivers in Asia are Highly polluted with industrial waste and domestic waste. Many of the region’s rivers contain up to 3 times the world average of human waste derived bacteria (measured in faecal coliform). Industrial pollution levels, indicated by BOD (biological Oxygen demand) emissions per USD 1,000 of GDP, are highest in some Central and Northeast Asian Countries followed by south Asian Countries. Major sources of pollution are industries producing metals, paper and pulp, textilles and food and beverages. The mining industry is also a significant contributor. Agricultural production in the region increased 62% from 1990 to 2002 and consumtion of mineral fertilizer increased 15%. Exceedingly high level of nutrients were found in 50% of river in Asian region. High nutriens levels caused eutrophication, including algae blooms that severely damage freshwater ecosystems and hinder their provision of vital environmental services to people (Alexander E.V. Evans, Munir A. Hanjar, Yunlu Jiang, Manzoor Qadir and Pay Drechsel. 2012 Water Pollution in Asia : The Urgent Need for Prevention and Monitoring. Global Water Forum - UNESCO).
In 2011, Indonesian Environmental Ministry monitored river water quality in 33 provinces. The result was shocking. Out of 51 major rivers in Indonesia, 32 rivers were heavily polluted and 16 rivers were moderately polluted. Only one river still met the quality standard, namely Lariang River in Central Sulawesi. One of the efforts made by the Environment Ministry of Indonesia is to alert the regional governments to improve the water quality measurement as a policy base in each region.
Dealing with the river pollution issue Ecological Observation and Wetlands Conservation (ecoton ) promote Incorporation of Habitat Assessment in Volunteer River Biomonitoring. River degradation is also caused by lack of environmental awareness and lack of community participation in river conservation. Most of people in the community are not aware of the river’s potential and its biodiversity, and with people not caring for the river they tend to treat the river without respect. To build community awareness and encourage community participation in river conservation, we need to bring people to touch the river waters and explore the wildlife. River health assessment through biomonitoring using macroinvertebrate animals is a way to introduce river wildlife and to know the food chains in river ecosystem. Biomonitoring is also a powerful and inexpensive tool to indicate water quality of the river. By knowing the river health and its water quality, we can develop river restoration plan appropriately according to the stressors and level of disturbances that involving community participation in the whole process.
The incorporation of habitat assessment in river biomonitoring gives more strength to the accuracy of river biomonitoring results and moves the organization forward to promote collaborative action on stream restoration to prevent environmental degradation in the watershed. More people now understand that the river is a continuum, where river degradation upstream will destroy the whole watershed that we need to maintain the continuous flow of water and flow of energy source in river, i.e. the leaves that fall into the stream from the vegetation along the riparian area. Ecoton involved more local community groups not only to reduce pollution loads into the river, but also to protect riparian area as wildlife habitat and energy source for the river ecosystem.
WATERBUGS CENSUS
Biomonitoring an evaluation of the condition of a water body using biological surveys and other direct measurements of the resident biota in surface waters, such as Benthic macroinvertebrates- organisms that inhabit bottom substrates for at least part of their life cycle and are retained by a 200µm to 500µm mesh. Commonly macroinvertebratae dominated by waterbugs. And Community around the rivers more familiar with waterbugs than Makroinvertebratae. So we called river biomonitoring as Waterbugs Census
Waterbugs Census has been widely used in many countries. Macroinvertebrate comprises various animals ranged from very sensitive to very tolerant to water pollution. Waterbugs Census is easy, cheap and accurate that can be done by anyone with various levels of education and age. ECOTON started river biomonitoring since 2002 through exploratory study to identify macroinvertebrate diversity, water pollution assessment in Brantas River, and published Guide Book to Macroinvertebrate for Brantas River. ECOTON trained government officers, teachers and students from more than 100 schools in East Java, Sumatera, Kalimantan and Sulawesi. Environmental authorities support ECOTON activity to introduce biomonitoring and encourage community participation in river conservation. This methode bring people to touch with the river, to assess river health using simple biomonitoring techniques, to build awareness on river condition and its recilience, and to promote empathy of the community to adjust consumption and waste disposal below the river carrying capacity.
Waterbugs Census objectives are:
(1) to promote awareness of community in watershed to participate in river monitoring and pollution prevention,
(2) to introduce biomonitoring principles and techniques to the community in watershed,
(3) to propose the provincial government to include macroinvertebrate as key parameter in regular river monitoring program.
WATER POLICE
This group is establish by junior high school student of Wonosalam state school in 2009 their activities are monitoring river quality using macroinvertebrata and put a red flag as sign that the water body is polluted, yellow flag for medium polluted and green flag for save water body or unpolluted. This activities held every month. Sometime they clean up the river with collect the garbage, plastic, solid waste and diapers that disposed at waterbody. At the beginning this activities is difficult and faced big challenge from parent, community live along the river, but after 3 years community realized that the water police action bring awareness among the people that community had responsibility to manage and preserve the river.
PARTNERSHIP WATER MONITORING
Group of Partnership for Water quality Monitoring (PWQM) promote by Municipal Environmental biro and community at up stream area. Recently This model adopted and become a model to conserve water spring by Environmental Protection Agencies (EPA) of East Java Province. This partnership involved student, local government at village and distric level, peasant groups, forestry biro and EPA of Jombang municipal. Every 2 month they monitoring the water quality using macroinvertebratae and habitat assessment. Dissucion among the PWQM member is become collaborative action on stream restoration to prevent environmental degradation in the watershed. Every month PWQM member planting tree sorounding the waterspring and promote to the community for wise used of water and every three month City major received water monitoring result and became guideline for water quality management.
MIKROPLASTIK CEMARI PANTAI DAN IKAN PERAIRAN LAMONGAN
Timbulan sampah yang didominasi plastik yang terpapar matahari, terendam air dan
mengalami perlakuan fisik alami berupa naik turunnya air laut menyebabkan sampah
plastik terurai menjadi serpihan-serpihan atau remah plastik berukuran mikro
yang bias disebut mikroplastik. Mikroplastik merupakan remah atau serpihan
plastik berukuran <5 mm hingga 330 mikron (0,33mm) sedangkan untuk plastik jenis
nano ukurannya lebih kecil dari 330 mikron, di alam terdapat 2 jenis yakni
Mikroplastik Primer yang dibuat dalam ukuran kecil oleh perusahaan salah satunya
Microbeads yang dicampurkan dalam pasta gigi, scrub, sabun cuci muka dan bahan
kosmetik, jenis kedua adalah Mikroplastik Sekunder yang berasal dari remahan
plastik berukuran besar contohnya Kresek, Sedotan, Sachet, Botol Sekali Pakai,
dan Styrofoam. Yuwandita (2018) dari Universitas Brawijaya malang melaporkan
adanya kelimpahan mikroplastik pada sedimen di Pesisir Lamongan yakni di
kecamatan Paciran (Pantai Boom) dan Brondong (Pelabuhan Perikanan Nusantara
(PPN) Brondong, muara sungai Pelabuhan Laut Sedayulawas, dan Pantai Kutang).
Hasil dari penelitian tersebut menyebutkan mikroplastik yang ditemukan pada
sampel sedimen di semua stasiun penelitian dari kedalaman 0 - 5 cm dan 5 - 10 cm
adalah sebanyak 178 partikel dari luasan 50x50 cm. Jenis mikroplastik yang
paling banyak adalah jenis fiber berbentuk seperti benang sebesar 86% dan
cuilan-cuilan atau fragmen sebesar 12%. Selain itu, mikroplastik juga ditemukan
dalam ikan yang dilaporkan oleh Handaryono (2018) di Desa Labuhan Kecamatan
Brondong Kabupaten Lamongan. Hasil dari penelitian tersebut menyebutkan partikel
mikroplastik ditemukan pada 70% ikan yang ada di tambak. Buruknya managemen
pengelolaan sampah berupa pembuangan sampah di Bantaran sungai, pesisir dan
perairan menjadi menyebab utama kontaminasi mikroplastik diperairan dan
perikanan. “Sampah plastik yang ditimbun di tepi sungai, pantai dan diperairan
pesisir menjadi sumber pencemaran mikroplastik di ekosistem perairan pantura
Lamongan, jika tidak dikendalikan maka kedepan akan menjadi ancaman serius
potensi perikanan di pantura Jawa,” Ungkap Eka Clara Budiarti peneliti
mikroplastik ecoton.
PANTURA LAMONGAN TERCEMAR MIKROPLASTIK
Pantai Utara Lamongan darurat Mikroplastik akibat malmanagemen pengelolaan sampah, Sungai sudetan bengawan Solo di Sedayulawas dan kasawan Pesisir dijadikan tempat pembuangan sampah. Pantai Paciran dan Pantai Brondong diketahui mengandung mikroplastik. Di perlukan upaya Pemkab Lamongan untuk menyediakan sarana kontainer sampah residu yang tidak bisa didaurulang seperti sachet dan tas kresek. Mendorong dibangunnya Tempat Pembuangan Sampah Sementara 3R.
Selama tiga hari (15-17 September 2020) Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah (Ecoton) bekerja sama dengan komunitas pemuda peduli lingkungan Rumah Kreatif Mencorek Dusun Mencorek Desa Sendangharjo kecamatan Brondong dan Cakrawala Surya (Kelompok Mahasiswa/i Pecinta Alam Universitas Muhammadiyah Lamongan) melakukan kegiatan penyusuran timbulan sampahdisekitar Sungai Bengawan Solo mulai dari bendungan karet Sedayulawas hingga muara. Hasil dari penyusuran ditemukan 9 timbulan sampah kecil (1-2 m) hingga besar ( >5 m). timbulan Sampah didominasi jenis sampah Plastik dan sachet. Sampah plastik ini akan hanyut kedalam perairan menuju laut (80% berasal dari sampah dari daratan/sungai). Kegiatan brand audit timbulan sampah untuk mengetahui brand – brand yang sering digunakan oleh warga sekitar. Hasil brand audit tersebut didapatkan yakni ada top 3 perusahaan penyumbang sampah plastik Wings Group , Unilever dan Procter and Gamble Company. Kegiatan penimbunan dan pembakaran sampah di Bantaran sudetan bengawan Solo Sedayulawas dan timbulan sampah di pantai Brondong dan Paciran menunjukkan tidak adanya tanggungjawab Pemerintah dalam pengelolaan sampah yang diamanatkan dalam UU 18/2008 Tentang pengelolaan Sampah yang melarang kegiatan pembakaran sampah secara terbuka.
Kamis, 10 Desember 2020
PANTAI TIMUR SURABAYA TERKONTAMINASI MIKROPLASTIK
Mikroplastik jenis fragmen berwarna biru nampak dilayar monitor yang tersambung dengan mikroskop binokuler, mikroplastik ini ditemukan di sample air yang diambil di tambak wedi perairan timur Surabaya. Pengamatan dilakukan di laboratorium Inspirasi 10 Desember 2020
Perairan timur Surabaya di Kenjeran hingga Tambak Wedi saat ini telah terkontaminasi mikroplastik, temuan terbaru ECOTON (Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah) Desember 2020 menunjukkan dalam seratus liter air laut di Kenjeran hingga Tambak Wedi mengandung 195 partikel hingga 598 partikel. Di wilayah timur (Gununganyar) jumlah mikroplastik yang ditemukan lebih sedikit 89 pertikel-124 partikel dalam setiap 100 liter air.
Kondisi ini mengkhawatirkan karena kawasan pesisir Timur Surabaya adalah daerah tangkapan perikanan bagi nelayan. Air yang telah terkontaminasi mikroplastik berpengaruh pada kualitas perikanan. “Selain di perairan ada temuan lain yang menunjukkan bahwa sedimen, kerang dan udang dikawasan timur Surabaya juga telah terkontaminasi mikroplastik,” Ungkap Eka Chlara Budiarti (25) peneliti mikroplastik ECOTON, lebih lanjut alumni Jurusan Kimia Universitas Diponegoro Semarang ini menyatakan bahwa dalam uji rapid test mikroplastik yang dilakukan oleh Anisa Ayudiah Universitas Hang Tuah Surabaya terhadap kerang hijau di kenjeran dan tambak wedi telah terkontaminasi mikroplastik sebesar 10-20 partikel dalam satu ekor. “Mikroplastik adalah serpihan plastik berukuran kurang dari 5 mm. Jenis mikroplastik yang ditemukan dalam tubuh kerang adalah jenis fiber, fragmen dan filament. Sumber mikroplastik umumnya berasal dari limbah cair domestik dari pemukiman dan industri yang ada disepanjang DAS Brantas. Selain itu, sampah plastik seperti tas kresek, sedotan, styrofoam, bungkus plastik dan sachet juga bisa membentuk mikroplastik karena teronggok di bantaran kemudian terbawa aliran sungai dan terpapar sinar matahari yang membuatnya terdegradasi menjadi serpihan plastic kecil yang disebut mikroplastik,” imbuhnya.
Pengambilan sample air diperairan Timur Surabaya dilakukan pada Senin 16 Nopember 2020
Pada Agustus 2020, Kelompok Perempuan Pejuang Kali Surabaya telah melaporkan terdapat 313 timbulan sampah disepanjang bantaran Kali Surabaya, sedangkan pada Tahun 2019 ECOTON juga menemukan bahwa 11 industri kertas di sepanjang DAS Brantas yang mana menjadi sumber terbentuknya mikroplastik. “Sebanyak 80% sampah yang ada di perairan laut berasal dari sungai yang mana 42% adalah jenis sampah plastik. Dari hasil penelitian mahasiswa Universitas Hang Tuah diimungkinkan juga mikroplastik adalah hasil akumulasi kontaminan dari sungai Kali Surabaya” Ungkap Eka Chlara Budiarti, lebih lanjut Chlara menyebutkan dalam masa pandemi jumlah sampah plastik meningkat karena masyarakat lebih cenderung membeli kebutuhan menggunakan packaging plastik baik membeli secara online atau belanja langsung untuk dibawa pulang.
Gempuran sampah plastik di masa ini pada gilirannya akan menimbulkan pencemaran mikroplastik di perairan menjadi semakin meningkat. Awal tahun 2020 Penelitian Teknik lingkungan ITS, Fakultas Saintek UNAIR dan ECOTON menunjukkan bahwa air Kali Surabaya telah terkontaminasi mikroplastik. Temuan mikroplastik di ekosistem Pantai Timur Surabaya (Pamurbaya) sangat mengkhawatirkan karena disana sebagai tempat bertumpunya perekonomian nelayan-nelayan Surabaya. “Pamurbaya menjadi daerah tangkapan perikanan seperti ikan, udang, kepiting dan kerang sehingga dengan temuan kontaminasi mikroplastik ini akan menjadi ancaman baru bagi kesehatan manusia yang mengkonsumsi pangan ikan yang berasal dari Pamurbaya,” Ungkap Eka Chlara Budiarti
Peneliti melakukan pengamatan dengan mikroskop binokuler untuk mengidentifikasi jenis mikroplastik di Udang
Untuk mengendalikan kontaminasi mikroplastik di perairan maka ECOTON:
Pertama Mendorong upaya pengurangan sumber mikroplastik, perlunya kebijakan untuk mengurangi atau pelarangan penggunaan plastik sekali pakai seperti Tas kresek, Sachet, Sedotan, Styrofoam. Saat ini di Indonesia terdapat 42 Kota/kabupaten dan Propinsi yang memiliki Peraturan Daerah pembatasan dan pelarangan pemakaian plastik sekali pakai.
Kedua Melakukan Kajian lebih lanjut untuk menetukan kawasan tangkap nelayan yang minim kontaminasi mikroplastik, Perlu ada kajian lebih luas tentang kontaminasi mikroplastik di Kawasan Pamurbaya untuk menentukan zona-zona berdasarkan tingkat kontaminasi mikroplastik, sehingga bisa ditetapkan kawasan dengan minim kontaminasi mikroplastik sebagai zona tangkap
Minggu, 29 November 2020
Fangshen Menebar Kebajikan Di Kali Surabaya
Kegiatan fangshen pada minggu (29/11) dilaksanakan oleh pemerhati Kelestarian alam umat Buddha Surabaya, dengan melepaskan lebih dari 1000 belut di kawasan suaka perikanan Wringinanom.
Fangshen atau melepaskan satwa hidup adalah ritual umat Buddha untuk menyelamatkan makhluk hidup (hewan), Fangshen biasanya dilakukan dengan membeli hewan yang umumnya akan disembeli untuk makanan atau dalam keadaan teraniaya agar bisa dilepaskan ke alam bebas. Tujuan Fangshen adalah mengembangkan cinta kasih dan juga untuk menyelamatkan satwa yang dilepaskan, kegiatan fangshen bisa dilakukan kapan saja tanpa harus melihat pada perayaan hari tertentu (perayaan keagamaan).
Jumat, 20 November 2020
MTs Muhammadiyah 1 Taman Belajar Jadi Detektif Sungai
Achmad Nizar Miftachus Shabri Siswa Kelas 7 International Cambridge Programme MTs Muhammadiyah 1 Taman Sidoarjo menemukan Mikroplastik Jenis Fragmen di Kali Surabaya.
Kegiatan Detektif Sungai pada Sabtu Siang (21/11/2020) yang dilaksanakan di Dusun Krajan Desa Wringinanom melibatkan siswa-siswi International Cambridge Programme MTs Muhammadiyah 1 Taman Sidoarjo. Ditemukan 13 individu plankton yaitu Sika 1 individu, Kartolo 3 individu, Miko 2 individu, Ridho 3 individu, Trimo 1 individu, Kino 2 individu, Vero 1 individu, sedangkan mikroplastik yang ditemukan jumlahnya lebih banyak. "kami menemukan 63 buah mikroplastik dan jumlahnya lebih banyak dibandingkan jumlah plankton," Ungkap Eka Chlara Budiarti koordinator program Telik sandi. Jenis-jenis mikroplastik yang ditemukan adalah Fiber 22 buah, Fragmen 32 buah,
Granul 1 buah, Foam 1 buah dan Filamen 7 buah.
KELUARGA MISTIK MENJADI DETEKTIF SUNGAI
Keluarga Mistik Bersama siswa Siswi SD Sumengko 187 Wringinanom berpose bersama keluarga Mikroplastik (Mistik) setelah melakukan pengamatan kandungan mikroplastik di Kali Surabayam Rabu siang (18/11).
Flety si Pelet sedang mengamati jenis mikroplastik dalam layar monitor yang terhubung dengan mikrokop binokuler dengan pembesaran 40x
Keluar Mistik Kuning adalah Fragy atau fragmen sedangkan keluarga Mistik Biru adalah Filmy atau mikroplastik film atau filamen yang berbentuk lembaran gepeng.
Keluarga Mistik akan setia menginformasikan kegiatan mereka kepada semua pembaca cerita mundu.
Selasa, 17 November 2020
ANAK KAMPUNG KRAJAN JADI DETEKTIF SUNGAI
Pemandangan langka ini terjadi selasa (17/11/2020) Di Dusun Krajan Wringinanom, 10 anak kampung Dusun Krajan gang 3 melakukan kegiatan penelitian plankton dan mikroplastik di Kali Surabaya yang melewati Dusun Krajan Wringinanom.
Aktivitas ambil contoh air Kali Surabaya, kegiatan detektif sungai diawali dengan melakukan pengambilan contoh air sebanyak 100 liter dengan menggunakan ember dan disaring dengan menggunakan planktonet
memaparkan temuan mikroplastik
Rabu, 11 November 2020
MICROPLASTIC BEAT PLANKTON
"River quality monitoring activities carried out by students are in line with the spirit of Freedom Learning program (Merdeka Belajar) programmed by the government, children gain direct experience through observing microplastics and plankton in rivers," said Mustofa, a science teacher at SMK Islam (Islamic Vocational School) Tanwirul Afkar, Tempel Village, Krian District, Sidoarjo City
The river detective program on Thursday Morning (12/11) conducted water quality monitoring activities with 10 students of Islamic Middle School and Islamic Vocational School Tanwirul Afkar, Tempel Village, Krian District, Sidoarjo Regency.
The river detective of SMP Islam and Islamic Vocational School Tanwirul Afkar found that the number of microplastics was more than the amount of plankton. "We found 41 microplastic particles of Fiber 18 pieces, Fragment 22 pieces and Filament 1 piece, while the plankton we found were only 9 individuals," said Alam Raihan, a 10th grade student of Islamic Vocational School Tanwirul Afkar. "The findings of the river detective today are repeating the previous conclusion that the number of microplastics is more than plankton, this condition indicates that the river has been contaminated by plastic waste" said Eka Chlara Budiarti, a school assistant for Telik Sandi, organized by Ecoton, supported by PLN Peduli East Java.
Microplastics beat Plankton Aidin Raihan pointed to the microplastic formation that was captured on a screen connected to a microscope with a magnification of 100 times
The types of plankton found in Surabaya River by River Detective from Islamic Vocational School Tanwirul Afkar are Tabellaria, Euglena, Lecane, Spirogyra, Oscillatoria, Limnocalanus, and Arcella. When compared to microplastics, the number of plankton is very small because only 9 individuals were found. "This condition can be a warning to the public, government and industry that depend on Surabaya River water, there has been eviction of plankton by microplastics," said Eka Chlara Budiarti. Microplastics are sourced from liquid waste from the paper industry, which recycles paper waste into paper raw materials, domestic liquid waste from thousands of homes that dispose of liquid waste into the water of the Surabaya River and other sources come from the generation of plastic waste which is found on the banks of Kali Surabaya.
Kali Surabaya is a subsidiary of Kali Brantas that contributes plastic waste to the ocean, Brantas River is one of 10 rivers that contribute plastic waste to the ocean.
MONITORING MICROPLASTICS TO BECOME A RIVER DETECTIVE
Microplastic observations with a microscope with a magnification of 100-1000 times carried out in the Inspiration Telik Sandi School laboratory will result in the birth of active and critical river detectives to save rivers from pollution
Ecological observation and Wetlands Conservation (ecoton) supported by PLN Peduli opens a Telik Sandi school to educate participants to become river detectives. detectives are equipped with knowledge about plankton and microplastic identification, which is currently a problem of water pollution
“in the Telik Sandi school activity, participants will be equipped with knowledge about the identification of microplastics and plankton, these two topics of discussion are very important because the presence of microplastics in waters currently threatens the presence of plankton which is the basis of the aquatic food chain” Said Andreas Agus Kristanto Nugroho, the coordinator of the Telik Sandi School which was initiated by Ecoton.
The materials that will be presented to the participants are
1. Learning about river insects; Biodiversity and insect and plant interactions,
2. Learning about river plants; Biodiversity and the role of plants in river ecosystems,
3. Learning about plankton and biotilik; Monitoring the quality of river water with biological indicators,
4. Learning about microplastics; types and sources of microplastic pollution and
5. learning about water quality and sources of water pollution, introduction to sources of industrial pollution and the impact of water pollution on river ecosystems.
6. Participants also learned to write research reports and use social media as a tool to advocate for river protection from pollution.
Telik Sandi School A Solution to River Problems River damage should now be a priority for the community and government because currently most rivers in Indonesia are heavily polluted, even though more than 85% of the raw material for drinking water for Indonesians comes from surface water. The active role of the community and government is needed to be part of the solution. "The Telik Sandi school wants to educate people to be part of the solution to the river problem, the Telik Sandi school will introduce the river ecosystem, invite empathy, design dreams about the future river and design real action to save rivers , "Said Andreas Agus Kristanto Nugroho
4 Process in Telik Sandi School invites people to live in harmony with rivers
1. Knowing the river, talking about rivers, is not enough if only knowing the ecology but also talking about social and economic issues as well as the sustainability of rivers for future generations.
2. Emphati River A sense of empathy for rivers will only emerge if we often grapple with the problems and problems of the rivers around us. Out of empathy, new ideas emerged to be part of the solution to the problems of the river.
3. Dream river dream is the key to success in restoring the river, by having this dream it will be easier for us to start small steps for restoring the river
4. Action is meaningless if the community does not take a small movement / action for the river, and the efforts of movement- We must share this movement with other communities so that from the small movements / actions we take to become big steps in restoring the river.
The River Detective Activity in the Telik sandi school program is taking microplastic and plankton samples in Surabaya River
KALI WONOSALAM NIR MIKROPLASTIK
"Kali Boro Wonosalam tidak ditemukan partikel mikroplastik salah satu hulu Brantas ini membuat kita bernafas lega ternyata masih ada sungai di Jatim yang belum terkontaminasi mikroplastik"
foto bersama di Kali Boro Dusun Mendiro Desa Panglungan Kecamatan Wonosalam yang menjadi salah satu anak sungai Brantas
Anggota Komunitas Envigreen mengambil sample air dengan penyaring mikroplastik sebanyak 100 liter
alat penyaring mikroplastik terbuat dari stainles steel dan net 300 micron diperiksa saat pengambilan sample
BIARKAN BANJIR MEMINDAHKAN SAMPAH PLASTIK KE LAUT JAWA
"Air hujan telah memindahkan gunungan sampah ke lautan, waktunya untuk membilas sungai dan kemudian mengotorinya lagi"
Kegiatan mungut sampah di Kali Brantas Kota Malang bersama Komunitas Envigreen Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
Menumpuknya sampah di Sungai menunjukkan gagalnya pengelolaan sungai dan pengendalian pencemaran air oleh Pemerintah
Gunungan sampah musim kemarau di Kali Brantas kini sudah sulit ditemui karena air hujan telah memindahkan mereka bergeser ke hulu menyusuri Tulungangung, Kediri, Nganjuk, Jombang, mojokerto, Surabaya dan mengapung di Laut Jawa
Senin, 09 November 2020
SAMPAH SACHET MENUMPUK DI SUNGAI EMAK Ti TUTUP JALAN ARJUNO
Mak Ti Memimpin anak-anak Perempuan Pejuang Kali Surabaya mencegat puluhan mobil dan motor didepan Pengadilan Negeri Surabaya Jl Arjuno Senin (9/11) setelah mengikuti sidang gugatan Class Action lima Perempuan Kali Surabaya melawan PT Wings Surya, PT Indofood, PT Garudafood, Menteri PUPR dan Gubernur Jawa Timur
Aktifis Perempuan Pejuang Kali Surabaya menunggu jadwal sidang Gugatan Class action di depan Kantor PN Surabaya Jl Arjuno Senin (9/11).
Menutup Jalan Arjuno menyampaikan uneg-uneg Buruknya kualitas air kali Surabaya akibat sampah sachet
MENTERI PUPR ABSEN, SIDANG CLASS ACTION KALI SURABAYA DITUNDA
Sepuluh Perempuan anggota perempuan pejuang Kali Surabaya membentangkan poster protes menuntut PT Wings Surya, PT Indofood dan PT Garudafood untuk membersihkan sampah sachet yang menumpuk dibantaran Kali Surabaya.
Dua Kali Sidang di Tunda
Sidang gugatan class action lima perempuan yang tinggal di DAS Kali Surabaya dimulai senin siang (9/11) pukul 13.00 WIB, para tergugat mewakili PT Wings Group, PT Indofood dan PT Garudafood didampingi penasehat hukum telah siap di ruang sidang, begitu juga pihak turu tergugat 2 Gubernur Jawa Timur, sidang pertama yang digelar 5 Oktober 2020 ditunda karena pihak tergugat 1 menteri PUPR dan Tergugat 2 tidak hadir, namun pada sidang kedua 9/11/2020 turut tergugat 1 tidak muncul lagi, akhirnya Ketua majelis hakim, Hj Widarti, SH., MH menunda sidang hingga 5 Desember 2020."sidang ditunda karena belum ada jawaban relas dari menteri PUPR, Meski para tergugat meminta majelis hakim untuk melanjutkan agenda sidang, namun Hakim menunggu jawaban relas dari Menteri PUPR," ungkap Azis pengacara lima perempuan penggugat. Lebih lanjut Azis menyatakan bahwa Pihak turut tergugat 1 yaitu menteri PUPR diharap untuk bisa hadir pada sidang ketiga karena problem sampah di Kali Surabaya pada musim hujan semakin membebani Kali Surabaya. Kekhawatiran ini sangat beralasan karena Kali Surabaya adalah 98% bahan baku air minum jutaan penduduk Surabaya dan Gresik. "temuan ecoton, ITS dan Unair makin mencemaskan karena ada mikroplastik dalam air Kali Surabaya," Ungkap Thara Bening aktivis lingkungan Perempuan Pejuang Kali Surabaya (PPKS).
Suasana Sidang Pertama Gugatan Clas Action perempuan Kali Surabaya Versus PT Wings Surya, PT Indofood dan PT Garudafood , Menteri PUPR dan Gubernur Jawa Timur.
Protes Tutup Jalan
Peserta aksi pendukung para penggugat merasa kesal dengan ketidakhadiran menteri PUPR dan melakukan aksi nekat menutup jalan arjuno didepan PN surabaya. Sambil menenteng poster tuntutan agar ketiga tergugat membersihkan sampah sachet di Kali Surabaya.
akhirnya Hj Widarti, SH., MH Ketua Majelis Hakim kasus Gugatan Class Action lima perempuan yang tinggal di daerah aliran sungai Surabaya ditunda bulan Desember 2020. Kasus gugatan Class action pencemaran kali surabaya ditujukan kepada tiga produsen kebutuhan sehari-hari dari PT Wings Group, PT Indofood dan PT Garudafood. Ketiganya diketahui merupakan produsen yang sampah plastiknya banyak ditemukan berserakan, menumpuk di Bantaran dan badan air kali surabaya. "Temuan perempuan pejuang kali Surabaya yang menyebutkan PT Wings, PT Indofood dan PT Garudafood sampah plastik produknya paling banyak ditemukan pada 330 timbulan sampah yang ditemukan di Bantaran Kali Surabaya," Ungkap Wahyu anggota PPKS.
Aktivis PPKS menutup Jalan Arjuno didepan PN Surabaya dengan membawa poster tuntutan agar Sungai bebas sampah sachet Senin siang (9/11/2020)
Langganan:
Postingan (Atom)
Populer
-
river expedition team exploring the steep hills of South Aceh, July 2022 Riding a 2018 Honda CRF 150 cc Trail Motorcycle, Prigi Arisandi and...