Minggu, 29 November 2020

Fangshen Menebar Kebajikan Di Kali Surabaya

Kegiatan fangshen pada minggu (29/11) dilaksanakan oleh pemerhati Kelestarian alam umat Buddha Surabaya, dengan melepaskan lebih dari 1000 belut di kawasan suaka perikanan Wringinanom. Fangshen atau melepaskan satwa hidup adalah ritual umat Buddha untuk menyelamatkan makhluk hidup (hewan), Fangshen biasanya dilakukan dengan membeli hewan yang umumnya akan disembeli untuk makanan atau dalam keadaan teraniaya agar bisa dilepaskan ke alam bebas. Tujuan Fangshen adalah mengembangkan cinta kasih dan juga untuk menyelamatkan satwa yang dilepaskan, kegiatan fangshen bisa dilakukan kapan saja tanpa harus melihat pada perayaan hari tertentu (perayaan keagamaan).

Jumat, 20 November 2020

MTs Muhammadiyah 1 Taman Belajar Jadi Detektif Sungai

Achmad Nizar Miftachus Shabri Siswa Kelas 7 International Cambridge Programme MTs Muhammadiyah 1 Taman Sidoarjo menemukan Mikroplastik Jenis Fragmen di Kali Surabaya.
Kegiatan Detektif Sungai pada Sabtu Siang (21/11/2020) yang dilaksanakan di Dusun Krajan Desa Wringinanom melibatkan siswa-siswi International Cambridge Programme MTs Muhammadiyah 1 Taman Sidoarjo. Ditemukan 13 individu plankton yaitu Sika 1 individu, Kartolo 3 individu, Miko 2 individu, Ridho 3 individu, Trimo 1 individu, Kino 2 individu, Vero 1 individu, sedangkan mikroplastik yang ditemukan jumlahnya lebih banyak. "kami menemukan 63 buah mikroplastik dan jumlahnya lebih banyak dibandingkan jumlah plankton," Ungkap Eka Chlara Budiarti koordinator program Telik sandi. Jenis-jenis mikroplastik yang ditemukan adalah Fiber 22 buah, Fragmen 32 buah, Granul 1 buah, Foam 1 buah dan Filamen 7 buah.

KELUARGA MISTIK MENJADI DETEKTIF SUNGAI

Keluarga Mistik Bersama siswa Siswi SD Sumengko 187 Wringinanom berpose bersama keluarga Mikroplastik (Mistik) setelah melakukan pengamatan kandungan mikroplastik di Kali Surabayam Rabu siang (18/11).
Flety si Pelet sedang mengamati jenis mikroplastik dalam layar monitor yang terhubung dengan mikrokop binokuler dengan pembesaran 40x
Keluar Mistik Kuning adalah Fragy atau fragmen sedangkan keluarga Mistik Biru adalah Filmy atau mikroplastik film atau filamen yang berbentuk lembaran gepeng. Keluarga Mistik akan setia menginformasikan kegiatan mereka kepada semua pembaca cerita mundu.

Selasa, 17 November 2020

ANAK KAMPUNG KRAJAN JADI DETEKTIF SUNGAI

Pemandangan langka ini terjadi selasa (17/11/2020) Di Dusun Krajan Wringinanom, 10 anak kampung Dusun Krajan gang 3 melakukan kegiatan penelitian plankton dan mikroplastik di Kali Surabaya yang melewati Dusun Krajan Wringinanom.
Aktivitas ambil contoh air Kali Surabaya, kegiatan detektif sungai diawali dengan melakukan pengambilan contoh air sebanyak 100 liter dengan menggunakan ember dan disaring dengan menggunakan planktonet
memaparkan temuan mikroplastik

Rabu, 11 November 2020

MICROPLASTIC BEAT PLANKTON

"River quality monitoring activities carried out by students are in line with the spirit of Freedom Learning program (Merdeka Belajar) programmed by the government, children gain direct experience through observing microplastics and plankton in rivers," said Mustofa, a science teacher at SMK Islam (Islamic Vocational School) Tanwirul Afkar, Tempel Village, Krian District, Sidoarjo City
The river detective program on Thursday Morning (12/11) conducted water quality monitoring activities with 10 students of Islamic Middle School and Islamic Vocational School Tanwirul Afkar, Tempel Village, Krian District, Sidoarjo Regency. The river detective of SMP Islam and Islamic Vocational School Tanwirul Afkar found that the number of microplastics was more than the amount of plankton. "We found 41 microplastic particles of Fiber 18 pieces, Fragment 22 pieces and Filament 1 piece, while the plankton we found were only 9 individuals," said Alam Raihan, a 10th grade student of Islamic Vocational School Tanwirul Afkar. "The findings of the river detective today are repeating the previous conclusion that the number of microplastics is more than plankton, this condition indicates that the river has been contaminated by plastic waste" said Eka Chlara Budiarti, a school assistant for Telik Sandi, organized by Ecoton, supported by PLN Peduli East Java.
Microplastics beat Plankton Aidin Raihan pointed to the microplastic formation that was captured on a screen connected to a microscope with a magnification of 100 times
The types of plankton found in Surabaya River by River Detective from Islamic Vocational School Tanwirul Afkar are Tabellaria, Euglena, Lecane, Spirogyra, Oscillatoria, Limnocalanus, and Arcella. When compared to microplastics, the number of plankton is very small because only 9 individuals were found. "This condition can be a warning to the public, government and industry that depend on Surabaya River water, there has been eviction of plankton by microplastics," said Eka Chlara Budiarti. Microplastics are sourced from liquid waste from the paper industry, which recycles paper waste into paper raw materials, domestic liquid waste from thousands of homes that dispose of liquid waste into the water of the Surabaya River and other sources come from the generation of plastic waste which is found on the banks of Kali Surabaya. Kali Surabaya is a subsidiary of Kali Brantas that contributes plastic waste to the ocean, Brantas River is one of 10 rivers that contribute plastic waste to the ocean.

MONITORING MICROPLASTICS TO BECOME A RIVER DETECTIVE

Microplastic observations with a microscope with a magnification of 100-1000 times carried out in the Inspiration Telik Sandi School laboratory will result in the birth of active and critical river detectives to save rivers from pollution
Ecological observation and Wetlands Conservation (ecoton) supported by PLN Peduli opens a Telik Sandi school to educate participants to become river detectives. detectives are equipped with knowledge about plankton and microplastic identification, which is currently a problem of water pollution “in the Telik Sandi school activity, participants will be equipped with knowledge about the identification of microplastics and plankton, these two topics of discussion are very important because the presence of microplastics in waters currently threatens the presence of plankton which is the basis of the aquatic food chain” Said Andreas Agus Kristanto Nugroho, the coordinator of the Telik Sandi School which was initiated by Ecoton. The materials that will be presented to the participants are 1. Learning about river insects; Biodiversity and insect and plant interactions, 2. Learning about river plants; Biodiversity and the role of plants in river ecosystems, 3. Learning about plankton and biotilik; Monitoring the quality of river water with biological indicators, 4. Learning about microplastics; types and sources of microplastic pollution and 5. learning about water quality and sources of water pollution, introduction to sources of industrial pollution and the impact of water pollution on river ecosystems. 6. Participants also learned to write research reports and use social media as a tool to advocate for river protection from pollution. Telik Sandi School A Solution to River Problems River damage should now be a priority for the community and government because currently most rivers in Indonesia are heavily polluted, even though more than 85% of the raw material for drinking water for Indonesians comes from surface water. The active role of the community and government is needed to be part of the solution. "The Telik Sandi school wants to educate people to be part of the solution to the river problem, the Telik Sandi school will introduce the river ecosystem, invite empathy, design dreams about the future river and design real action to save rivers , "Said Andreas Agus Kristanto Nugroho 4 Process in Telik Sandi School invites people to live in harmony with rivers 1. Knowing the river, talking about rivers, is not enough if only knowing the ecology but also talking about social and economic issues as well as the sustainability of rivers for future generations. 2. Emphati River A sense of empathy for rivers will only emerge if we often grapple with the problems and problems of the rivers around us. Out of empathy, new ideas emerged to be part of the solution to the problems of the river. 3. Dream river dream is the key to success in restoring the river, by having this dream it will be easier for us to start small steps for restoring the river 4. Action is meaningless if the community does not take a small movement / action for the river, and the efforts of movement- We must share this movement with other communities so that from the small movements / actions we take to become big steps in restoring the river.
The River Detective Activity in the Telik sandi school program is taking microplastic and plankton samples in Surabaya River

KALI WONOSALAM NIR MIKROPLASTIK

"Kali Boro Wonosalam tidak ditemukan partikel mikroplastik salah satu hulu Brantas ini membuat kita bernafas lega ternyata masih ada sungai di Jatim yang belum terkontaminasi mikroplastik"
foto bersama di Kali Boro Dusun Mendiro Desa Panglungan Kecamatan Wonosalam yang menjadi salah satu anak sungai Brantas
Anggota Komunitas Envigreen mengambil sample air dengan penyaring mikroplastik sebanyak 100 liter
alat penyaring mikroplastik terbuat dari stainles steel dan net 300 micron diperiksa saat pengambilan sample

BIARKAN BANJIR MEMINDAHKAN SAMPAH PLASTIK KE LAUT JAWA

"Air hujan telah memindahkan gunungan sampah ke lautan, waktunya untuk membilas sungai dan kemudian mengotorinya lagi"
Kegiatan mungut sampah di Kali Brantas Kota Malang bersama Komunitas Envigreen Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
Menumpuknya sampah di Sungai menunjukkan gagalnya pengelolaan sungai dan pengendalian pencemaran air oleh Pemerintah
Gunungan sampah musim kemarau di Kali Brantas kini sudah sulit ditemui karena air hujan telah memindahkan mereka bergeser ke hulu menyusuri Tulungangung, Kediri, Nganjuk, Jombang, mojokerto, Surabaya dan mengapung di Laut Jawa

Senin, 09 November 2020

SAMPAH SACHET MENUMPUK DI SUNGAI EMAK Ti TUTUP JALAN ARJUNO

Mak Ti Memimpin anak-anak Perempuan Pejuang Kali Surabaya mencegat puluhan mobil dan motor didepan Pengadilan Negeri Surabaya Jl Arjuno Senin (9/11) setelah mengikuti sidang gugatan Class Action lima Perempuan Kali Surabaya melawan PT Wings Surya, PT Indofood, PT Garudafood, Menteri PUPR dan Gubernur Jawa Timur
Aktifis Perempuan Pejuang Kali Surabaya menunggu jadwal sidang Gugatan Class action di depan Kantor PN Surabaya Jl Arjuno Senin (9/11).
Menutup Jalan Arjuno menyampaikan uneg-uneg Buruknya kualitas air kali Surabaya akibat sampah sachet

MENTERI PUPR ABSEN, SIDANG CLASS ACTION KALI SURABAYA DITUNDA

Sepuluh Perempuan anggota perempuan pejuang Kali Surabaya membentangkan poster protes menuntut PT Wings Surya, PT Indofood dan PT Garudafood untuk membersihkan sampah sachet yang menumpuk dibantaran Kali Surabaya. Dua Kali Sidang di Tunda Sidang gugatan class action lima perempuan yang tinggal di DAS Kali Surabaya dimulai senin siang (9/11) pukul 13.00 WIB, para tergugat mewakili PT Wings Group, PT Indofood dan PT Garudafood didampingi penasehat hukum telah siap di ruang sidang, begitu juga pihak turu tergugat 2 Gubernur Jawa Timur, sidang pertama yang digelar 5 Oktober 2020 ditunda karena pihak tergugat 1 menteri PUPR dan Tergugat 2 tidak hadir, namun pada sidang kedua 9/11/2020 turut tergugat 1 tidak muncul lagi, akhirnya Ketua majelis hakim, Hj Widarti, SH., MH menunda sidang hingga 5 Desember 2020."sidang ditunda karena belum ada jawaban relas dari menteri PUPR, Meski para tergugat meminta majelis hakim untuk melanjutkan agenda sidang, namun Hakim menunggu jawaban relas dari Menteri PUPR," ungkap Azis pengacara lima perempuan penggugat. Lebih lanjut Azis menyatakan bahwa Pihak turut tergugat 1 yaitu menteri PUPR diharap untuk bisa hadir pada sidang ketiga karena problem sampah di Kali Surabaya pada musim hujan semakin membebani Kali Surabaya. Kekhawatiran ini sangat beralasan karena Kali Surabaya adalah 98% bahan baku air minum jutaan penduduk Surabaya dan Gresik. "temuan ecoton, ITS dan Unair makin mencemaskan karena ada mikroplastik dalam air Kali Surabaya," Ungkap Thara Bening aktivis lingkungan Perempuan Pejuang Kali Surabaya (PPKS).
Suasana Sidang Pertama Gugatan Clas Action perempuan Kali Surabaya Versus PT Wings Surya, PT Indofood dan PT Garudafood , Menteri PUPR dan Gubernur Jawa Timur. Protes Tutup Jalan Peserta aksi pendukung para penggugat merasa kesal dengan ketidakhadiran menteri PUPR dan melakukan aksi nekat menutup jalan arjuno didepan PN surabaya. Sambil menenteng poster tuntutan agar ketiga tergugat membersihkan sampah sachet di Kali Surabaya. akhirnya Hj Widarti, SH., MH Ketua Majelis Hakim kasus Gugatan Class Action lima perempuan yang tinggal di daerah aliran sungai Surabaya ditunda bulan Desember 2020. Kasus gugatan Class action pencemaran kali surabaya ditujukan kepada tiga produsen kebutuhan sehari-hari dari PT Wings Group, PT Indofood dan PT Garudafood. Ketiganya diketahui merupakan produsen yang sampah plastiknya banyak ditemukan berserakan, menumpuk di Bantaran dan badan air kali surabaya. "Temuan perempuan pejuang kali Surabaya yang menyebutkan PT Wings, PT Indofood dan PT Garudafood sampah plastik produknya paling banyak ditemukan pada 330 timbulan sampah yang ditemukan di Bantaran Kali Surabaya," Ungkap Wahyu anggota PPKS.
Aktivis PPKS menutup Jalan Arjuno didepan PN Surabaya dengan membawa poster tuntutan agar Sungai bebas sampah sachet Senin siang (9/11/2020)

Rabu, 04 November 2020

BEBASKAN KALI SURABAYA DARI SAMPAH SACHET

Aksi Perempuan Pejuang Kali Surabaya (PPKS) didepan Pengadilan Negeri Surabaya pada Senin siang, 5 Oktober 2020 saat sidang pertama Gugatan 5 perempuan kepada Produsen consumers good yang sampah packagingnya banyak ditemukan di Kali Surabaya. PT Wings Surya sebagai tergugat I, PT Indofood Sukses Makmur sebagai tergugat II, PT Garuda Food Putra Putri sebagai tergugat III Gugatan lima perempuan yang berdomisili di Daerah Aliran Sungai Kali Surabaya menuntut agar produsen dan pemerintah membersihkan sampah-sampah plastik terutama sachet yang mengotori Kali Surabaya. Aksi gugatan ini berawal dari kegiatan Ekspedisi Kali Surabaya, sebanyak 40 orang perempuan, mulai pelajar, mahasiswi dan ibu rumah tangga, yang tergabung dalam komunitas Perempuan Pejuang Kali Surabaya (PPKS), memulai ekspedisi susur sungai sebagai bagian kampanye melawan pencemaran sungai. Dalam ekspedisi yang dimulai pada 17-22 Agustus 2020, para anggota PPKS akan menyusuri sungai, mulai dari pintu air Mlirip, Wringinanom di Kabupaten Gresik hingga ke Jagir Wonokromo di Kota Surabaya. Selama ekspedisi dilakukan kegiatan brand audit atau menginventarisasi merk-merk sampah yang ditemukan teronggok di sepanjang 41 Km Kali Surabaya, ditemukan 301 titik timbulan sampah dan dari ribuan sampah yang ditemukan terdapat tiga merk terbanyak merk produk PT Wings Surya seperti mie Sedap, Top Kopi, So Klin dan sebagainya, indomie Goreng dari PT Indofood Sukses Makmur dan produk makanan atau snack produk PT Garuda Food Putra Putri.
“Penanganan sampah yang lebih efektif itu juga ditunjang dengan fasilitas yang diberikan oleh pemerintah dan tanggungjawab produsen dalam mengelola sampah plastik yang mereka hasilkan. Jadi, pengelolaan sampah tidak hanya menjadi tanggungan masyarakat tetapi juga membutuhkan para stakeholder,"Ungkap Nely Agustina Juru bicara KPPS, maka lebih lanjut PPKS mendukung upaya gugatan hukum lima perempuan terhadap ketiga produsen dan Menteri PUPR dan Gubernur Jatim karena selain produsen yang harus bertanggungjawab sampah pemerintah dalam hal ini Menteri PUPR sebagai pihak yang berwenang dalam pengelolaan Kali Surabaya.
PPKS dalam aksinya mendukung perempuan-perempuan Kali Surabaya menggugat produsen yang menghasilkan sampah yang mencemari Kali Surabaya

Selasa, 03 November 2020

"KALI SURABAYA TERCEMAR PLASTIK" MIKROPLASTIK MUDAH DITEMUKAN DIBANDING PLANKTON

Desinta Aulia Rahma anggota detektif Kali Surabaya peserta sekolah Telik Sandi, siswi SMK Raden Paku Wringinanom menemukan Mikroplastik jenis Fragmen berwarna kuning dalam botol sample yang diambil di Kali Surabaya
Imro'atus Sholiha siswi kelas 10 SMK Raden Paku Wringinanom sedang mengamati plankton menggunakan mikroskop pembesaran 400 kali, setelah hampir 30 menit mengamati tidak satupun plankton yang ditemukan
Hanafi sedang memelototi layar monitor yang terhubung dengan mikroskop untuk mengetahui jenis-jenis mikroplastik di air Kali Surabaya Kurang dari 20 menit Hanafi dan Desinta Aulia Rahma anggota detektif Kali Surabaya peserta sekolah Telik Sandi, berhasil menemukan mikroplastik di air Kali Surabaya, sedangkan Imro'atus ketiganya Pelajar SMK Raden Paku Wringinanom dengan waktu yang sama sulit menemukan plankton. "Kegiatan penelitian dengan mikroplastik sangat menyenangkan karena saya dapat menemukan hal baru yang selama ini tidak pernah saya ketahui, seperti jenis-jenis mikroplastik yang ada di air sungai," ungkap Desinta Aulia Rahma, lebih lanjut Desinta menyatakan bahwa mikroplastik mudah dikenali karena warnanya mencolok atau ngejreng. Kegiatan Telik Sandi menjadi kegiatan alternatif pembelajaran bagi pelajar di Wilayah Gresik, Sidoarjo dan Mojokerto yang dilalui Kali Surabaya sekaligus menjadi sarana refreshing dari monotonnya kegiatan daring yang minim interaksi. Kali Surabaya tercemar Plastik Dari temuan Detektif Sungai SMK Raden Paku Wringinanom ditemukan lebih banyak mikroplastik dibandingkan plankton. "Kali Surabaya selama ini telah menjadi tempat sampah, terutama sampah jenis plastik dan sachet, dari penelusuran Kelompok Perempuan Pejuang kali Surabaya pada agustus 2020 ditemukan 301 timbulan sampah sepanjang 41 Km Kali Surabaya dari Mlirip hingga pintu Air jagir sehingga banyaknya temuan mikroplastik di Kali Surabaya tidak mengagetkan namun kami khawatir dengan fakta sulit ditemukan plankton dibandingkan mikroplastik," Ungkap Eka Chlara Budiarti pendamping sekolah telik sandi, lebih lanjut alumni Jurusan Kimia Universitas Diponegoro ini menjelaskan bahwa plankton di perairan memegang peran penting karena selain menjadi produsen oksigen plankton juga menjadi salah satu makanan pokok ikan. "Ikan di sungai makan plankton dan bentuk mikroplastik menyerupai plankton jika diperairan terdapat lebih banyak mikroplastik dibanding plankton maka sangat memungkinkan ikan-ikan di Kali Surabaya mengkonsumsi plastik bukan plankton," Imbuh Chlara, lebih lanjut chlara menghimbau Untuk menyelamatkan ikan agar tidak makan plastik maka manusia harus mengurangi perilaku membuang sampah ke sungai dan mengurangi pemakaian plastik sekali pakai.

10 PELAJAR SMK RADEN PAKU WRINGINANOM PANTAU KUALITAS AIR KALI SURABAYA

Peserta sekolah telik sandi SMK Raden Paku Wringinanom melakukan pengambilan contoh air Kali Surabaya untuk diamati kandungan mikroplastik dan keberadaan plankton, kegiatan pengambilan contoh air salah satu proses untuk mengetahui kualitas air. Rabu pagi (4/11) ditengah hirup pikuk penghitungan balot Pilpres Amerika Serikat, 10 pelajar SMK Raden melakukan kegiatan pengambilan contoh air di Kali Surabaya yang melewati Desa Wringinanom, 10 orang pelajar terbagi dalam dua kelompok, masing-masing mengamati jumlah mikroplastik dan kelompok lainnya melakukan pengamatan plankton. "Kegiatan sekolah Telik sandi memberikan pengetahuan tentang kualitas air dengan menggunakan parameter mikroplastik dan plankton dalam air," Ujar Eka Chlara Budiarti, lebih lanjut peneliti muda di Lembaga Kajian Ekologi dan konservasi Lahan basah (ecoton) menjelaskan bahwa saat ini sungai-sungai di Dunia telah terkontaminasi oleh mikroplastik. "Ciliwung, citarum, bengawan Solo, Kali Brantas dan Kali Surabaya adalah sungai-sungai penting di Pulau Jawa yang telah terkontaminasi oleh mikroplastik, salah satu penyebabnya adalah banyaknya polutan berupa sampah plastik dan buangan limbah cair dari industri," papar Eka Chlara Budiarti menjelaskan kepada peserta Sekolah Telik Sandi. Dalam penjelasnnya Chlara menyatakan bahwa di saat ini pemerintah tidak mampu memberikan pelayakan dan pengelolaan sampah yang baik sehingga sebagian sampah yang dihasilkan penduduk dibuang ke sungai. Sumber Mikroplastik Di Sungai-sungai penting Pulau Jawa mikroplastik berasal dari dua sumber utama yaitu sumber Primer berupa mikrobeads atau butiran-butiran halus yang terbuat dari partikel plastik dan umumnya ditemukan dalam produk perawatan kulit seperti pemutih, lulur pencerah/pembersih kulit, pasta gigi, sabun, shampo dan bahan kosmetik, sumber lainnya berasal dari remah-remah atau protolan sampah plastik seperti tas kresek, botol plastik, styrofoam dan perkakas plastik yang terdegradasi menjadi serpihan kecil lebih kecil dari 5 mm. "Sampah plastik yang di buang kesungai karena proses paparan matahari, terendam air atau proses kimia alam menyebabkan sampah plastik ini mrotoli menjadi serpihan kecil dibawah 5 mm yang disebut mikroplastik," ujar Eka Chlara menjelaskan kepada peserta sekolah telik sandi. Selanjutnya setelah melakukan pengambilan sample 100 liter air, peserta sekolah telik sandi melakukan pengamatan dengan menggunakan mikroskop.

Senin, 02 November 2020

PEMERINTAH KEWALAHAN TANGANI SAMPAH, SAATNYA KURANGI KONSUMSI PLASTIK

Lokasi TPS 3R mulyoagung kecamatan Dau Malang yang menampung 13000 KK dengan 8 armada mereka mengangkut sampah di beberapa desa di kecamatan Dau Malang, aktivitas TPST 3R Mulyoagung mengurangi timbulan sampah yang selama ini dibuang di bantaran Kali Brantas Sampah plastik tak Terurus, pencemaran plastik semakin meningkat di perairan dan lingkungan faktor utama penyebabnya karena pengelolaan sampah tidak menjadi prioritas anggaran pengelolaan sampah rata-rata kurang dari 0,5% APBD kabupaten/kota. "layanan sampah yang mampu disediakan pemerintah hanya menjangkau 30% penduduk, 70% sisanya tidak terurus dengan baik dan berakhir dengan dibakar, ditimbun dalam tanah berserakan di sungai, pantai dan kawasan hutan" Ungkap Daru Setyorini anggota Aliansi Zerowaste Indonesia (AZWI), lebih lanjut Daru Sertyotini menyatakan untuk menuju Desa/kelurahan bebas sampah zero waste cities, perlu didukung penyediaan sarana TPS3R di tiap desa/kelurahan dan peraturan pemerintah untuk melarang penggunaan plastik sekali pakai yg tidak bisa didaur ulang seperti sachet, styrofoam, kresek dan sedotan. Faktanya dibanyak wilayah padat penduduk yang lokasinya jauh dari pusat pemerintahan kota/kabupaten jamak ditemukan onggokan sampah dipinggir jalan raya, menumpuk didasar sungai pada saat musim kemarau dan tersapu oleh air banjir saat musim penghujan. Bahkan sungai-sungai di Pulai Jawa dipenuhi oleh sampah yang dibuang oleh penduduk karena alasan tidak tersedia sarana pembuangan sampah.
Selain minimnya sarana penunjang pengelolaan sampah saat ini banyak dijumpai jenis sampah yang tidak bisa didaurulang sehingga tidak memiliki nilai ekonomis yang ujungnya konsumen membuangnya atau bahkan yang lebih memprihatinkan sampah yang tak bisa didaurulang ini dibakar. "Sachet adalah salah satu contoh jenis sampah yang tidak bisa di daur ulang sehingga pengepul sampah tidak menerima jenis sampah ini," papar Daru Setyorini lebih lanjut manager riset Lembaga Kajian Ekologi dan konservasi Lahan Basah (Ecoton) menyatakan Perusahaan produsen yang menghasilkan sampah yang tidak bisa didaur ulang harus bertanggung jawab dalam pengumpulan dan pengolahan sampah produknya selain itu juga dibutuhkan edukasi masyarakat perlu dilakukan secara masif utk mengajak masyarakan mengurangi pemakaian plastik sekali pakai dan memilah sampah sejak dari rumah.
Down Cycle bukan Recycle Penanganan sampah butuh solusi radikal untuk mengurangi timbulan sampah, khususnya sampah residu yang tidak dapat dikomposkan atau didaur ulang, Serta penyediaan sarana dan anggaran yg cukup untk operasional pengelolaan sampah. Daur ulang bukan solusi yang utama, karena sampah yang dapat didaurulang hanya 10%-20% saja dari total produksi sampah rumah tangga. Yang perlu diprioritaskan adalah pengolahan sampah organik dan sampah residu yg tidak bisa didaur ulang dan mencemari lingkungan kita. Daur ulang tidak signifikan mengurangi volume timbulan sampah karena produk daur ulang tidak diminati pasar. Pelet plastik virgin atau baru harganya lebih murah dari pelet daur ulang sehingga pelet hasil daur ulang tidak laku di pasaran. Akibatnya banyak usaha daur ulang pelet plastik gulung tikar. sampah plastik layak daur ulang akhirnya dibuang ke TPA. Selama ini daur ulang dianggap sebagai solusi utama untuk pengurangan sampah karena plastik sampah yang dihasilkan akan direcycle atau diproses daur ulang menjadi produk yang sama, semisal botol plastik air minum sekali pakai yang didaurulang menghasilkan botol plastik air minum sekali pakai, padahal hal ini belum pernah ada, karena yang selama ini yang dipraktekkan adalah botol plastik sekali pakai yang diproses ulang tidak dijadikan botol plastik lagi namun dijadikan ember atau packaging plastik yang harga ekonomisnya lebih rendah atau istilahnya downcycle sehingga semakin banyak sampah botol plastik air minum dalam kemasan kita hasilkan maka akan semakin banyak kebutuhan botol plastik air minum yang diproduksi.
Proses pengomposan dilakukan di TPST 3R Wringinanom, sampah organik yang bisa dikomposkan volumenya mencapai 70% dari produksi sampah setiap rumah tangga, di TPST sampah organik ini dikomposkan dan dijual dengan harga Rp 1000/Kg Reduce atau kurangi produksi Sampah Maka yang paling masuk akal utk dilakukan adalah mendorong investasi pengembangan produk alternatif pengganti plastik dan membangun sistem distribusi produk isi ulang, dan kemasan yg dipakai ulang. Optimalisasi operasional TPS3R dan gaya hidup minim sampah plastik adalah solusi yang kita butuhkan. Setiap individu bisa berperan dalam upaya pengurangan timbulan sampah. 0,75 Kg sampah yang dihasilkan oleh setiap orang 60%-70% adalah sampah yang bisa di komposkan sehingga apabila kita mau mulai memilah sampah dari rumah dan memproduksi kompos dirumah masing-masing makan beban TPA dan beban pengolahan sampah pada tingkat desa akan berkurang sangat signifikan. Mengurangi konsumsi atau pemakaian plastik sekali pakai adalah cara selanjutnya agar volume sampah kita berkurang.

Minggu, 01 November 2020

MENJADI DETEKTIF SUNGAI ITU MUDAH

Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan basah (ecoton) didukung oleh PLN Peduli membuka sekolah telik sandi mendidik peserta menjadi detektif sungai. Calon detektif dibekali pengetahuan tentang Identifikasi plankton dan Mikroplastik yang saat ini menjadi masalah pencemaran diperairan. "Dalam kegiatan sekolah Telik sandi peserta akan dibekali dengan pengetahuan tentang identifikasi mikroplastik dan plankton, kedua topik bahasan ini sangat penting karena keberadaan mikroplastik diperairan saat ini telah mengancam keberadaan plankton yang menjadi dasar rantai makanan diperairan,"Ungkap Andreas Agus Kristanto Nugroho koordinator Sekolah Telik sandi yang digagas ecoton. Materi yang akan disajikan kepada peserta adalah 1. Pembelajaran tentang Serangga Sungai; Keanekaragaman hayati dan interaksi serangga dan tanaman, 2. Pembelajaran tentang Tanaman Sungai; Keanekaragaman hayati dan peran tanaman terhadap ekosistem sungai, 3. Pembelajaran tentang Plankton dan Biotilik; Pemantauan kualitas air sungai dengan indikator biologi, 4. Pembelajaran tentang Mikroplastik; jenis dan sumber pencemaran mikroplastik dan 5. pembelajaran tentang kualitas air dan sumber-sumber pencemaran air, pengenalan sumber pencemaran industri dan dampak pencemaran air terhadap eksosistem sungai.
Kegiatan Detektif Sungai dalam program sekolah telik sandi sedang mengambil sample mikroplastik dan sample plankton di Kali Surabaya Sekolah Telik Sandi Solusi Problem Sungai Kerusakan sungai saat ini harus menjadi prioritas masyarakat dan pemerintah karena saat ini sebagain besar sungai di Indonesia dalam keadaan tercemar berat padahal lebih dari 85% bahan baku air minum penduduk Indonesia berasal dari air permukaan. Diperlukan peran aktif masyarakat dan pemerintah untuk menjadi bagian dari solusi "Sekolah telik sandi ingin mengedukasi manusia agar bisa menjadi bagian dari solusi problem sungai, sekolah telik sandi akan mengenalkan ekosistem sungai, mengajak berempati, mendesign mimpi tentang sungai masa depan dan merancang aksi nyata penyelamatan sungai," Ungkap Andreas Agus Kristanto Nugroho. 4 Proses Dalam Sekolah telik sandi yang mengajak manusia hidup harmonis dengan sungai 1. Mengenal Sungai berbicara sungai belum cukup jika hanya mengenal secara ekologi saja tetapi juga berbicara tentang sosial dan ekonomi serta keberlanjuan sungai bagi generasi mendatang. 2. Emphati Sungai rasa emphati terhadap sungai akan baru muncul jika kita sering bergelut dengan permasalahan serta problem sungai sekitar kita. Dari rasa emphati muncul juga ide-ide baru untuk menjadi bagian solusi permasalahan dari sungai. 3. Mimpi sungai mimpi adalah kunci kesuksesan dalam pemulihan sungai, dengan memiliki mimpi ini kita akan lebih mudah memulai langkah kecil untuk pemulihan sungai 4. Aksi Sungai mimpi tidak ada artinya jika masyarakat tidak melakukan suatu gerakan kecil/aksi untuk sungai, dan upaya gerakan-gerakan ini harus kita bagi/share dengan masyarakat lain sehingga dari gerakan/aksi kecil yang kita lakukan untuk menjadi langkah besar dalam pemulihan sungai.
Pengamatan mikroplastik dengan mikroskop pembesaran 100-1000 kali dilakukan di laboratorium Inspirasi Sekolah telik sandi akan menghasilkan lahirnya detektif-detektif sungai yang aktif dan kritis menyelamatkan sungai dari pencemaran. Sekolah Telik sandi Gedung Inspirasi - Institut Pemulihan dan Perlindungan Sungai Krajan RT 1/RW 5 Wringinanom 61176 Gresik Tonis Afrianto 081252615782 email : official@ecoton.or.id

Populer